Part 9

47K 2.6K 85
                                    


Helena terbangun setelah beberapa jam tertidur. tangan dan kakinya kembali melilit tubuh Arthur.

Membuat dirinya sendiri terkejut dengan yang alam bawah sadarnya perbuat.

"Pagi."

Pemilik suara serak menyapanya. Arthur yang sudah terbangun dari tadi menatapnya dengan sorotan geli.

Arthur sudah belajar dari pengalaman sehingga tangannya kini berada dikedua sisi tubuhnya tak berani bergerak sedikitpun.

Sedangkan Helena terpaku oleh tatapan mata hijau Arthur tanpa kacamata yang menghalangi. Warna hijau yang cerah bertabur wana abu abu yang bias ditepinya.

Matanya tak sedikitpun berkedip menatap Helena yang mulai merasakan panas dingin disekitar perutnya.

Tubuh Arthur mendekat, bibirnya hanya berjarak satu centi dari bibir Helena. Membuat jantung Helena mulai berdegup dengan kencang. darah dipompa cepat di seluruh urat nadinya.

Apa ini? perasaan apa ini?

Helena bertanya pada dirinya sendiri saat Ia merasakan sesuatu yang mengembang di perutnya.

Saat bibir Arthur semakin mendekat hingga Ia bisa merasakan deru nafas Arthur, Helena spontan menutup matanya. Menunggu bibir Arthur menyatu dengan bibirnya.

Alih alih penyatuan bibir. Arthur menempelkan dahinya di dahi Helena. Mengukur dengan seksama suhu badan Helena.

"Suhu badanmu sudah kembali normal. Warna kulitmu juga berwarna lagi... Bahkan, lebih berwarna." Arthur mundur untuk mengamati wajah Helena yang memerah.

Malu dengan kelakuannya sendiri, Helenapun mendorong dada Arthur untuk menjauh.

Helena berdeham untuk mengendalikan emosinya. "Apa kau tidak kerja?"

Arthur menaikkan bahunya. "aku ragu meninggalkanmu sendiri di rumah."

"Aku baik baik saja. Mual hanya terjadi di pagi hari setelah itu dia tidak akan muncul lagi."

Arthur meragu, membuat Helena berdecak kesal. Dia hanya morning sickness bukan pasien gawat darurat yang setiap menit harus dijaga.

"Ku yakinkan padamu ini memang selalu terjadi pada ibu hamil. Hormon kami bekerja dengan berlebihan." ujar Helena seraya turun dari tempat tidur.

Arthur dengan cepat menarik pergelangan tangan Helena sehingga Ia kembali berbaring diatas tempat tidur.

Arthur naik keatas tubuh Helena. menggenggam masing masing tangan Helena dan meletakkannya disisi tubuh Helena.

Arthur terkekeh saat melihat mata Helena yang melebar karna terkejut. Arthur menatap kearah payudara Helena yang naik turun.

Jantung Helena berdetak dengan kencang. Otaknya mulai membayangkan malam yang tak seharusnya terjadi. Malam dimana jari jari tangan Arthur membelai setiap inci kulitnya. Malam dimana benih ditaburkan.

Membayangkan hal itu membuat celana dalam Helena basah seketika. Kedua paha Helena saling mengapit, menyembunyikan bukti gairahnya.

Helena menggelengkan kepalanya, berusaha bersikap rasional dan mengesampingkan hasrat yang timbul.

"Apa yang kau lakukan!" teriak Helena, berusaha melepaskan kedua tangannya dari cengkeraman Arthur.

"Sssshhhh... tenanglah."

Kepala Arthur turun dari payudara Helena menuju perutnya. Sumpah serapah terlontar dalam hatinya saat ujung hidung Arthur menyentuh tepi putingnya. mengakibatkan putingnya menegak minta disentuh dan disayang.

Karma Circle [COMPLETE][love-hate Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang