Perlahan Hancur

1.6K 987 1.2K
                                    

🎈  annyeonghaseyo  🎈

“AH! IYA AKU LUPA!” ucapku sambil menepuk jidat.

“Kenapa?” tanya Jeno sambil memasukan suapan nasi goreng ke dalam mulutnya.

“Tadi ini harganya berapa ya? Hehehe,” jawabku sambil menyengir dan menunjuk piring kotorku.

Jeno yang mendengarnya tiba-tiba tersedak dan buru-buru minum, aku pun yang melihatnya buru-buru menepuk pundak pemuda ini. “UHUK UHUK UHUK.”

“Eh, kenapa?”

“Saya kira ada apa." Jeno memutarkan badanya sambil mengahadap Nara.

“Maaf,” ucapku yang menundukan kepala.

“Gapapa,” ujarnya sambil mengelus pucuk kepalaku, aku yang mendapatkan perlakukan itu spontan menepis kasar tangan kekar pemuda itu dari kepalaku.

“Dasar ga sopan!” bentakku. Aku mendengus kesal padanya.
Jeno yang ditepis tangannya langsung memunculkan wajah tak sukanya. “Menarik,” pikir Jeno.

“Tapi ada syaratnya…” ucapnya yang sengaja digantung.

Aku yang mendengar ucapannya hanya bisa menarik nafas dalam dan menyesal menerima ajakannya tadi. Andai aja kalau waktu bisa berputar.

“Kapan nasib Nara berubah,” gumamku pelan namun, Jeno bisa mendengar jelas apa yang gadisnya ucapkan barusan.

Jeno lagi-lagi memunculkan senyuman iblisnya, ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Semakin ia mengulur waktu semakin lama juga Jeno mendapatkan mangsanya. Jeno sudah menanti lama moment ini melihat reaksi mangsanya yang tak berdaya saat mau memasuki kandangnya.

Aku dibuat penasaran padanya. “Kenapa harus digantung sih ngomongnya!” kesalku.

“Menikahlah dengan saya."

"Gampang, bukan? Syaratnya," imbuhnya.

“Omong kosong,” bantahku yang menatap tajam ke arahnya.

“Untuk membayar nasi gorengnya dan itu menjadi syarat utama.”

Aku membulatkan mataku, rasanya ingin sekali menonjok pemuda ini.

“Tanpa penolakan,” sambungnya sambil menatapku dingin.

"KAMU GILA?!"

"Pelankan suaramu," sahut Jeno yang masih terlihat santai.


“Dasar gila!” makiku lalu menglenggang pergi meninggal pemuda itu diam ditempatnya.

Jeno mengepal kuat tangan, saat melihat Nara begitu saja tanpa mengucapkan ‘terima makasih’. Jeno melirik sekitarnya lalu ia mengambil ponsel di saku depan celanannya.

"Jaemin, tetap awasin Nara!" Belum sempat Jaemin menjawab, Jeno sudah lebih dulu menutup teleponnya.

"Jadi kamu menganggap ini hanya bercanda ya, sayang." Jeno tersenyum smirk lalu berjalan keluar rumah sakit dan memasuki mobilnya untuk kembali
ke perusahaannya.

Setibanya di LJ Company, Jeno disambut hangat dengan semua karyawan di sana namun, Jeno tidak membalasnya. Ia hanya berjalan lurus ke arah ruangannya tanpa memperdulikan sekitarnya.

IT'S MINE | LEE JENOWhere stories live. Discover now