Part 38: Perisaimu (Revisi)

En başından başla
                                    

Kean terdiam, tak mengatakan apapun. Sadar jika dia sedang mengolah semua informasi itu sekarang. Aku memilih meredakan tenggerokan ku yang panas menahan air mata dengan lemon tea yang entah sejak kapan kehilangan cita rasanya.

"Aku tak tahu, kamu mengalami semua itu karena bertemu denganku." Ucap Kean dengan wajah sedih. Spontan aku menoleh pada Kean yang menatapku dengan iba. Aku tak tahu jika kata kata itu akan terasa begitu menghibur setelah aku mendengarnya.

"Mungkin karena inilah aku bertemu denganmu," kataku. Tersenyum lebih ringan dari sebelumnya.

"Micha, apa kamu tidak marah sama sekali? Jika bukan karena kamu mengikutiku kamu tidak akan mengetahui kenyataan ini. Jika bukan karena kakek, kamu tidak akan menyerang papa mu malam itu," kata Kean.

Laki-laki di depanku terlihat terpukul lebih dari pada aku yang menjalaninya. Dan itu membuatku merasa senang. Senang rasanya memiliki seseorang yang ikut bersedih ketika aku merasa terpuruk dan kesepian.

"Dulu iya, aku menanggap bertemu denganmu adalah bencana. Tapi aku sadar, tak semuanya berakhir dengan bahaya." Ucapku tulus, menggenggam tangan Kean, wajahnya masih terlihat kecewa. Tapi tatapan matanya sudah kembali bersinar sedikit demi sedikit.

"Jadi ini alasan kamu menolakku waktu itu?" tanya Kean dengan nada tak suka.

Wajahnya dengan cepat berubah menjadi cemberut. Aku menganguk menjawab pertanyaan Kean. Dan tersenyum melihat wajahnya yang ditekuk tak suka dengan keputusanku.

"Tunggu, jadi maksudmu meminta kita untuk mengenal itu juga karena ini. Karena latar belakangmu?" tanya Kean lagi. Dia seperti tak percaya aku menolaknya hanya karena hal seperti ini.

Aku menatapnya bingung. Ketika aku mengatakan bahwa mama adalah selingkuhan papa, aku kira Kean terkejut dengan kenyataan ini. Mungkin saja dia akan berfikir dua kali untuk menerimaku. Sejarah keluargaku lebih hancur dari pada yang orang lain pikirkan.

Dulu, aku memang gadis manis yang selalu disayang oleh orang tuaku. Papa yang selalu ada untukku dan mama yang akan memanjakannku. Tapi sekarang tidak lagi. Sejak papa meninggal karena kejadian malam itu, keluargaku hancur. Keluarga papa membenciku, terutama kakek. Belum lagi permusuhan tante Gwen dan anaknya yang tak menyukai keluarga dari awal.

"Kean, aku mengatakan ini agar kamu tahu kenapa kita tidak akan cocok –" Kean menarik tangannya dariku dia dengan cepat pindah ke kursi yang ada disampingku.

"Kean, ini tidak –" kataku melanjutnya.

"Micha," kata Kean. Aku tak jadi meneruskan perkataanku saat Kean menarik bahuku untuk menghadap padanya.

"Kamu pikir aku laki-laki yang seperti itu?" tanya Kean dengan nada tidak habis pikir dengan jalan pikiranku.

"..." aku terdiam tak dapat menjawab pertanyaan Kean. Aku tak berani menatap Kean dan kembali sibuk memperhatikan pilinan jari tanganku yang ada di atas meja.

"Micha, jawab aku," ucap Kean dengan nada tegas.

"Tidak," jawabku akhirnya dan menatap Kean tepat di matanya. "Kamu bukan laki-laki seperti itu," lanjutku.

"Bagus kamu tahu," lirihnya. "Lalu kenapa kamu melakukan itu?" tanya Kean saat aku masih terdiam.

"Karena aku takut," lirihku dengan suara yang masih dapat di dengar oleh Kean.

Aku menatap Kean yang masih menungguku untuk melanjutkan perkataanku.

"Aku takut. Jika kita pacaran, apa lagi jika kita semakin serius dan berkahir dipernikahan. Kamu akan terluka Kean. Bagaimanapun kamu mengatakan padaku untuk tidak khawatir mengenai reaksi keluargamu. Aku tak bisa Kean, dengan sejarah keluargaku yang seperti itu, kakek, papa dan mamamu tak akan menyetujuinya. Belum lagi jika dewan direksi tahu jika kamu adalah penerus La-Gufta, mereka tidak akan tinggal diam Kean," jelasku.

MellifluousHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin