The Other Ending Part 2/3

63 9 24
                                    

"Hahaha.... Tidak bisa dipercaya!! Kita bisa hidup berlimpah seperti ini jika hidup di istana!"

"Anda benar sekali! Bocah raja itu benar-benar pelit. Dia bahkan memotong bantuan yang diberikan pada anda, Tuan Zen. Sementara dia di istana berfoya-foya seperti ini. Anda membuat keputusan yang tepat, Tuan Seiran."

"Anda tidak perlu memuji berlebihan seperti itu. Ini semua berkat ide yang begitu cemerlang Tuan Hibiki."

Hakim sektor 6 yang telah bangkit jaya kembali itu memunculkan senyum piciknya. "Tunduklah padaku, maka kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan. Hahahaha--"

BRAKK!!!

Pintu ruang aula yang telah disulap menjadi tempat perkumpulan para hakim itu tiba-tiba terbuka. Suara keras dobrakan itu menggema ke setiap sudut ruangan di tengah sunyinya malam.

"Siapa kau??! Beraninya masuk kemari tanpa izin!! Pengawal!!"

Penyusup itu mendengus. "Apakah pengawal yang dimaksud itu... mereka?" ujarnya sambil melangkah ke samping agar setiap mata menyaksikan mayat-mayat pengawal yang telah bergelimpangan tak bernyawa di belakangnya.

"A-apa??!! Siapa kau?! Berani-beraninya!!!" ujar salah satu hakim sambil menunjuk dengan tangan gemetar.

Lelaki itu menyeringai sambil mendongak. Sinar yang perlahan menyorot wajahnya membuat para hakim itu bergidik.

"K--Kau! Kau si butler itu--!!!"

JLEB!

CRASH!!

Raut wajah penyusup itu begitu dingin selaras dengan tindakannya yang dengan cepat menebas habis leher hakim sektor 5 itu tanpa ampun.

Perlahan ia berjalan memasuki ruangan. Kehadirannya yang begitu mengintimidasi itu sukses memaksa para hakim sisanya untuk bangkit dari kursi dan berjalan mundur menjauhi sosok yang mengancam nyawa mereka.

"Apa yang telah kau lakukan??!! Untuk apa kau sampai memenggal kepalanya? Apa kau perlu berbuat sekejam itu?" tukas Tuan Kirigaya.

-----

Di waktu yang hampir bersamaan, lelaki berjubah biru gelap berlari memasuki istana dengan tekad untuk menghabisi seluruh hakim dan bawahannya yang menjadi penyebab keruntuhan negeri mungil itu. Akan tetapi, ketika ia sampai di halaman istana, ia mendapati pemandangan yang tidak akan pernah ia bayangkan sebelumnya. Hampir seluruh area yang seharusnya tertutupi oleh indahnya salju putih itu kini diwarnai oleh darah segar yang mengalir deras ke segala arah. Mayat-mayat bergelimpangan dengan kondisi yang mengenaskan. Sebagian besar tubuh mereka kehilangan kepalanya dan sebagian lain kehilangan jantung yang telah terkoyak dan dibiarkan tergeletak di tanah.

"Siapa yang mampu melakukan hal sekeji—" Kata-katanya terhenti ketika ingatannya mengacu pada seseorang yang tentu saja sangat ia ingat. "Tapi mana mungkin? Jelas-jelas dia...."

Tanpa berpikir lebih jauh, ia segera berlari memasuki istana yang begitu dikenalnya yang telah berubah menjadi lokasi tragedi bersimbah darah. Ke mana pun dia pergi, ia hanya menemukan pemandangan naas yang serupa hingga pada akhirnya telinganya menangkap kegaduhan dari sebuah ruangan yang begitu lekat dalam memorinya.

Ketika posisinya semakin dekat, samar-samar ia mendengar seorang laki-laki berkata, "Oh? Apakah yang kalian lakukan tidak lebih kejam dari ini? Kalian telah membunuh orang tidak berdosa! Dia tidak seharusnya terlibat dalam masalah ini. Dia seharusnya tetap hidup bersama keluarga yang dicintainya! Tapi kalian.... konglomerat yang hanya memikirkan kepentingan sendiri telah merenggutnya dari dunia ini! Kembalikan Ryu yang telah kalian bunuh itu sekarang!!! Dia masih jauh lebih pantas untuk hidup daripada kalian!"

Pitiable Twins : Alternate EndingsWhere stories live. Discover now