Tales from The Dead

Arc 1: Awal yang Buruk

Layaknya semua cerita, semua akan dimulai dengan suatu peristiwa penting. Dalam kisahku ini aku akan memulai jauh sebelum aku lahir ke dunia. Lebih tepatnya adalah asal usul keberadaan ku di dunia.

Akan aku mulai kisah ini dari sebuah desa kecil jauh di Utara. Sebuah tempat antah-berantah yang selalu diselimuti hamparan salju putih sepanjang tahunnya. Tempat dimana manusia merupakan sesosok makhluk abadi.

Desa tanpa nama yang sering dijuluki sebagai desa orang mati. Julukan yang cukup mengerikan, namun julukan itu disematkan bukan tanpa sebab, suhu dingin desa membuat mayat-mayat warga desa tidak akan pernah membusuk dan tetap dalam keadaan yang sama untuk ratusan tahun layaknya masih hidup. Ribuan mayat dibiarkan tersebar di seluruh penjuru desa layaknya dekorasi.

Jika kalian menganggap desa itu gila, kalian masih terlalu cepat untuk menarik kesimpulan. Kegilaan desa ini tidak hanya terletak pada penduduknya yang sudah mati, Namun para penduduknya yang masih Hidup pun sama bahkan lebih mengerikannya dibanding dengan mayat-mayat di jalanan.

Hidup dan besar di kondisi ekstrim selama ribuan tahun, masyarakat desa telah mengembangkan sebuah praktik ritual tersendiri. Sebuah ritual yang bermain-main dengan jiwa mereka. Ritual Jiwa, nama lain dari kebudayaan atau mungkin lebih tepatnya kemampuan warga desa untuk melepaskan jiwa mereka dari tubuh dan merasuki tubuh-tubuh tanpa jiwa. Hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Kemampuan yang diluar nalar, pastinya harus dibayar dengan harga yang juga tak masuk akal. Kesalahan sekecil apapun dapat mengantarkan nyawa mereka ke tangan malaikat maut. Kekuatan yang nyaris melanggar hukum kehidupan ini menjadi perhatian utama langit. Ribuan cara dikembangkan oleh warga desa untuk mengelabuhi kehendak langit.

Walaupun mereka melanggar aturan langit, masih ada sebuah aturan yang sama sekali tidak boleh dilanggar warga desa. Yaitu bersetubuh dengan orang mati apapun cara dan maksud. Sebuah aturan tak tertulis yang merupakan kesepakatan bersama para penduduk desa entah dari berapa ratus tahun sebelumnya. Namun, jika seseorang melanggar peraturan tersebut warga desa tidak akan mempermasalahkannya, karena sang kematian lah yang akan turun tangan dan memberikan hukuman kepada sang pelanggar itu sendiri.

Tentu saja tidak semua orang mematuhi peraturan itu, terutama para pemuda dan pemudi desa yang penuh dengan hasrat masa muda mereka. Gairah muda yang ingin memberontak norma dan membuktikan diri. Tak jarang hasrat itu menimbulkan korban jiwa, walaupun demikian masih banyak yang terjatuh pada lubang yang sama.

Disini aku akan menceritakan kejadian misterius yang terjadi. Tepatnya pada suatu malam di bulan purnama yang indah, terjadi suatu permerkosaan seorang gadis menggunakan mayat orang mati oleh orang tak bertanggung jawab. Kejadian itu merupakan hal tabu dan paling dilarang di desa itu, pelakunya sudah pasti langsung mati ditempat sesaat melakukan hal mengerikan itu. Mencari pelaku adalah hal yang mudah, Namun bukan itu yang dipermasalahkan dari peristiwa itu.

Permasalahkan sebenarnya adalah apa yang ditinggalkan. Jejak yang tak bisa dihapuskan begitu saja, sebuah kehidupan yang seharusnya tidak akan bisa muncul kedunia ini. Sebuah pertanda kesialan dan mala petaka bagi seluruh masyarakat desa, Dia lah yang dipercayai sebagai reinkarnasi dewa yang mengutuk seluruh masyarakat desa itu.

Peristiwa yang membuat heboh seluruh penjuru desa, pertama kalinya dalam sejarah desa itu berdiri seorang bayi lahir dari kematian. Jelas hal ini diluar nalar para penduduk desa, bahkan nenek moyang mereka akan kebingungan karena hal ini tidak pernah terjadi.

Panik dan ketakutan akan peristiwa yang terjadi. Tak ada kesempatan untuk berpikir apalagi berunding, warga desa langsung membawa si gadis dengan kandungannya ke sebuah gua nan jauh. Gua dengan perlindungan sihir, dimana warga desa menyimpan mayat-mayat penjahat desa itu agar tidak ada yang memakainya ataupun mendatangkan kesialan.