"Kalian bawa polisi?" Tanya Nayeon.
"Iya, kita harus nangkep Mina dan selesain ini." Jawab Chaeyoung.
"Tapi ngga perlu bawa polisi juga." Ucap Dahyun.
"Lo kenapa, sih? Lo lindungin Mina? Dia itu pshyco!" Sahut Jihyo.
Ya. Mereka kini telah mengetahui yang sebenarnya. Tzuyu memberanikan diri untuk memberitahu mereka. Tapi, apa yang mereka tahu hanya sebagian kecilnya saja. Karena yang tahu bagaimana detailnya adalah, Sana, Nayeon, Dahyun dan Mina sendiri. Selebihnya, tidak ada.
"Mina, gue bener-bener ngga nyangka ya, sama lo." Ucap Momo kecewa.
"Gue lebih ngga nyangka sama Sana. Lo tau semuanya tapi kenapa diem aja?" Imbuh Tzuyu.
"Dan, Nay? Apa lo jadi yang terakhir?" Tanya Jeongyeon.
"Ya, dan asal kalian tau, gue- ngga masalah." Jawab Nayeon dengan pelan. "Karena gue ngerasa bersalah sama Mina."
"Gila!"
"Kalian denger sendiri, kan? Nayeon ngga masalah kalo gue bunuh, jadi-"
Mina berjalan perlahan. Menghampiri Nayeon.
"Berhenti dan tetap diam. Kalau tidak, kami akan menembakkan peluru ini kepadamu." Ancam Jaebum.
"Peluru?" Gumam Mina. "Saya nggak takut."
Mina benar-benar tidak memperdulikan ancaman itu. Ia tetap berjalan kearah Nayeon yang sedang dilindungi oleh Dahyun. Sana sendiri sudah menarik-narik tangan Mina untuk berhenti.
"Saya bersungguh-sungguh. Berhenti, atau kamu akan mati."
"Jangan! Jangan tembak Mina." Ucap Sana memohon. "Mina, jangan, hm? Biarin aja. Ikhlasin semua. Oke? Serahin diri kamu dan semuanya akan membaik sedikit demi sedikit."
"Aku ngga pernah minta Kakak buat nembak Mina ya. Jangan gagabah." Ucap Chaeyoung. Ia hanya meminta saudaranya itu untuk menangkap Mina, tidak dengan menembak ataupun mengancamnya.
"Mina, jangan......" Lirih Dahyun.
Sana menatap kearah Jinyoung dan Jaebum. Memperhatikan jari salah satu dari mereka yang hendak menarik pelatuk.
"Maaf, Chaeyoung."
"JANGAN!"
"MINA, AWAS!"
DOR.
Seisi ruangan sontak menjerit. Jaebum baru saja menembakkan peluru kearah Mina. Gadis itu benar-benar akan mengayunkan pisaunya kearah Dahyun dan Nayeon jika saja Ia tidak menarik pelatuknya.
Mina telah membunuh setidaknya 7 orang, meskipun ditangkap dalam keadaan hidup, Mina akan mendapatkan hukuman yang sangat berat.
"K-Kak....."
Semua kembali diam. Mencerna apa yang baru saja terjadi. Terlebih Mina. Tubuhnya baru saja ditarik dan dipeluk oleh Sana. Tangannya yang berada di punggung Sana basah. Mina memberanikan diri untuk melihat itu, dan apa yang terjadi selanjutnya adalah, tubuh Sana merosot kearah lantai dan tangisan Mina terdengar keras.
"Kak!"
Semua, kecuali Nayeon dan Dahyun kebingungan. Kenapa Mina memanggil Sana dengan sebutan itu?
"Sana!" Pekik Dahyun dan Nayeon secara bersamaan. Mereka berdua segera menghampiri Sana yang sudah tergeletak lemas di lantai dengan darah mengucur deras dari arah punggungnya.
Ya. Ia melindungi Mina dari tembakan itu.
"Udah aku bilang! Jangan gegabah. Liat! Kakak nembak siapa?!" Amuk Chaeyoung sebelum berjalan kearah Sana, bersama yang lainnya.
"M-Mina....." Panggil Sana pelan. Ia mencengkeram almamater Mina dengan erat. Berusaha menahan rasa sakitnya.
"Kak, engga. Jangan....." Pinta Mina. Ia menangis. Sama sekali tidak pernah membayangkan Sana akan mengorbankan dirinya untuk Mina seperti ini.
"Berhenti, hm?" Ucap Sana. Napasnya mulai tersenggal-senggal. Darah mengalir dari mulutnya. "C-cukup."
Mina mengangguk cepat. "Aku berhenti. Aku bakal nyerahin diri ke polisi. Aku mau tanggung jawab semuanya, tapi aku mohon. Kakak bertahan ya?"
Sana menggeleng. "Jaga diri kamu baik-baik. Kakak, s-sayang sama kamu."
Setelah berkata demikian, cengkeraman tangan Sana mengendur. Kepalanya yang semula berada di paha Mina jatuh ke lantai.
Sana, meninggal.
Bukan hanya Mina, mereka berdelapan juga menangis. Chaeyoung mendadak menyesal. Harusnya Ia tadi tidak usah meminta bantuan kepada Jinyoung dan Jaebum. Mungkin tidak akan berakhir seperti ini.
"Engga, Kak! Engga!"
Mina mengeram marah. Ia berdiri. Berjalan mendekat kearah Jaebum dengan percaya diri.
"Anda sudah menembak orang yang salah."
Jaebum mendadak gugup. "Itu bukan salah saya. Kakak kamu sendiri yang memilih untuk melindungi kamu dan mengorbankan dirinya."
"Oh ya?" Tanya Mina. Tangannya bergerak meraih lengan Jaebum yang menggenggam pistol, lalu mengarahkannya kepada kepalanya sendiri. "Apa Anda tahu? Betapa berharganya dia untuk Saya?"
"Mina, jangan." Ucap Nayeon. Ia tahu, Mina akan melakukan apapun untuk tetap bersama Sana.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Jinyoung.
"Alasan utama saya bisa hidup selama ini adalah Kakak saya. Kalau Ia meninggal, menurut anda, apa yang akan saya lakukan?"
"Kamu jangan macam-macam." Ucap Jaebum. Ia hendak menarik tangannya, tapi tidak bisa.
"Tembak saya."
"MINA!"
Mina tidak peduli dengan teriakan teman-temannya itu. Sama sekali tidak ada gunanya.
"Jika harus memilih, saya lebih baik pergi bersama Kakak saya dibandingkan harus hidup bersama kedua orang tua saya. Oleh karena itu-"
Mina tidak lagi melanjutkan ucapannya, yang Ia lakukan adalah, menarik pelatuk pistol yang kini tertempel di dahinya.
"MINA, JANGAN!"
DOR.
Berakhir. Dua orang kakak beradik meninggal hari ini karena timah panas menembus tubuh mereka.
Say goodbye to the world, Minatozaki Sana and Myoui Mina.
••• END •••
HELLO... GIMANA? PUAS NGGA SAMA ENDINGNYA?
Kalo belum, aku kasih penawaran spesial nih. Pilih salah satu aja, oke?
1. Bonus Chapter
2. Cerita masing-masing member
3. QnA
4. Season 2? Tapi beda cerita. Wkwkwk
Okeeee, aku tunggu pilihan kalian ya...
YOU ARE READING
CODE |Part 0.2 - ~|
Fanfiction"Lo... Itu lo kan yang seret kita ke dalam kode-kode ngga jelas ini?" Available for part 0.2 until the end. Part 0.0 and 0.1 you can read on account @smilnw_
