RENJANA 1

561 57 9
                                    


[CHAPTER 1 - SEKOLAH BARU]

Happy Reading

Musik rock mengalun keras pada salah satu kamar di lantai dua, pemiliknya sendiri sedang membersihkan diri di kamar mandi, dengan satu tangan menggenggam botol shampo Kirana mulai bernyanyi mengikuti lagu dari Avenged Sevenfold berjudul Buried Alive. Menuangkan shampo pada telapak tanganya, dengan mulut yang masih sibuk bernyanyi keras.

Kirana berhenti sejenak, mencium bau badannya, aroma mint menguar di indra penciumanya.

"Lah, ini shampo?!" Kirana melotot melihat tangan dan badanya penuh busa shampo. Lalu panik mencari gayung, mengguyur seluruh tubuhnya.

"Anjir gua kira sabun," tanganya meraih botol sabun cair, mengusap tubuhnya kembali. Untung tadi cuma shampo bukan lulur buat bersihin daki kaki bundanya.

"Kiranaaa?!" teriak bundanya dari bawah yang mengalahkan suara musik rocknya. Memang suara emak itu mengalahkan segalanya.

Bunda dan kakaknya sudah berada di meja makan, seperti biasa menunggu dirinya untuk sarapan bersama. Bundanya sudah tidak heran bahwa anak laki-lakinya lebih rajin daripada anak perempuanya. Lihat saja Rehan sudah duduk manis memakai seragam basket rapi, karena hari ini ada latihan basket dengan temanya. Sedangkan Kirana, dirinya belum siap sama sekali, padahal ini adalah hari pertama dia masuk di sekolah barunya.

"Bentar bun, baru nyabutin bulu kaki?!" canda Kirana, menahan tawanya.

"Jorok lo kampret?!"
maki Rehan, bisa mendengar suara keras Kirana. Ia memegangi perutnya, mual. Ingin mengeluarkan kembali susu putih yang barusan ia minum.

"Cepat sedikit, ini sayurnya keburu dingin,"

Walau mendengar perkataan bundanya, Kirana tak menjawab memilih melanjutkan kegiatanya lalu segera turun sebelum bundanya kembali ngamuk seperti kejadian kemarin ketika dirinya merengek tak mau pindah sekolah, membuat Bundanya mengomel dengan kecepatan 1000kata/menit.

Bunda mereka sangat disiplin dalam segala hal, salah satunya adalah sarapan pagi, itu adalah hal yang rutin dilakukan setiap pagi, juga salah satu dari banyaknya peraturan di rumah ini. Walau terkadang Bunda nya tidak ikut sarapan karena pagi-pagi sekali harus pergi bekerja di perusahaan mendiang ayahnya.

Kirana melihat pantulan dirinya di cermin full body miliknya, ujung bibirnya terangkat, menimbulkan lesungan manis di pipinya. Dia menyemprotkan minyak berbau kalem kesukaannya, dirasa cukup dia menyangklong tas lalu melangkah keluar kamar.

"Bunda," Kirana memeluk bundanya dari belakang.

Rehan menganga melihat Kirana dari ujung kepala sampai sepatunya, sungguh pemandangan yang tidak biasa.

"Lo mau masuk SMA atau PAUD?dandanan lo gitu amat," tanya Rehan yang tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Bunda yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Kirana, akhirnya bundanya juga ikut bingung dan heran.

"Apa yang salah sih, gua cantik kok," kata Kirana membela diri.

"Bukan salah, tapi lo kelewatan, lo mau di bully lagi?!" kata Rehan kasar, kembali menyuapkan nasi kemulutnya. Kirana menautkan alisnya, tanda dia tersinggung karena perkataan Rehan.

Perkataan kakaknya itu benar, hidup di zaman sekarang itu sulit, dimana hanya orang-orang yang good looking yang patut dihargai, karena pada dasarnya orang menilai memang dari fisik, fisik jadi tolok ukur, orang jelek sekarang di pandang sebelah mata, di kucilkan bahkan seringkali di bully.

Kirana sangat paham hal itu, walau dia sadar penampilanya kini memang aneh dan mungkin akan jadi bahan bullyan di sekolah barunya nanti, tapi memang itu kemauan Kirana, dia hanya ingin tahu apakah ada orang yang tulus yang mau menjadi temanya di sekolah barunya ini,
semoga saja sekolah dan penghuninya tidak lebih bobrok dari sekolahnya dulu.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang