Chapter 64

4.8K 873 118
                                    

***

Mataku terbuka lebar karena terkejut.

'Nama almarhum Duchess!'

Aku juga mengambil cincin di sebelahnya. Seperti dugaanku, ada nama yang terukir disana.

'Theodo...'

Namun kemudian,

"Theodore."

Sebuah suara datang dari pintu sebelum aku selesai membaca nama di cincin itu.

Seorang wanita sedang bersandar di kusen pintu dengan tangan terlipat menatapku kemudian bersuara,

"Siapa kamu, kenapa kamu di kamarku?"

Dia memiliki mata biru jernih yang merupakan simbol Dubblede.

Aku tahu orang yang memiliki penampilan yang begitu cantik dan suara rendah namun manis sehingga semua orang yang melewatinya berbalik kearahnya setidaknya sekali.

Ya dia bibiku, Javelin Ariage.

"Kenapa kamu membaca surat Risette di kamarku?"

Ini kamar Javelin?

Aku hampir melompat karena terkejut, aku tidak datang kesini dengan sengaja.

Tempat ini terlalu sempit dan kumuh bagi saudara Duke yang bertanggung jawab atas mansion. Aku tidak pernah mengira bahwa ini kamar Javelin.

"Maaf, aku tadi-"

Aku baru saja akan memberikan jawaban.

"Rasakan ini!"

Bersamaan dengan suara Isaac, belati itu mendatangiku. Javelin berbalik dengan ringan dan menangkap belati di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Kamu seharusnya menyembunyikan keberadaanmu jika kamu ingin mengenaiku dari belakang."

Isaac yang mendekati Javelin sambil menyeringai, melihat aku di dalam ruangan lalu matanya terbelalak.

"Dik!!"

Dia bergegas dan menatapku dengan tergesa-gesa.

"Aku tidak tahu kamu ada di sini. Kamu tidak terluka kan?"

"Aku menghentikan belatimu, jadi bocah itu tidak akan terluka."

Saat Javelin berbicara dengan suara pelan, Isaac berteriak.

"Anak ini sangat rapuh dan memiliki hati selembut kapas. Lebih ramah padanya!"

Javelin mengernyit dan rasanya aku ingin bersembunyi di lubang tikus.

Isaac mengerutkan kening dan berkata,

"Apa yang kau lakukan? Apakah kau menindas anak kecil ini?"

"Tidak! Tidak!"

Aku dengan cepat memegang Isaac.

Bahkan jika itu adalah kesalahpahaman, memang kesalahanku karena seenaknya memasuki kamar orang lain. Aku seharusnya memeriksa kamar Javelin terlebih dahulu. Aku tidak tahu dia akan menggunakan kamar sempit tanpa jendela.

Aku berdiri dan mendekati Javelin.

"Namaku Leblaine Risett-"

"Anak takdir."

Dia hanya menatapku dan tidak berkata apa-apa.

Dia tidak mudah bergaul, dan bersikap dingin terhadap orang lain. Dia bahkan tidak menjawab sapaan orang-orang, jadi beberapa orang enggan menyapanya.

TBRADWhere stories live. Discover now