7. Jisung & Park

Zacznij od początku
                                    

"Hyung! Ini dipotong seperti apa? Kecil kecil? Besar besar?"

"Dicuci dulu Jisung.."

"Cuci? Tidak pakai sabun kan?"

Aku hanya tertawa. "M-maksudku hanya memastikan. Tentu aku tahu tidak pakai sabun! Jadi dipotong seperti apa?" Aku makin tertawa. Muka Jisung sudah memerah menahan malu. Sampai 2 menit, aku masih tidak bisa berhenti tertawa. "Hyunggg!!" rengeknya kesal. "Baiklah baiklah" ujarku menenangkan diri. Lalu aku menghampirinya dan mencontohkannya. Sudah kubilang, Jisung itu masih bayi. "Jadi siapa yang bayi hm?" Ujarku sambil memandangnya yang sibuk meniris kimchi. Omong omong, kami memasak nasi goreng kimchi alaku. Jisung sendiri yang minta diajari, alasannya ia ingin membuatnya sendiri nantinya jadi tidak merepotkanku. Padahal aku senang senang saja. Sama sekali tidak merasa direpoti.

"Hyungg!!" Rengeknya yang membuatku kembali tertawa. "Hari ini kau menggemaskan sekalii!!" ujarku memainkan pipi lenturnya. "Aku memang setiap hari menggemaskan hyung" balasnya. "Tapi hari ini kau benar benar menggemaskan!" Balasku. "Iya iya hyungggg" ujarnya kesal. Aku memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan masakanku.

Tak lama kemudian, kami selesai. "Akhirnya jadi!!" Ujar Jisung heboh. "Sudah, makan sana" balasku memberi Jisung sendok dan sepasang sumpit. Kami makan tenang. Sampai, "Hyung, jangan pernah berhenti peduli padaku.. jangan pernah bertindak seolah kita tidak pernah mengenal satu sama lain, oke?". Aku mengernyitkan dahi. "Apa maksutmu? Kau hari aneh Ji. Atau.. ada yang kau tutupi dariku? Kenapa? Apa? Cerita saja" ujarku lalu menaruh alat makanku. "Tidak apa apa, lanjutkan saja hyung. Habis ini aku mau memberi tahu sesuatu" aku hanya menurut. Dalam hati berdoa agar semua baik baik saja. Dan Jisung tidak memberi tahu yang tidak tidak. Juga.. diam diam aku berharap agar firasat burukku ini cepat hilang. "Ji.. kau tidak ada niatan meninggalkan hyung, kan?" Entah kenapa tiba tiba pertanyaan itu keluar dari mulutku.

Ia hanya diam sesaat sebelum, "Hyung, tidak akan pernah. Hyung saja yang janji.. tidak meninggalkanku.. ataupun Chenle ataupun Jeno hyung, atau Mark hyung"

"Kalau itu, aku tidak akan meninggalkan kalian, jika kalian tidak meninggalkanku. Kondisional, Ji"

"Baiklah, tapi janjilah hyung, jangan pernah berhenti peduli padaku.. jangan pernah meninggalkanku"

Aku tersenyum tipis,

"Janji"

___

"Jadi apa yang mau kau bicarakan?"

"Ini.." Jisung menyodorkan padaku sebuah amplop, yang kurasa isinya surat? "Surat? Tumben sekali kau menulis surat Ji?" Tanganku bergerak membuka amplop itu, sebelum Jisung menahan tanganku. "Itu.. nanti saja membukanya! Satu jam lagi.. aku.. malu hyung" lagi lagi aku tertawa karena tingkahnya. Lalu aku menyimpan amplop itu.

"Hyung.. boleh peluk?"

"Tentu"

Aku agaknya heran dengan perlakuan Jisung hari ini. Ia biasanya tidak mau dipeluk, lebih suka dipeluk saat tidur. Tapi tak apa. Aku malah senang.

"Hyung kau tidak lelah? Ayo tidur siangg"

"Kau ini, kau lelah? Kalau lelah ayo tidur"

"Hum!"

Kami berdua merebahkan diri di kasur. Hari ini kami cukup lelah. Ya, walau kegiatan kami hanya memasak tapi, tetap saja melelahkan, bukan?

"Hyungg"

Aku paham kodenya. Tanganku bergerak untuk mengusap pucuk kepalanya dan memeluknya. Lalu tanpa sadar, aku sudah terbawa ke alam mimpi. Salah satu penyesalanku.

Samar samar aku mendengar suara Jisung berkata padaku, "Maafkan aku hyung.. Terima kasih untuk segalanya"

Tapi aku menghiraukannya. Menganggap itu bagian dari alam mimpiku. Jika saja...

___

Aku terbangun begitu tidak merasakan kehadiran Jisung di sisi lain kasur. Tidak mungkin kan anak itu keluar lagi? Akupun memutuskan untuk mencarinya disekitar rumah. Namun tidak ada tanda tanda ia disini.

Tak sengaja netraku menangkap sesuatu diatas meja. Hanya secarik kertas yang berisi tulisan tangan. Yang sudah jelas tulisan tangan Jisung.

Hyunggg, pertama aku ingin minta maaf. Jangan menangis ya hyungg apalagi saat membaca inii

Kedua, hyung sudah boleh membuka suratnya.

Maaf sekali lagi hyung.. terima kasih juga untuk segalanya. Lagi, jangan lupakan aku!!

-Jisungiee

Aku semakin bingung tentang maksud Jisung. Sampai aku ingat tentang surat yang ia beri tadi. Perlahan aku menepis kemungkinan buruk yang muncul di otakku. Demi apapun, jangan sampai apa yang kupikirkan terjadi.

Aku membuka amplop itu. Didalamnya ada selembar foto polaroid dan selembar kertas. Foto polaroid kami berdua yang diambil oleh Chenle. Aku masih ingat, saat itu Chenle baru saja diberi hadiah kamera oleh orang tuanya, lalu memfotoku dan Jisung sebagai 'percobaan pertama' nya. Dan hasilnya pun tidak buruk.

Tanganku lalu perlahan membuka selembar kertas yang ditekuk. Lalu membacanya. Tulisan tangannya tidak rapi, khas Jisung sekali.

Nana hyung~~

Bentar bentar.. aku masih canggung menulis surat. Aku tidak tahu mau menulis apa. Langsung saja ya, aku malu > - <

Hyung, terima kasih sudah mau merawat Jisung selama bertahun tahun ini. Berapa tahun ya? 10 tahun? Dan Jisung ga pernah menyesal punya hyung sehebat Nana hyung.

Hyung, Jisung juga mau minta maaf. Maaf dulu kelakuan Jisung yang bikin Nana hyung emosi. Juga maaf buat saat ini.. Jisung yang ninggalin hyung.

Maaf hyung, aku ingkar janji. Aku sudah memutuskan untuk kembali ke keluarga Park, keluarga kandungku. Maaf, sangat, hyung. Entah nantinya aku akan menyesal atau tidak, tapi sepertinya iya. Tapi mau bagaimana lagi? Ini keputusanku. Maaf lagi hyung. Maaf juga, Jisung kesannya menghamburkan uang hyung.

Tapi hyung, Jisung boleh meminta sesuatu?

Jangan banyak menangis, jangan lupa makan, jaga diri hyung, jangan banyak minum kopi, hyung boleh berhenti, toh hyung sekarang membiayai diri sendiri, juga dibantu keluarga Lee.

Hyung, yang bahagia ya, dengan keluarga Lee? Disana ada 2 anggota keluarga kandung hyung. Harus bahagia terus!! Nanti Jisung marah.

Oh ya hyung, jangan lupakan Jisung ya? Jisung mohon..

Segitu saja. Sampai bertemu lagi, Nana hyung.. entah kapan.

JISUNG SAYANG NANA HYUNG♡︎♡︎ JAGA DIRI HYUNG♡︎

-Na (Park) Jisung

Aku menangis. Untuk kesekian kalinya, Na Jaemin menangis. Dadaku terasa sesak. Aku masih meyakinkan diri sendiri jika Jisung tidak meninggalkanku untuk keluarga Park itu.

"Jisungie.. Na Jisung adik hyung.. kau berjanji.."

Aku masih terus terisak. Tak peduli lagi. Bagiku Jisung itu sangat berharga. Ia yang ada disisiku selama 12 tahun itu. Ia alasanku bertahan. Namun, dirinya malah pergi seperti ini. Demi sebuah keluarga yang membuangnya.

Jika saja aku tidak benar benar tidur, aku masih bisa bertemu Jisung lagi, mencegahnya. Tapi apa boleh buat? It's already in the past.

Pada tanggal 13 Mei, aku kembali merasakan kehilangan. 13 Mei, aku kehilangan Na Jeno dan Na Jisung.

Dan mimpiku tadi malam terjadi di kehidupan nyata. Mimpi, aku ditinggalkan oleh Jisung. Dan ketakutanku terjadi lagi. Ditinggalkan oleh seseorang yang kusayang.

Mau merutuki takdir, tapi siapa aku hingga berani merutuki takdir? Apa yang bisa ku lakukan? Tidak ada yang bisa menentang takdir. Dan pada akhirnya.. aku hanya bisa menjalankan apa yang takdir beri padaku.

___

To Be Continued

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz