Bab 23: Bertahanlah Micha (Revisi)

Börja om från början
                                    

Preman yang tadi menendang dan memukulku berjongkok, menyesuaikan posisinya denganku. Dia lalu menjambak kuncir kudaku membuatku semakin meringis kesakitan.

"Dengar, jangan berani macam macam kalau lo mau selamat." Ucapnya dan menarik ponsel dari genggaman tanganku dan memasukkannya kedalam kantong celananya. Aku meraba raba rumput dan menemukan semprot merica yang jatuh di sebelahku. Tapi sebelum aku sempat menggunakannya, preman itu langsung menampar wajahku dengan kuat.

Kepalaku pusing karena tamparannya. Telingaku berdengung menyakitkan. Aku terjatuh ke rumput dibawahku. Kemudian kesadaran berangsur angsur meninggalkanku. Dan semuanya mulai gelap.

***

Aku berulang kali melayang antara pingsan dan sadar. Ketika aku mencoba membuka mataku, pandanganku kabur, bahkan aku tak dapat menangkap apapun. Rasa perih yang menyengat terasa di tanganku. Kepalaku berdenyut menyakitkan dan dadaku terasa berat untuk menerima oksigen yang masuk. Membuatku kesulitan mengatur pernapasanku. Disaat aku mencoba menghirup udara, rasa panas yang berdenyut terasa di perutku. Dan itu membuatku mengerang lemah menahan perasaan terbakar di perut bawahku.

Tiba tiba suara teriakan mendesak terdengar dari kejahuan. Beberapa keributan samar lainnya juga tertangkap pendengaranku. Aku merasakan panggilan seseorang, tapi aku tak tau siapa. Aku ingin berteriak meminta tolong tapi mulutku tak sanggup mengeluarkan suara. Hingga akhirnya hanya gumaman lemah yang lepas dari mulutkan yang terasa sakit.

Ah, benar. Bibirku sobek karena tamparan para preman itu.

Aku mendengar suara langkah kaki, dan tangan yang meraihku dengan gerakan lembut. Teriakan lainnya juga terdengar dari arah berlawanan. Aku mengenal suara itu, itu Raka.

"Micha..." lengan yang tadi melingkupi tubuhku dengan hati hati sekarang malah menarikku kearah lainnya. Kepalaku terkulai lemas ketika tangan yang menarikku memeriksa wajahku.

"Micha... bertahanlah, kita kerumah sakit sekarang" suara itu terdengar akrab, dimana aku pernah mendengarnya.

Sebelum aku bisa mengenali pria 'yang bukan Raka' itu. Rasa sakit yang kuat terasa saat dia mengangkatku. Meskipun pria itu mengangkatku dengan lembut, tapi badanku yang menerima tendangan dari preman-preman tadi terasa sakit, badanku remuk. Aku mengerang menahan rasa sakit. Sambil menggigit bibirku menahan erangan yang keluar. Pria itu mengangkatku dengan pelan.

"Jangan gigit bibirmu," ucapnya dengan nada khawatir yang kentara. Dia memisahkan bibirku dengan jemarinya.

Kean?

Apa itu Kean?

Mengingat Kean juga sempat menghubungi ku tadi, jadi aku yakin itu pasti dia.

Begitu aku menyentuh sesuatu yang empuk, terdengar suara Raka dari kejauhan. Suaranya sarat dengan kekhawatiran. Aku mendengar Raka dan Kean berbicara, tapi suara mereka teredam sesuatu sehingga aku tak dapat mendengar pembicaraan mereka dengan jelas.

Lalu hembusan nafas seseorang terasa di pipiku. Tangannya yang dingin menyentuh dahiku, menyeret sedikit rambutku yang terasa basah dan lengket dari wajahku yang hancur.

"Kamu terluka parah," ucapnya. Itu Kean, dia terdengar lebih marah dari sebelumnya.

Aku bergumam memanggil namanya, tapi tak ada jawaban. Aku mencoba sekali lagi, itu malah membuat dadaku semakin terasa sakit.

Sakit di dadaku semakin bertambah hingga aku terbatuk dengan keras. Itu membuat tubuhku semakin kesakitan karena semua bagian yang sakit berekasi dengan kuat saat aku batuk.

"Micha," panggil Kean. Aku berusaha menjawab panggilannya sekali lagi tapi kembali erangan lemah yang ku hasilkan.

"Sabar, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit"

MellifluousDär berättelser lever. Upptäck nu