Part 26: Permintaan Pertama Kean (Revisi)

Start from the beginning
                                    

"Ya?" aku menatap Kean yang terlihat ragu ragu.

"Apa ada yang ingin bapak sampaikan?" tanyaku saat Kean masih saja buka-tutup mulutnya tampa mengeluarkan suara apapun.

"Bisakah kamu tidak memanggil saya bapak kalau diluar jam kantor. Saya berasa jadi pedofil karena kamu panggil saya bapak terus." Ucap Kean dengan kesal.

"Hah? Pedofil? Kanapa begitu?" Aku menatap Kean dengan bingung. Sungguh aku sama sekali tak mengerti jalan pikirannya.

Kenapa dia berasa jadi pedofil karena aku memanggilnya 'bapak'?

"Itu karena kamu terlalu kecil hingga bisa dianggap anak anak. Saya juga nggak nyaman kamu sebut bapak seperti itu bahkan di luar kantor." Ucap Kean.

Aku mengakui tubuhku cukup kurus. Tapi bukan berarti badanku kecil. Tinggiku adalah tinggi rata-rata perempuan Indonesia. Tapi jika dibandingkan dengan besarnya badan Kean tentu saja aku akan terlihat lebih kecil. Hanya saja menganggapku sebagai anak-anak tidaklah tepat.

"Lalu saya harus memanggil anda apa?" tanyaku ketika Kean masih terlihat kesal.

"Sir? Bos? Atau haruskah saya memanggil anda... Tuan?" lanjutku dengan sedikit candaan. Tapi Kean malah membulatkan matanya karena tak habis pikir dengan ucapanku.

"Apa kamu gila? Kenapa kamu memanggil saya Tuan?" kata Kean setelah sadar dari shock nya.

"Maksud saya panggilan yang sering kamu gunakan waktu kita SMA dulu," ucap Kean melihatku masih binggung dengan tingkahnya.

"Memang saya biasanya panggil bapak apa? Kean? Keanno? Atau cunguk?" tanyaku saat kembali mengingat panggilan yang sering aku gunakan pada Kean.

Aku pikir yang terkakhir. Karena aku biasanya memanggil Denis yang juga sahabatku dengan panggilan yang sama. Tapi Kean terlihat kecewa karena aku tak memanggilnya sesuai dengan apa yang ingin di dengarnya.

"Hah... apa kamu sedang bercanda Micha?" ucapnya setelah mengendalikan ekspresi wajahnya menjadi datar seperti biasa.

"Sebenarnya saya tak ingat pak," ucapku dengan polos karena Kean terlihat semakin melotot mengetahui aku tak mengingatnya.

"Coba ingat ingat sekarang!" katanya dan masuk ke dalam mobil dengan kesal.

Aku menatap nanar Kean yang marah karena masalah sepele seperti ini. Sejak kapan laki-laki dewasa ini bertingkah laku seperti anak kecil?

Saat aku masih tak habis pikir dengan Kean. Dia malah berteriak kesal kearahku karena tak berniat masuk dan malah bengong di samping mobil. Aku membuka pintu mobil dan duduk di sebelah Kean.

"Saya benar-benar tak ingat pak," ucapku sambil memasang sabuk pengaman.

Kean menoleh kearahku, lalu menghidupkan mesin mobil.

"Ingat Ingat lagi," kata Kean.

"Kenapa bapak maksa saya harus ingat sih." Ucapku tapi Kean malah diam dan memanuver mobil ke luar dari parkiran.

"Kalau saya ingat bapak mau kasih saya hadiah?" godaku saat Kean masih betah dengan wajah masamnya.

"Baiklah. Kamu mau apa? Cake? Ice cream? Tunggu, bisakah kamu berhenti panggil saya bapak?" ucapnya kesal.

"Deal, kalau saya berhasil bapak harus traktir saya satu kotak ice cream. "Jawabku dengan cepat.

"Teeserah kamu," jawabnya datar.

Aku sibuk memikirkan panggilan apa yang dulu aku gunakan pada Kean. Mungkinkah itu kakak?

"Apa saya memanggil anda kakak?" tanyaku saat kami keluar dari bandara.

MellifluousWhere stories live. Discover now