WAIT

4 1 0
                                    

Sendiri dengan tatapan kosong, sudah hampir 1 jam Rose menatap hujan yang kian menit kian deras. Sesekali suara petir mengiringi rintikan hujan malam ini. Wanita berrambut pendek ini sudah terbiasa dengan kesendiriannya. Malam ini dia di rumah sendirian, entah kemana mereka semua. Tak terdengar suara satu pun kecuali suara anjing di belakang rumah yang beberapa kali menggonggong.

"Tolong!!! Rose!!! Tolong!!!"

Lamunan Rose pecah setelah mendengar teriakan seorang perempuan di belakang rumah. Terdengar samar-samar, Namun ia mengenali suara tersebut.

Tak lain dan tak bukan, Rose yakin kalau rintihan tersebut adalah suara Joana, Ibu tiri Rose.

"Aaghh... Rose!!! Tolongin ibu !!!"

Rose berjalan pelan sambil mendengar asal suara yang ia dengar. Lebih tepatnya suara itu berasal dari gudang kecil di belakang rumah, tak jauh dari ruang keluarga.

Rasa takut muncul di benak Rose, Namun ia memberanikan diri untuk memastikan apa itu ibunya atau orang lain. Saat hampir sampai di gudang, suara tersebut hilang. Rose pun juga diam dan membuka pintu gudang.

"Ibuuu!!!!"

Rose berlari menghampiri sang ibu yang sudah tergeletak tak berdaya. Tubuhnya hangus terbakar oleh api. Di dekat mayat ibunya, Rose hanya bisa menangis sekencang mungkin. Apa yang sudah terjadi pada Joana? Rose tak mengetahuinya.

"Hallo? Rose? Are you okey?" Tanya Joana menepuk pundak Rose yang masih langsung sadarkan diri.

"Emm, It's okey. I am okey." Jawabnya, lalu mengusap air mata.

Ternyata hanya ilusi, bukan nyata. Entah, Rose harus bersyukur atau takut setelah melihat kejadian yang barusan dialaminya.

"Syukurlah. Ibu mau langsung ke kamar, capek."

Rose menganggukkan kepala. Sudah mengetahui kalau sang ibu hanya basa-basi menanyakan keadaannya lalu pergi meninggalkannya.

"Oiya, besok ibu ada urusan pagi-pagi. Jadi, ibu minta tolong kamu masakin sarapan buat bapak sama adek-adek kamu,ya?"

Menghela nafas,
"Iya,buk."

Senyum manis terpancar di bibir Joana,
"Oke. Good night,baby."

"Yes."

Bukan sekali, hampir setiap hari Joana pergi pagi-pagi tanpa alasan yang jelas. Rose pun tak penasaran, tak ada untungnya juga untuk tau kepergian ibunya kemana.

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Sarapan hari ini adalah nasi goreng. Ruang makan terisi oleh Rose,Pak George,Naura dan Justin. Naura, anak kedua dari pasangan Joana dan George ini memiliki sifat berbeda dari yang lain. Mempunyai Indra ke-6 menjadi kelebihan Naura. Sedangkan Justin adalah anak bontot yang pendiam.

Tidak banyak obrolan yang terjadi di ruang makan hari ini. Semua menikmati menu sarapan buatan Rose. Rose menatap seluruh keluarganya, ingin rasanya dia mengawali perbincangan agar suasana tak sedingin ini.

"Pak? Hari ini ibu pergi lagi. Bapak tau?" Tanya Rose.

"Gak tau." Cetus George yang tetap melanjutkan makan tanpa menatap Rose.

"Kalau kamu, Ra?"

"Aku kayak ngerasa gak punya ibu. So, aku gak tau dan gak akan pengen tau dia."

Diam. Jawaban Naura membuat Rose tak berani melanjutkan obrolan.

"Okey. Kita lanjutkan makannya." Sahut Rose, memberi ekspresi senyuman paksa.

Dingin dan kaku, itulah keluarga Rose. Pendirian dan sifat yang berbeda, menjadi alasan kehidupan keluarga Rose beda.

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Naura membaca novel di kamar, kebiasaannya waktu liburan mengisi waktu luang dengan membaca. Tidak seperti remaja pada umumnya yang pergi main ataupun nongkrong, Naura hanya mengurung dirinya di kamar.

Selesai membaca novel, Naura beristirahat di kasurnya. Menatap langit-langit kamar yang berwarna hitam, Naura memainkan ponsel dan menghubungi sang kekasih bernama Bima.

"Hay,Bim?"

"Hay,Ra? Ada apa?"

"Gak papa sih, cuman pengen nelfon doang."

"Ow,ntar aja ya nelfonnya. Aku lagi kerja nih,Ra."

"Em,yaudah. Sorry udah ganggu." Naura langsung mematikan sambungan teleponnya.

Naura memang sedikit tempramental, mudah berburuk sangka dan itu jadi keburukan yang dimilikinya.

Mengusap rambut, Naura merasa lelah dengan fase kehidupan yang membosankan seperti ini.

Menghela nafas panjang.

Wajah asing penuh darah tiba-tiba muncul diatas hadapan Naura. Seketika Naura berteriak,

"Aaghh!!!" Menutup kedua matanya.

Setelah beberapa detik, Naura memberanikan diri melihat kembali. Apakah masih ada wajah menyeramkan tersebut atau sudah hilang.

Ternyata sudah tidak ada, Naura mengusap-usap mukanya agar tidak melamunkan hal-hal aneh lagi.

TOK-TOK-TOK-TOK!!!!

Gedoran pintu terdengar sangat keras, lebih tepatnya di pintu kamar Naura. Masih belum hilang rasa was-was yang baru dialami, terjadi lagi hal yang sama.

Takut. Namun, Naura mencoba berani berjalan melihat siapa yang mengetuk pintu dengan keras. Tak mau bersuara, Naura langsung membuka pintunya.

"Kamu kenapa? Tadi,kakak denger kaku teriak-teriak." Tanya Rose.

Syukurlah, ternyata itu Rose, kakaknya.

"Gak da apa-apa kok. I'm fine." Singkatnya lalu menutup pintu dan kembali ke ranjang kasur.

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

KILL AND DIEWhere stories live. Discover now