1

30.1K 2.7K 38
                                    


"Saat semuanya sudah terlanjur terjadi tanpa adanya celah bagiku tuk melawan. Lantas aku harus bagaimana selain menerima?"


.
.
.

.
.
.


"Maaf nak, tapi hanya ini jalan yang paling baik untuk kita semua."

Meski tangisan itu begitu pilu, namun saat ini ada yang lebih sakit dari pada ia mendengar tangisan Ibunya. Hati Leo benar-benar sakit saat ia mengetahui fakta mengerikan dibalik keluarganya.

"Kenapa.. kenapa tidak dari dulu saja kalian berdua membicarakan ini padaku. Jika tahu begini, aku gak bakalan kuliah."

Leo dengan bersusah payah bicara disela lelehan air mata yang mengalir deras itu. Padahal saat ini ia ingin sekali berteriak sekencang-kencang nya.

"Maaf nak."

Suara lirih sang Ibu bahkan tak mengurangi setitik pun rasa sakit di hatinya. Ditambah sang ayah tak mengatakan sepatah kata pun. Menyadarkan Leo bahwa mereka bertiga sudah benar-benar hancur.

"Kapan Leo harus pergi?"

Kini tangisan sang Ibu semakin kencang. Nampak sekali frustasi dikala ia secara paksa harus merelakan putranya.

"Maaf tapi Tuan Arthur meminta mu 3 hari lagi."

Kini perkataan sang Ayah lah yang masuk ke gendang telinganya. Begitu panas dan menyakiti seluruh raga.

"Tiga hari lagi ya.."

Padahal lusa itu hari aku akan memulai cita-cita ku.

Leo tersenyum miris. Kini ia sungguh sadar bahwa tak ada lagi cita-cita.
Leo akan menjadi 'istri' seorang pengusaha yang ia sangat ketahui.

Tuan Arthur Frederick. Orang yang mengulurkan tangannya ketika Ayah nya dilanda kebangkrutan. Tepatnya sang Ayah yang selalu memaksa Tuan Arthur untuk meminjami nya uang. Hingga tak terasa nominal dan juga bunga nya begitu menggunung hingga sang Ayah tak bisa membayar dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.

"Harusnya Ayah bilang saja. 4 tahun berbohong itu menyakitkan Ayah."

Yah, selama itulah Ayah nya berbohong. Selalu memberikan mereka uang, memberinya biaya kuliah hingga lulus. Namun kini mereka harus membayar dengan Leo sebagai taruhannya. Jika tahu begini, Leo lebih baik memilih jatuh miskin. Ia lebih memilih menunda kuliahnya, bekerja untuk menghidupi Ayah dan Ibunya dengan cara yang baik ketimbang terlilit hutang.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Leo hanya bisa pasrah ketika sang Ayah dan Ibunya mengetuk pintu dengan raut muka yang terlampau sedih, menceritakan semuanya dan juga meminta Leo untuk menerima semua ini. Padahal Leo sudah mantap sekali merancang cita-cita dan jalan hidupnya. Kini semua itu hanyalah rencana. Karena fakta yang ia ketahui adalah 3 hari lagi ia akan tinggal bersama Tuan Arthur dan mungkin tak lama dari itu ia akan menggelar acara resepsi pernikahan yang sangat tidak ingin ia lakukan.

"Jika sudah begini, memangnya Leo bisa menolak?"

Leo sampai kapan pun tak pernah bisa menolak. Ia selalu mengalah, ia bahkan mempertanyakan kadar ego nya yang rendah. Ia selalu mengalah jika mempunyai keinginan, memendam semua itu dalam list didalam buku hariannya. Berharap akan terlaksana ketika ia mandiri dan sudah menghasilkan uang. Ternyata sampai kapan pun ia tak akan bisa bebas.

INSANE [Man×Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang