"Kamu sudah makan?" tanyanya.

"Sudah Om tadi di kantin," bohongku, padahal aku belum makan sedari habis sarapan tadi pagi di rumah.

Karena merasa canggung ku tolehkan kepalaku ke arah jendela mobil menatap ke arah kendaraan yang lalu lalang memikirkan kembali keputusanku.

"Kamu kenapa Lula? hari ini kamu terlihat aneh," tanyanya.

"Om aku mau ngomong sesuatu, boleh nggak?" tanyaku penuh gugup.

"Tidak biasanya kamu seperti ini Lula, kamu kalau mau ngomong ya ngomong aja, biasanya juga kamu nyerocos terus gak pake rem, aneh tau nggak melihat kamu hari ini." ocehnya.

"Tapi janji ya nggak bakal ngomongin ini ke orang lain terutama sama Papa dan Mama."

Aku melihat ada raut kebingungan di wajahnya, dia mengerutkan dahinya menoleh sejenak ke arahku.

"Emang masalah apa sih sampai segitunya, Orang lain gak boleh tau terutama kedua orang tua kamu?" tanyanya penasaran.

"Om gak bakalan marah ke aku kan? gak benci ma aku kan? kalau aku ngomong."

"Ya Allah Lula, ada apa sih sebenarnya jangan buat Om bingung."

"Janji dulu Om."

Mungkin karena merasa penasaran, dia menepikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian berbalik ke arahku menatapku begitu intens seolah menuntut sesuatu.

"Baiklah Om janji akan merahasiakannya dan Om janji gak marah sama kamu, coba kamu cerita ada apa?" ucapnya mengelus pipiku dengan telapak tangannya, lalu beralih mengelus puncak kepalaku memberi ketenangan padaku yang sudah terlihat sangat gugup.

"Lula ... !!" panggilnya.

Aku menundukkan kepalaku, memilin jemariku menetralisir rasa gugupku.

"Lula ... !!" Panggilnya lagi mengelus pundakku.

Ku donggakkan kepalaku menoleh ke arahnya dengan bibir yang bergetar aku berusaha mengumpulkan keberanianku menatapnya.

"Akkk ... akk ... ak.. u--"

"Lula ... hei ... kamu kenapa hmm?"

"Akk ... ak ... uu ... suk ... sukaa sama Om." ucapku terbata.

"Ya ampun Lula kamu hanya mau bilang suka tapi kok belibet banget, Om juga suka sama kamu Lula suka banget malah sedari kamu kecil, kamu itu gemesin banget, bahkan sampai saat ini," ujarnya tertawa.

"Rasa suka aku bukan dalam artian seperti itu Om, Maaf jika aku lancang Om, aku tau ini salah dan tidak mungkin, tapi aku juga tidak bisa memendamnya terlalu lama, bukan hanya sekedar menyukai tapi aku sudah mencintai Om."

"Lulaa ... !!"

"Maafkan aku Om, aku juga tidak tau mengapa seperti ini." ucapku menyelanya.

Lama kami terdiam tidak ada kata lagi yang bisa ku ucapkan bengitupun mungkin dengan dirinya.

Tatapannya beralih ke depan dan perlahan melajukan mobilnya menuju pulang dalam keheningan.

ALURA ✔Where stories live. Discover now