Part 1. perlakuan ibu kandung Bara

452 42 25
                                    

Ibu kandungku seakan ibu tiri bersenjata perunggu, dia  memeliharaku namun perlahan mengakhiri hidupku

                  _Bara_

Siang tepat jam dua belas, ibu Ratna di nyatakan meninggal gara-gara penyakit jantung yang semakin parah, Bara sebagai anak tirinya merasa sedih mendengar kabar itu.

Ibu yang menyayangi dan memanjakannya harus pergi meninggalkan dia selama-lamanya.

Usai di makamkan, Bara termangu dalam kamar hingga ketiduran sampai sore, ketika bangun Bara langsung menuju meja makan yang tersedia berbagai makanan enak dan banyak.

Bara mengambil nasi beserta lauk dan di taruh dalam piring bagiannya,Liora ibu kandung Bara langsung mengambil piring berisi nasi dan lauk di tangan Bara dengan kasar dan cepat.

"Ibu, aku mau makan kenapa di ambil," rengek Bara kelaparan.

"Enak saja tinggal makan, kamu cuci piring kotor itu dulu lalu bisa makan," sambar Liora melirik tajam.

Bara mengangguk dan mencuci piring dengan bersih mengkilap lalu kembali ke meja makan yang sudah di siapkan bagiannya, piring putih berisi nasi dan tempe ada di depan Bara.

"Kamu makan yang udah ibu siapkan setelah itu kamu cari kerja sana, jadi orang tuh berguna dikit gitu!" Gertak Liora sambil duduk di depan Bara.

"Tapi Bara masih sekolah bu. Apa nggak ngeganggu belajar Bara?" Tanya Bara.

"Ya enggak lah, jadi anak itu harus berguna dan gak usah manja, jangan jadikan sekolah sebagai alasan!" Gertak Liora menatap Bara tajam.

Makan di iringi keheningan sudah selesai, Bara masih terdiam saja di meja makan memperhatikan ibunya yang memperlakukan dia sudah seperti anak tiri padahal dia anak yang ibunya kandung dan lahirkan.

"Dasar anak gak tau di untung! Ibu tadi suruh kamu buat cari kerja bukan buat ngelamun saja," teriak Liora menjewer telinga Bara.

"Aduh sakit bu sakit," rintih Bara memegangi telinganya.

Liora menyeret Bara sambil membawa berkas di tangannya ke luar rumah lalu melempar tas ransel Bara tepat di tubuhnya, Bara tersungkur di tanah dengan berkas yang tersebar di mana-mana. Matanya enggan beralih menatap Liora.

"Sekarang ibu mau kamu cari kerja, kalo sampai nanti malam gak dapat kerjaan! Kamu gak boleh pulang kerumah ini," ucap Liora pada Bara yang meneteskan air mata.

"Iya bu," bisik Bara lirih.

"Huh, cowo kok cengeng!" Umpat Liora lalu masuk ke dalam rumah sambil menutup pintu kasar.

Bara pelan-pelan berjalan mencari kerja kesana kemari namun tidak ada yang menerima setelah melihat ijasahnya yang masih SMP hingga sampai di penjual buah di pasar yang mau memerimanya menjadi karyawan.

"Pak, apa bapak membutuhkan karyawan di kios ini?" Tanya Bara halus.

"Wah iya kebetulan sekali nak, bapak membutuhkan satu karyawan untuk menjadi penjaga toko," ucap lelaki paruh baya ceria.

"Jadi saya boleh menjadi penjaga toko di kios bapak ini?" Tanya Bara mendetailkan.

"Tentu boleh, sekarang kamu sudah boleh kerja," jawab lelaki paruh baya menarik Bara masuk ke dalam kiosnya.

"Alhamdulillah, makasih banyak ya pak," sahut Bara menciumi tangan lelaki itu.

Mereka berkenalan di selingi obrolan-obrolan kecil dan canda tawa keduanya, bapak pemilik kios itu namanya Pak Amin yang telah memiliki beberapa kios lainnya di setiap daerah. Malam tiba, Bara menjadi buruh angkut di pasar mengantarkan barang-barang orang yang usai berbelanja ke rumah masing-masing dengan bayar yang lumayan untuk pegangan pulang.Malam sudah larut, Bara pulang dengan perasaan gembira dan berharap ibunya akan bangga mendengar kabar bahwa ia sudah mendapat pekerjaan.Sampai di rumah, Bara membuka pintu dan terus memanggil-manggil nama ibunya.

"Ibu ... Ibu ... Ibuuu!" Teriak Bara sambil duduk di ruang tamu.

Liora yang baru saja menidurkan Dina adiknya Bara yang masih berumur enam tahun langsung menghampiri Bara di ruang tamu.

"Kalo pulang jangan teriak-teriak nanti adek kamu bangun! Mana hasil kerja hari ini," pinta Liora nengadahkan tangannya.Bara memberikan uang recehan yang ia dapat pada tangan Liora.

"Anak pembawa sial, gak berguna kamu! Kerja dari sore ampe malem cuma dapet segini!" Teriak Liora tidak terima.

"Dari sini aku tau mencari uang itu tidak mudah namun hargailah sekalipun lima ratus rupiah," Ucap Bara membatin

"Heh! Kamu jangan diem aja. Minta maaf atau gimana gitu, dasar gak tau diri," teriak Liora mengagetkan Bara.

"Maafkan Bara bu, bara janji besok akan lebih rajin lagi," ucap Bara sambil menunduk.

Ahsan ayahnya Bara yang baru pulang kerja menyahut di tengah-tengah kegaduhan rumahnya sambil melempar tas di kursi samping Bara.

"Ada apa ini kok ribut-ribut?" Tanya Ahsan duduk di samping Bara.

"Ini lo yah, Bara kerja dari sore sampai malam dapat uang recehan," jawab Liora menjekaskan.

"Bara! Kamu ini bisa di andal gak sih? Jangan cuma umur doang yang gede. Sifat juga harus gede! Dasar anak gak tau di untung," umpat Ahsan.

Delapan tahun lalu, saat Bara masih berumur sepuluh tahun, Bara di buang di pinggir jalan karena tak sengaja memumpahkan air di atas berkas-berkas kantor ayahnya yang merupakan berkas penting, dari situ Ahsan mengalami kebrangkutan derastis dari rumah yang melebihi benteng takhesi sekarang hanya rumah kontrakan sempit dan kecil.

Dari situ ayah dan ibu Bara sudah menganggap Bara tak ada, walaupun telah di selamatkan oleh wanita cantik jelita dan di bawa kembali ke rumahnya, wanita itu alm. Ratna lalu di nikahi oleh ayahnya sebab kecantikannya dan menjadikan Bara sebagai alasan untuk memadu Liora.Sekarang setelah Ratna tiada semua dendam mereka, kemarahan dan emosi mereka berdua pada Bara mulai di balaskan.Setelah itu, mereka berdua menyeret Bara ke gudang.

"Sekarang kamu tidur di gudang! Kalo mau lebih layak bersihkan sendiri, ibu mau sebelum jam enam kamu sudah bangun!" Terial Liora melempar Bara ke dalam gudang.

"Iya bu," jawab Bara dingin.

Liora dan Ahsan mengunci gudang itu lalu mereka berdua pergi ke kamar mereka sendiri.Bara mengeluarkan foto kecil dari dalam sakunya lalu di tatap dengan ratapam bahagia walaupun air mata meluncur mengenai foto itu.

"Belum ada sehari ibu pergi, aku sudah di buat sakit hati! Apa nantinya aku akan di buat mati?" Gumam Bara menunduk sambil tersenyum lebar.

"Bu datanglah, sekejap aku ingin memeluk ibu melepas lelah. Jangan saja barangmuu, fotomu pun sudah tidak ada di genggamanku," gumam Bara dalam batin.

Bara beranjak merapikan gudang yang sangat berantakan hingga bersih, di sana Bara menemuka jaket hitam dan masker putih yang masih bagus, Ada kasur kecil yang masih layak pakai.
Semua Bara kumpulkan dan akan ia bersihkan esok pagi, Bara beranjak tidur melelapkan semua lukanya. Bara terlentang di atas lantai yang kumuh kotor di selimuti kain putih becek.
           
                   Bersambung

Bara [END] OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang