PART 06 : THE FUCKING RAYMOND

14.2K 250 138
                                    

HOLLA EVERYONE

WELCOME TO PART 07

HAPPY READING AND ENJOY

Anak baptis dari Duke of Edinburgh, Scotland itu pernah mewarnai hari-hari Raymond setidaknya selama tiga tahun penuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anak baptis dari Duke of Edinburgh, Scotland itu pernah mewarnai hari-hari Raymond setidaknya selama tiga tahun penuh. Dan taburan bintang di langit Edinburgh menjadi saksi bisu mereka. Semuanya terasa sempurna sebelum penghianatan menyakitkan itu Ray alami. Dan menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping.

Tak hanya menyakiti hati Ray, Helena Shopie juga sudah menjatuhkan harga dirinya. Bagaimana bisa gadis itu membatalkan pertunangannya secara sepihak. Dan menerima lamaran pria lain, seorang pangeran Swedia. Padahal kala itu rumor pertunangan Raymond dan Helena Shopie sudah menyebar luas di khalayak masyarakat Madrid.

Sedetik kemudian, Ray mengerjapkan matanya---membuang semua pikiran tentang Helena Shopie jauh-jauh. Tidak. Raymond tidak ingin mengingatnya lagi. Seberapapun mempesonanya gadis itu.

Sementara Grace, gadis di sampingnya tersebut merebahkan tubuhnya di atas rumput. Berbaring dengan menggunakan satu lengannya sebagai bantal. Lalu membuka ponselnya.

"Oh astaga. Sekarang sudah lewat tengah malam, Ray. Sampai kapan kita akan bertahan di sini?" Keluh Grace bercampur kesal.

Entah apa yang ada di dalam kepala Raymond, lelaki itu malah terkekeh, kemudian menempatkan dirinya di samping Grace lalu berkata. "Kau masih memikirkan madam Malena?"

Grace menggeleng, "aku tidak sepenuh hati bekerja padanya," desis Grace sinis, "bahkan aku tidak peduli jika Malena memecatku sekalipun." Lanjutnya tegas.

Raymond menghadap Grace dan menopang kepalanya dengan tangan. "Lalu?"

Grace berdecak kesal, sekali lagi ia menunjukkan ketidaksukaannya terhadap wanita yang sedang mereka bicarakan tersebut, yaitu Malena sang mucikari.

"Kau tidak mengerti masalahku. Kau tidak tahu masalah yang harus dihadapi gadis-gadis sepertiku. Beberapa dari mereka tidak benar-benar menyukai pekerjaan menjijikan ini." Papar Grace lugas.

Respons Raymond hanya diam sambil menatap mata Grace lekat, di sepasang iris hazelnya tertoreh jelas kepedihan yang mendalam.

Beberapa detik berselang, Raymond pun kembali bertanya. "Kenapa kau tidak pergi saja dari tempat itu?"

"Tidak semudah yang kau bayangkan, Ray. Jika aku meninggalkan pekerjaan itu, aku harus membayar denda pinalti dan jumlahnya sangat besar. Kami memiliki kontrak tertulis. Tak hanya itu, semua keperluan dan tempat tinggal kami ditanggung pihak Red wind namun, semuanya tidak gratis." Terang Grace panjang lebar.

"Biaya fasilitas itu akan lunas seiring berakhirnya kontrak. Jika tidak ... Yeah, aku harus membayar pinalti itu untuk keluar dari sana." Tambah Grace lagi, terdengar suaranya semakin melemah di akhir kalimat. Seolah menggambarkan ia pasrah dengan apa yang terjadi dengan kehidupannya sekarang.

LUCKY BITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang