30

1.1K 191 66
                                    

Chapter 30

Jisung tertawa lebar melihat gerakan kaku jemari kakaknya yang bergerak-gerak tidak menentu diatas setiap tuts piano yang sekarang sedang dimainkan asal itu. Ia menghapus setiap sudut matanya yang mengeluarkan cairan (kali ini cairan bahagia). Ia berjalan lebih mendekat dan berdiri disamping kursi yang sedang diduduki kakaknya. "Aku heran kenapa dari dulu kakak ingin sekali bisa memainkan piano padahal kakak sama sekali tidak becus dan cocok memainkannya. Wajah kakak yang terlihat serius tadi itu lucu sekali. Kakak lebih baik belajar memainkan drum saja. Memukul-mukul alat musik lebih terlihat cocok dengan imej dan wajah kakak dibanding harus memainkan piano begini. Nada sumbang yang dihasilkan dari permainanmu barusan bisa membangunkan tikus yang sedang bersembunyi di loteng." Sekali lagi, Jisung tertawa hingga kakaknya berhenti memainkan (Menekan-nekan asal) tuts piano miliknya.

Sooyoung menyampingkan gaya duduknya lalu memicinkan kedua matanya untuk melihat adiknya yang masih tertawa geli lalu ia memberikan tatapan super horror pada adiknya itu. "Kenapa kau berkata begitu? Memangnya permainanku yang barusan sangat jelek yah? Padahal aku sudah hampir setiap hari mencoba berlatih untuk memainkan piano ini, tapi tetap saja sulit." Sooyoung memanyunkan bibirnya lalu menoleh ketika Taehyung seketika ada diruangan yang sama dengan mereka dan mencelutukan kalimat menyebalkan yang selalu bisa membuat Sooyoung kesal.

"Benar apa kata adikmu! Kau lebih cocok memukul drum daripada duduk anggun didepan piano." Taehyung tersenyum pongah sambil berjalan mendekati Sooyoung. Ia lalu menundukan setengah tubuhnya dan memindahkan tas kerjanya yang sedang ia bawa dari tangan kirinya ke tangan kanan hanya agar bisa mendekati wajah Sooyoung lalu mengecup pipi kiri perempuan itu. Ia juga sempat mendekati telinga kiri Sooyoung dan berbisik rendah (takut Jisung mendengarnya), "Lebih cocok lagi kalau kau telanjang lalu bergelut, berolah raga diatas tubuhku. Wah itu sangat cocok untukmu!" Setelahnya ia berdiri tegap, mengedipkan sebelah matanya genit pada Sooyoung hingga wajah Sooyoung kelihatan sekali kesal setengah mati lalu ia membalikan tubuhnya untuk berjalan menuju kamarnya. Sambil menahan tawanya karena berhasil membuat Sooyoung kesal, ia berkata setengah berteriak, "Kalian berdua bersiap-siaplah, kita akan makan diluar saja malam ini!"

Jisung mengangkat sebelah alisnya sambil memerhatikan kepergian Taehyung kemudian ia menolehkan kepalanya pada kakaknya dan memandangi wajah kesal kakaknya yang masih memerhatikan punggung Taehyung. "Kurasa sekarang aku tahu kenapa kakak harus bersama dengannya."

Sooyoung segera ikut menolehkan kepalanya untuk melihat Jisung lalu menyerngitkan dahinya. "Apa?"

Jisung berkedip pelan satu kali sambil membalas tatapan penasaran kakaknya. "Kim Taehyung! Kalian berdua kalau aku perhatikan sebenarnya sangat cocok dan seakan ditakdirkan untuk berdua!"

"Apa sih yang kau bicarakan?" 

"Taehyung menyebalkan dan keras kepala, sama seperti kakak. Kalian berdua pasangan yang cocok secara sifat. Tidak ada yang mau mengalah. Benar-benar cocok! Pasangan paling mengganggu dan menyebalkan."

Sooyoung bangun dari duduknya kemudian ia memiting leher Jisung pelan. "Coba kau katakan sekali lagi kalau kau berani? Ayo coba!"

Jisung pura-pura kesakitan dan berkata dengan suara yang meringis, "Lepaskan aku kak! Ck... Kakak memang cocok dengan lelaki itu. Kalian sama kasarnya, lepaskan aku! Arghttt... Baiklah, baiklah. Kakak lebih cocok hidup menyendiri selamanya. Kakak lebih cocok membelah diri seperti amoeba daripada menikah dan berkembang biak seperti makhluk hidup lainnya. Aw aw aw... lepaskan kak, Aw!" Jisung meronta-ronta sambil terus mengoceh dan menggoda kakaknya. Ia juga masih terus minta dilepaskan. Padahal kalau ia bergerak agak kencang sedikit, kakaknya juga akan langsung terpental jauh dan ia terbebas begitu saja. Tapi sepertinya ia sedang menikmati riangnya canda tawa yang sudah lama tidak ia lakukan bersama kakaknya itu. Setiap kenangan yang pernah ia lakukan bersama kakaknya dulu sangat ia rindukan. Bercanda tawa, perdebatan alot hingga pertengkaran sepele. Semuanya ingin kembali ia lakukan, ingin ia lalui terus bersama-sama. Ingin seperti itu, ingin bahagia dan tertawa senang seperti saat-saat sekarang, selamanya kalau bisa.

Finding a Good PersonWhere stories live. Discover now