23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian

Start from the beginning
                                    

"In every angel, a devil hide, Felicia." Tala tersenyum miring.

"But you can't hurt people."

"No, I just can't hurt you. If you are not Felicia Lim, it woud be diffrent."

"Apa percakapan ini serius?" aku bertanya.

Jujur, melihat ekspresi Tala yang keras dan tampak tidak memiliki belas kasihan membuatku merinding. Ada yang berbeda dari Tala saat mengungkapkan hal ini. Apa sungguhan yang dia katakan terjadi? Jangan-jangan Mas Tala lagi menirukan dialog yang ada di film action.

"Mas Tala, cita-cita pengen jadi Jackie Chan?" Vokalku nyaring lagi setelah Tala melejitkan bahu. "Kalau iya, Kakek Lim punya banyak koleksi kasetnya."

"Hahahaha." Ya kan dia tertawa renyah. Tala beranjak ke dekatku, mencium puncak kepalaku. "Iya, aku bercanda," lanjutnya.

Tala membereskan piringnya, makanannya masih setengah tapi tampaknya dia tidak ingin melanjutkan percakapan kami. Aku bisa bernafas lega sebab tadi hanya percakapan aneh yang tidak nyata. Kadang, orang dewasa perlu berkhayal juga. Aku sering kok mengkhayal jadi induk ayam. Enak kan bertelur setiap pagi terus habis bertelur pengennya jadi manusia lagi. Lumayan telur gratis tiap hari.

Tapi ..... Kalau Mas Tala sungguhan iblis. Tentu saja aku akan ....

"Mas Tala," panggilku kepada Tala yang siap-siap mandi.

"Yes, cry baby?"

"I dont care if you devil or not as long as you will love me the way devil loves hell."

Well, meskipun aku enggak bisa se-hot neraka, aku bakal berusaha menjadi Felicia yang membara. Jangan cemas Mas Talaku!

"Aku tidak suka neraka. Aku suka tempat―di mana pun itu, asal ada kamu, Felicia."

"Idih, anjay marijay. Mas Tala lagi gombalin aku, nih?" Aku meledeknya sambil tersenyum ala tante mesum.

Aku beranjak ke dekat Tala, lalu mencolek-colek perutnya. Tala langsung manyun gemas.

"Mumpung kamu kelihatan senang. Aku mau bicara soal kerjaan. Aku harus ke Vietnam selama tiga bulan."

"Hah?" bibirku terbuka beberapa senti meter. Senyumku langsung hilang dan aku mendadak ingin marah.


-oOo-

Dari: Nabastalaku

Sudah makan?

Aku yang sekarang berada di ruang rapat bersama Lucas dan investor pun langsung salah tingkah ketika melihat pesan dari Tala. Aku menyembunyikan ponsel ini dibalik meja bundar. Sekarang tim kami sedang presentasi, jadi tidak layak kalau aku main handphone kan?

Belum sempat aku menjawab sudah ada pesan masuk lagi. Sangat tidak sabaran.

Dari: Nabastalaku

Aku harus berangkat ke Vietnam satu minggu lagi. Ada pesta ulang tahun salah satu teman bisnis Ekandanta. Mau ikut?

Aku menggigit bibir. Aku baru tahu Tala akan pergi ke Vietnam tadi pagi setelah kami sarapan. Katanya, ada urusan mendadak perihal menjadi sukarelawan. Alasannya terdengar salah, pikiranku tidak membenarkan itu. Seperti ada hal lain, tapi aku lupa.

Dari: Nabastalaku

Masih marah? Aku pergi hanya tiga bulan. Bakal kurang dari itu kalau pekerjaan di sana cepat selesai. Dan pastinya aku akan menyelesaikannya dengan cepat. Jelas. Karena Mas Tala juga bakal kangen kamu. Jangan marah, Felicia? Oke?

Oh My Husband!Where stories live. Discover now