“Oh, aku kira satunya mau kamu kasih ke seseorang.”

“Kalau kamu mau satu, ambil saja.”

“Bukan aku, tapi pasanganmu yang sebenarnya.”

Gerak tangan Eva berhenti. Pasangannya yang sebenarnya, Eva penasaran bagaimana kabarnya sekarang.

“Va?” panggilan Mira membangunkan Eva dari lamunan singkatnya. Eva menaruh rangkaian gelang setengah jadi itu di atas meja sambil bangkit berdiri.

Eva menyiapkan makanan dengan cepat, Mira sudah menunggu di meja makan kecil mereka sambil bermain-main dengan Leggo, kucing  peliharaan mereka.

“Aku kangen nasi putih sama gulai ayam,” keluh Mira saat Eva menaruh piring berisi nasi merah dengan tumisan brokoli campur tahu kukus dan dada ayam yang dipotong dadu.

“Jangan banyak mengeluh. Kalau sudah malas olahraga, minimal makannya harus dijaga.”

Meski begitu, Mira tetap menghabiskannya. Eva masih baik karena menambahkan daging ayam di piringnya, karena sejak beberapa bulan terakhir Eva berkomitmen menjadi vegetarian. Sungguh pilihan cara hidup yang buruk menurut Mira.

Berhubung Eva yang sudah memasak, Mira bertugas mencuci piring dan peralatan masaknya. Sementara Eva bersantai sambil membelai Leggo yang super manja.

Leggo sudah menemani mereka sejak hari pertama mereka pindah ke sini, Leggo adalah kucing kampung berbulu putih yang mereka temukan di depan villa. Saat mereka temukan, Leggo sangat kurus dan tak terurus, sekarang Lego menjadi teman kesayangan Eva. Jika tahu memiliki hewan peliharaan akan semenyenangkan ini, Eva seharusnya memiliki satu dari dulu. Maka akan ada yang selalu menyambutnya ketika Eva baru pulang, dan tidak pernah membiarkan Eva sendirian karena Leggo sangat suka cari perhatian.

“Va, kamu masih belum terpikirkan pulang dalam waktu dekat, ya?”

Pulang. Eva tidak yakin ada tempat senyaman di sini untuk dijadikan tempat pulang. “Bagaimana kalau kita tinggal di sini selamanya?"

Mira tertegun sesaat. “Itu memang rencanaku,” jawab Mira. “Tapi bagaimana dengan Saga? Kamu berjanji akan kembali, kan?”

“Dia mungkin sudah lupa.”

“Kalau melupakan semudah itu, lalu kenapa kamu nggak bisa lupa?”

“Mira, berhenti melempar balik pertanyaan.”

Mira menghela napas panjang dan berkata dengan nada jengkel, “setidaknya penuhi janjimu saja dulu. Kalau perasaan dia memang sudah berubah, ya sudah akhiri semuanya di sana. Baru saat itulah hidup barumu benar-benar dimulai.”

Mira benar, janji serupa hutang yang baru akan lunas ketika dibayar. Selama ini Eva hanya mengalihkan ketidakpercayaan dirinya untuk berada di samping Saga, dengan menyibukkan diri, entah dengan berolahraga, belajar melukis di sebuah sanggar, atau mengerjakan pesanan aksesoris.

Selain lingkungan dan kegiatan pengalih pikiran, Eva menemukan sebuh komunitas kecil bernama I Listen. Eva diberitau kalau I Listen terbentuk sebagai wadah bagi orang-orang yang kesulitan mengungkapkan perasaan. Ada yang karena takut dihakimi, ada yang merasa sendirian, atau ada juga yang tidak percaya diri dengan apa yang dimiliki. Di sana mereka saling mendengarkan dan menguatkan.

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang