~•5. Terlempar Ke Majapahit (Revisi)•~

958 93 12
                                    

Alooo semuanyaa!! Apa kabar nih??

Ini adalah part yang paling di tunggu-tunggu!! Dimana mereka sudah terlempar ke Zaman Majapahit!!

Penasaran gimana kelanjutan kisah mereka selama disini??

Makanya tetap stay tune!! Dan dukung cerita ini dengan cara vote dan comment!!

Oke...I hope you enjoy this story

Happy Reading 🙆💞

---

"HAH GIMANA BISA?!"suara itu berasal dari mereka bersembilan yang tentunya sangat terkejut dengan jawaban Sang Penjual Kayu itu.

Raut wajah cemas dan ketakutan tentunya sangat terlihat jelas di wajah mereka sekarang ini.

Zaman kerajaan? Bagaimana bisa? Ini sangat gila! Tidak bisa di telaah dengan Alamiah.

Dina memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit dan berdengung. Bahkan dia sempat oleng dan mungkin saja hampir terjatuh jika tidak ditahan oleh Vina yang berada di sebelahnya.

Badan Aura sedikit bergemetar sekarang ini. Sepertinya mereka harus menenangkan diri kembali di bawah pohon itu.

Aura memaksakan senyumannya, "Baik Terimakasih atas Jawaban Kisanak. Kalau begitu, Kami Hendak pamit pergi."

Si Penjual Kayu itu masih tampak memandang mereka aneh. Dan mungkin karena tak mau mengambil pusing dengan tingkah mereka. Si Penjual Kayu itu mengangguk mempersilahkan mereka untuk pergi.

dibawah pohon rindang yang menaungi mereka dari teriknya sinar matahari. Kini mereka masih tak menyangka harus terjebak di zaman ini.

"Enggak! enggak! Kenapa bisa?! Gua yang sering baca cerita Transmigrasi. Ngalamin kejadian ngga jelas ini!" Wulan masih tidak percaya kejadian yang terjadi dengan dirinya saat ini.

"Kenapa harus kejebak di zaman ini woy?! Mana ngga ada sinyal. Listrik dan lampu juga pasti belom ada!"Putri terlihat kesal dengan keadaan saat ini. Menurutnya, Tak apa jika dia terjebak di zaman  manapun. Asal ada sinyal dan sumber daya listrik.

"Arghh!!! Sialan!! Sialan!! Anjing!" Aurel melampiaskan amarahnya dengan meninju-ninju pohon di belakangnya.

"Apa yang bakal terjadi sama nasib kita selanjutnya? Jadi gelandangan di zaman ini? Mati kelaparan? Atau mati di penggal?" Rahma menertawakan nasib mereka yang saat ini memang sangat miris. Duduk dibawah pohon rindang. Menatap lalu lalang orang-orang yang hilir mudik.

"Si Anjer! Lo jangan mikir yang engga-engga! Ini sama aja ngedoain tau ngga?!"Linda kesal dengan Perkataan yang baru saja keluar dari mulut Rahma.

Sementara Rahma hanya mendengus geli.

"Yang dibilang Rahma benar," Dina masih saja memegangi kepalanya yang sedari tadi terus saja terasa sakit dan berdengung.

Dina tersenyum miris, bibirnya terlihat pucat saat ini. "gua yang belom apa-apa udah kaya gini."

"Sialan!! Lo ngga usah ngadi-ngadi yah!" Aura dengan cepat mengambil kotak obat-obatan dari dalam tasnya.

Dia mengambil satu obat sakit kepala, lalu memberikan nya ke Dina.

"Di minum, Pake Air." Titah Aura

Terlempar ke Majapahit-(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang