Bagian 1

67 1 0
                                    

Duk!

"Lo harusnya mundur,"

"Kalo ada bola melambung diatas kepala, lo mundur dong,"

"Itu bola gede, bukan rezeki anak soleh,"

"Hadeuh, bola pertama aja enggak bisa ngambil."

Dengan rasa malu yang menjalar urat nadi, dan rasa kesal karena lontaran timnya yang tidak meng-enakan dihatinya, rasa sakit dan pusing dikepalanya pun tidak kalah berat. Faras tersenyum. Mengusapi wajahnya yang terkena bola servis dari pemain lawan. Ini memang salahnya ketika bola melambung keatas seharusnya ia memundurkan sedikit langkahnya untuk menerima bola pertama. Namun, karena ia kurang peka akan hal itu, alhasil bolanya melambung mengenai wajahnya. 

Sungguh kencang, Faras seperti mendapati wajahnya hilang sebelah. Matanya tidak bisa ia buka sebelah, ingin rasanya menangis, namun ia akan terlalu cengeng. Tubuhnya ia pertahankan agar tidak terjatuh.

"Hehe, maaf tadi bolanya silau," alibinya mencoba menutupi rasa malu dan wajah panas tambah sakitnya, Faras nyengir.

"Lo enggak papa?" tanya Billa yang ada di sebelah Faras.

Faras menggeleng, "Gue enggak papa, muka gue kotor gak?" Faras menunjuk wajahnya sendiri.

"Enggak kotor kok,"

***

Faras menyenderkan punggungnya ditembok warung tempat ia istirahat. Tangan kanannya memegang botol mineral yang tinggal setengah lagi, dan tangan kirinya masih mengusap jidatnya yang masih terasa sakit.

Bola mata sayu dengan bulu lentik itu terus saja memperhatikan bola dengan ciri khas biru-kuning itu yang terus saja melambung kesana kemari dan para pemain yang terus berusaha mempertahankan agar bola itu tidak terjatuh dikawasan pertahanannya.

Faras tersenyum kecut ketika bola itu terjatuh. Sangat mudah melihat taktiknya namun sangat susah dicoba.

Di tempatnya tinggal memang baru-baru ini diadakan pelatihan permainan bola voli tua maupun anak-anak dilatih disini. Dan Faras Saraswati adalah salah satunya anggota yang ogah-ogahan dalam hal olahraga, apalagi voli sangat bukan keahliannya.

Sehingga ia membenci olahraga yang satu ini. Benci. Benci.

Andai ia tidak dipaksa orangtuanya ...

Setelah setengah jam berlatih voli Faras mengutuskan untuk istirahat sejenak. Dan tentunya ia memang ingin mengakhiri ini dari tadi sebelum hantaman itu mengenainya.

"Untung aja gue gak pingsan, kenceng banget yang servis, punya dendam kesumat ama gue kali ya,"  Faras menghela napas berat, sembari melihat Tera, perempuan gendut yang telah membuatnya seperti ini.

Air mineral yang setengah lagi ia habiskan tanpa sisa, lalu beranjak darisana untuk pulang duluan. Tanpa pamit pada teman-temannya terlebih dulu, toh dia rasa mereka sedang asik berlatih, kepergiannya tidak akan mereka ketahui.

Botol kosong bekas mineral itu ia bawa untuk dikumpulkan, dan biasanya setelah terkumpul banyak akan ia berikan pada pemulung jalanan yang selalu lewat didepan rumahnya. "Odeng-odeng."

***

Vote dan komen sebanyak-banyak yaa.

ABSQUATULATEWhere stories live. Discover now