Part 36. Lose

9.2K 1.2K 645
                                    

Meski Seoul bukanlah daerah tropis, namun gadis Jung itu merasa sangat gerah sampai mengibaskan tangannya di udara dengan peluh yang berada di sekitar dahi. Agaknya, turtleneck hitam yang ia pakai menjadi salah satu penyumbang pertambahan suhu setelah dirinya berjalan di sekitaran Hongdae selama nyaris satu jam untuk mencari tempat yang membuka lowongan paruh waktu.

Sebenarnya sejak insiden di tempat bekerjanya yang lama bersama si kepala botak, gadis muda itu sudah banyak memikirkan untuk hal-hal yang perlu ia lakukan ke depannya. Niatnya yang besar untuk kembali bekerja di club sementara masih berujung harapan semata karena pertama, ia masih cukup takut dengan para rentenir serupa mafia yang mencarinya dan kedua, pemilik rumah tumpangan sekaligus dosennya yang jelas menyarankannya untuk tak melakukan itu dulu, demi keamanannya.

Tetapi mendapati kembali bahwa banyak warisan tunggakan yang harus ia lunasi, mau tak mau gadis itu harus segera mengambil tindakan. Tentu setelah menyadari bahwa isi tabungannya yang tidak begitu banyak, terkikis pula sedikit demi sedikit selama ia tak punya penghasilan tambahan.

Baru saja berjalan keluar dari area Hongdae, menyeberangi jalan raya ke sisi sebelah, matanya tiba-tiba menangkap sebuah restoran besar yang memampangkan tulisan besar mencari pekerja paruh waktu.

Tak sadar langkah dari kaki kecil gadis itu berjalan dua kali lipat lebih cepat, senyum tersungging dan ia menarik nafas sebelum masuk ke dalam restoran bergaya klasik dengan dominasi warna hijau tua dan emas.

Kepalanya mencari-cari siapapun yang bisa ia tanyai sebab semua terlihat sibuk dan tak ada seseorang yang tampak seperti petugas yang bisa ditanyai. Wajar, mengingat saat ini sedang jam makan siang dan pelanggan menjadi lebih banyak dibandingkan waktu lain.

Tak apa.

Gadis itu memutuskan berdiri di sebuah sudut ruangan, menunggu sampai keadaan sedikit lengang mungkin pilihan yang baik. Toh ia tak terburu-buru sebab kelasnya baru dimulai siang nanti.

Dirinya masih berdiri ketika secara tak sengaja, maniknya bertatapan dengan sepasang tatapan elang yang ia hafal benar siapa pemiliknya. Tatapan mereka bersibobrok dan nampak keduanya sama-sama terkejut. Yang tua mengakhiri terlebih dulu dengan melambaikan tangan ke udara, di luar dugaan Nara sendiri sampai ia bergerak ragu-ragu untuk mendekat.

"Nona Jung, sedang menunggu seseorang?"

Diresponi dengan anggukan yang terlihat ragu, sesaat kemudian Taehyung membuka suara lagi. Mengganti tatapan pada pria di hadapannya.

"Hyung, ini Jung Nara asistenku di kampus."

Menyapa dengan gaya khas Asia Timur, pria itu tersenyum menampilkan lesung pipi sambil menyebutkan namanya, "Kim Namjoon."

"Temanku," sambung Taehyung. "Menunggu siapa?"

Nara tak segera menjawab sebab ada keraguan, entah mengapa. Namun pada akhirnya gadis itu bersuara pelan, "Aku sedang melamar pekerjaan paruh waktu, Ssaem."

Kerutan pada dahi sang dosen muda menjadi respon yang pertama muncul. "Bukannya kau sudah punya, di cafe lain. Ingin menambah lagi?"

Kepala gadis itu menggeleng, masih dengan posisi yang berdiri menyebabkan pria berlesung pipi merasa perlu meminta gadis itu untuk duduk di sisi kursi lain yang masih kosong. "Nona Jung, silahkan duduk dulu."

Jujur, gadis itu masih merasa sungkan. Pada akhirnya memilih duduk setelah menerima isyarat yang sama dari dosen muda Kim. Sedang pria Kim satunya yang dipanggil hyung dengan coat coklat itu nampak berkharisma meski sedang berpenampilan kasual.

THE CHOICE✔Where stories live. Discover now