9. Désolé, jumeau

Start from the beginning
                                    

mantan keluarganya yang menjaganya selama anda tidak ada"

___

Suasana sunyi, saat ini mereka ada di kamar rawat Jaemin. Mereka hanya merenung, setelah Johnny mengatakan siapa keluarga Jung dan Jaemin yang bekerja di cafenya. Tak ada yang menyangka, kehidupan Jaemin ternyata sangat rumit.

Kondisinya kritis. Ia sekarat. Tabrakan itu tenyata lebih parah dari tabrakan yang dialami Jeno, sehingga ia dinyatakan koma oleh dokter. Kondisinya sebelum tabrakan ternyata sudah lemah, itu salah satu pemicu kondisi kritisnya ini.

Jaemin itu kuat. Namun itu hanya di luar saja. Dasarnya ia adalah anak lemah. Bayangkan, kau berjuang 12 tahun, dan ketika kau menemukan kebahagiaanmu, tapi dia melupakanmu dan berakhir ditinggalkan?

"Jangan benci Jaemin hyung.. dia sudah.. bekerja keras.." lirih Jisung yang membuat seluruh atensi ruangan itu berpusat padanya. "Jaemin hyung bekerja.. itu untuk kesenangan dirinya. Aku tahu, dia menunggu keluarganya kembali, makanya ia tidak menyerah. Jaemin hyung itu bukan orang yang kuat. Ia lemah, aku sering melihatnya minum obat.." lanjutnya. Ia tidak menangis. Namun tatapannya kosong, tidak seperti Jisung yang biasanya. Terlihat jelas, penyesalan, dan sendu di tatapan itu. Seluruh ruangan itu hanya mendengarkan Jisung. Karena mereka tahu, separuh hidup Jaemin itu bersama Jisung. Meski Jeno kakak kembarnya, meski Yoona ibu kandungnya, namun tetap mereka kalah dengan Jisung, yang sudah bersama Jaemin 10 tahun.

"Kami menemukan Jaemin dulu saat ia sedang berjalan lesu di jalanan sambil membawa bonekanya, lalu kami memutuskan untuk membawanya, karena saat itu Jaehyun ingin adik dan Jessica sudah tidak bisa hamil lagi. Lalu 2 tahun kemudian, kami terpaksa meninggalkannya, karena kami pindah ke New York. Tentu kami semua hancur saat itu, namun harus apalagi? Dan ketahuilah kalian, Jaemin selalu menyebut kalian saat tidur"

Air mata Yoona tumpah, lagi. Anak bungsu nya itu menderita, sementara ia bahagia di Kanada bersama keluarga barunya. Jessica menjadi orang pertama yang menghampiri bangsal Jaemin. Ia membuka tasnya dan mengambil sebuah boneka, boneka favorit Jaemin, lalu meletakkannya disamping Jaemin. Memang saat itu, Jaemin mengembalikan lagi bonekanya ke Jessica, supaya Jessica menjaganya, dan sebagai kenangan. Lalu ia mengecup kening dingin Jaemin pelan. "Istirahat dulu disana, kita menunggu" ujarnya, lalu keluar dari ruangan itu disusul Yunho. Jaehyun tahu, ibunya itu tidak tahan berada di ruangan itu lama lama.

Jaehyun lalu mendekat ke Jaemin. Ia juga tidak tahan, menyaksikan adiknya, terbaring lemah dengan alat penunjang hidup yang terpasang padanya itu. "Jangan khawatir, istirahat dulu disana. Jangan peduliin kita, bahagiakan dirimu dulu, baru nanti, kita akan menyambutmu pulang" ia lalu keluar dari ruangan itu. Johnny, ia melirik Jaemin sekilas, lalu menyusul Jaehyun.

Kini, tersisa Yoona, Jeno, Jisung, Haechan dan Renjun. Yangyang sudah pulang duluan bersama Chenle, Donghae dan Mark pulang untuk mengambil baju.

Tak lama kemudian, seorang dokter masuk ke ruangan itu bersama Jaehyun. Mata Jaehyun sembab dan memerah, ia habis menangis. "Saya Moon Taeil, dokter yang bertugas merawat Jaemin kedepannya. Dan saya mohon maaf, telah lupa menyampaikan sesuatu yang penting terkait kondisi Jaemin saat ini"  dokter yang bernama Moon Taeil itu membuka sebuah map merah, entah apa isinya.

"Pertama saya ingin bertanya, apa ada anggota keluarga yang memiliki kelainan penyakit?" Yoona hanya menggeleng. Setahunya, baik dirinya maupun Goongmin tidak memiliki penyakit serius. "Salah satu faktor penyebab Jaemin kritis saat ini adalah kondisinya yang lemah. Kemungkinan besar disebabkan oleh jantungnya yang lemah, dari lahir" Yoona tidak bergeming. "L-lemah?" Tanya nya. "Iya, kemungkinan terbesarnya, adalah faktor keturunan. Dan jika dilihat dari riwayat penyakit tuan Na, hal sama terjadi. Salah satu penyebab kematian tuan Na adalah karena jantungnya yang lemah"

Yoona hampir tumbang saat Taeil mengatakan itu, namun ia ditahan Renjun dan Haechan. Sementara Jeno, air mata nya sudah jatuh.

Bukan hanya Jaemin mirip dengan sang ayah, bukan hanya Jaemin yang mewarisi kepintaran sang ayah, namun Jaemin juga mewarisi penyakit dan kejadian sama yang terjadi dengan sang ayah. "Jika semisal sampai fasilitas rumah sakit tidak memadai, maka terpaksa Jaemin harus menjalani operasi di luar negeri untuk jantungnya. Itu saja yang saya sampaikan. Saya permisi" lanjut Taeil lalu keluar dari ruangan itu. Semua seketika tidak bisa menahan tangis mereka.

___

Jeno mengurung dirinya di dalam kamar. Ia pikir air mata nya sudah habis. Atau memang ia yang sudah tidak bisa menangis lagi. Seumur hidup Jeno memang sangat jarang menangis. Mungkin hanya 1 - 3 kali saja. Hingga,

Tok tok tok

"Jen?"

Suara itu berasal dari luar pintu. Suara familiar yang Jeno kenal. Ia mendengar, namun memilih diam dan tidak menjawab panggilan itu. Lalu kurang lebih 5 menit kemudian, pintu terbuka, menampilkan sosok yang memanggil Jeno tadi.

Ia menghela nafas dalam. "Na Jeno" barulah kepala Jeno terangkat, melihat orang yang memanggil Jeno itu. "Jen, kau pikir Jaemin menyukai dirimu yang seperti ini?"

"Mark hyung.. ini salahku. Jika saja-" ucapan Jeno terpotong, saat Mark tiba tiba memeluknya. "Kalian berdua salah. Menghindar sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalah. Namun Jen, jika yang tertabrak itu kau, mungkin Jaemin akan pergi lagi, bahkan mungkin dia tidak akan bersama kita lagi, atau mungkin.. menyusul ayah Goongmin" Mark memeluknya erat. Jeno dapat merasakan kehangatan yang disalurkan dari pelukan itu. Ia tahu ia salah, namun disini ia tidak menyalahkan Jaemin, yang jelas juga bersalah.

Karena statusnya sebagai sang kakak.

"Jen, jangan seperti ini. Kau pikir.. Jaemin akan suka? Tidak. Ia tidak akan suka melihat kakaknya seperti ini, ataupun mama"

"Tapi hyung-"

"Jen"

Jeno terdiam. "Kau mau aku melakukan apa?" tanya Jeno akhirnya, pasrah. "5 menit kutunggu dibawah, makan" ujar Mark lalu keluar dari kamar Jeno. Membiarkan Jeno entah melakukan apapun.

"Sudah, selanjutnya apa?"

"Terima kasih, hyung. Tolong jaga dia.. juga papa mama. Aku.."

Mark tersenyum pada sosok itu. "Gunakan waktumu sebaik mungkin. Jangan pedulikan kami. Bahagialah dulu, mungkin bersama ayah? Jangan lupa menemuiku juga. Oh ya, jangan lama lama.. aku takut kondisi akan berubah nantinya. You know.. semua takut dengan kondisimu saat ini" sosok itu hanya tersenyum. "Aku tahu, hyung. Akan ku gunakan waktu sebaik mungkin. Aku titip mereka.. juga aku tidak tahu nantinya, jika aku tidak kuat, maka aku akan menyerah" ujarnya. "Jangan katakan menyerah, aku tahu kau anak kuat. Buktinya kau berani melawan ini semua sendirian. Menutup rapat rahasiamu, sampai tidak ada yang tahu" balas Mark.

"Hyung, aku mau menemui dia dulu.. setidaknya hanya melihatnya, walau ia tidak bisa melihatku ataupun tahu keberadaanku. Percuma  mengobrol padanya"

Mark tersenyum, lalu menunjuk ke arah pintu. Sosok itu pun menembus pintu, menemukan Jeno, duduk dengan tatapan kosong.

"Maafkan aku.. Na.. maafkan kembaranmu yang bodoh ini"

Sosok itu tersenyum, kembali.

"Désolé, jumeau.."
[Maaf, kembaran]

Mark mendengar itu semua dari balik pintu. Ia bisa melihat dan mendengar mereka yang berbeda dunia dengannya. Dalam artian lain, Mark adalah seorang indigo. Kemampuan itu ia dapatkan dari hasil warisan sang ibu yang merupakan indigo juga. Kemampuannya itu ia tutup rapat rapat. Ia tidak ingin ada yang tahu tentang dirinya. Salah satu penyebab dirinya tertutup. Dan tidak ada yang tahu, Mark bisa melihat dan mendengar mereka, kecuali sosok itu.

Na Jaemin. Yang sedang koma.

___

To Be Continued

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now