Bab: 19 Gosip (Revisi)

Start from the beginning
                                    

Setelah hari itu, Kean mencoba mencari tau apa yang membuatnya berubah seperti itu. Kean mulai memberikan pekerjaan tambahan pada Michael. Membuatnya harus ikut lembur bersama dengan Kean.

Kean berfikir, mungkin dia bersikap seperti itu karena itu Michael. Teman lamanya. Meskipun Kean masih belum mendengar penjelasan dari wanita itu, kenapa dia melakukan semua itu 10 tahun yang lalu. Tetap saja, itu Michael. Sahabatnya.

Bagaimanapun dia berusaha untuk memembenci Michael karena membuatnya terbelenggu dalam keluarganya. Tetap saja tak bisa. Kean mulai mencoba memahami Michael. Menerima apa yang terjadi. Ditambah pikirannya tiba tiba bersih dari namanya dendam setelah bertemu dengan Michael. Padalah yang menyebabkannya hidup dalam dendam itu adalah Michael. Sekarang dia hanya ingin memenuhi rasa ingin tahu nya tentang Michael.

Tapi hari ini, tindakan spontan Michael yang mundur ketakutan menamparnya, Kean merasa garis halus yang diciptakan Michael untuk dirinya terasa menjengkelkan. Membayangkan Michael kembali menjauhinya dan menganggapnya tak ada memberikan kengerian tersendiri padanya

Selama ini, Kean selalu berusaha menahan amarahnya. Dia tak ingin Micha menghindarinya, apalagi melangkah mundur atau membalikkan badannya seperti saat ini.

Bagi Kean mengontrol emosinya adalah pekerjaan yang sulit. Tapi Kean merasa, menjinakkan kelinci di depannya ini bahkan jauh lebih sulit dari pada mengontrol emosinya di depan orang lain. Meskipun Kean sudah bersikap lembut padanya, tetap saja, Micha selalu mundur dan bergetar ketakutan.

***

"Pak" Aku menatap bingung Kean dan masih berusaha melepaskan cengkramannya. Dia masih mencengkram lenganku dengan kuat. Hembusan nafasnya yang hangat jelas menyiratkan betapa dia menahan amarahnya padaku.

Kenapa dia tiba tiba marah?

Setiap kali aku melangkah mundur, wajah Kean semakin gelap. Rahangnya mengeras menahan emosi. Apa karena itu dia marah?

Karena tak suka dengan tindakan spontanku. Mungkinkah dia merasa tersinggung?

Aku kembali memutar percakapanku dengan Kean, tapi tak satupun di antara itu semua yang aku rasa dapat menyinggung Kean. Matanya langsung menyorot tajam ketika aku mundur.

Tidak... tidak. Itu nggak mungkin

Bukankah selama ini aku selalu ketakutan didepannya?

Ini bukan sesuatu yang baru kulakukan? Bahkan dulu aku sering ketakutan dan menggigil di depannya. Kenapa dia bereaksi berlebihan begitu dengan rasa takutku padanya?

"Kenapa?" tanyanya.

Pertanyaannya membingungkanku. Aku bertanya tanya apa yang dimaksudnya dengan 'kenapa?'. Apa dia bertanya kenapa aku takut padanya? Atau dia bertanya kenapa aku tak menyerahkan map yang sedang aku pegang?

"Apa maksud bapak dengan 'kenapa' ?" tanyaku karena Kean masih menunggu jawaban. Dia terlihat bersiap untuk menerkam jika aku masih juga tak menjawab pertanyaannya.

Melihatnya masih mencengkaram pergelangan tanganku, membuatku meringis kesakitan. Kean melonggarkan sedikit genggamanannya tapi masih tak melepaskannya. Aku menatapnya bingung.

Sebenarnya bos setan ini kenapa sih?

Apa aku benar benar menyinggungya?

Padahal baru baru ini dia terlihat sangat baik, tatapannya juga tak pernah setajam ini sebelumnya. Tapi sekarang melihat tatapan Kean, aku berfikir mungkin perkataan Ronald ada benarnya. Bos iblis ini kerasukan setan makanya sikapnya berubah ubah? Atau kepalanya tiba tiba terbentur sesuatu? Mungkinkah hak sepatuku se-ampuh itu untuk mengembalikan kewarasan otak Kean?

Tidak. Tidak. Mungkin moodnya bagus karena semua rencana bisnisnya berjalan lancar. Tidak mungkin hak sepatuku yang sekecil itu mengembalikan kewarasan iblis gila ini.

"Kenapa kamu begitu ketakutan?" tanyanya.

"Hah?" aku terkejut mendengar pertanyaannya. Pertanyaannya diluar dugaanku. Yang malah membuatku semakin bingung dengan tingkah laku absurd nya.

Apa dia benar benar tersinggung karena aku takut padanya. Kenapa tiba-tiba? Sambil masih bingung, aku mencoba mengatur pikiranku.

Kean marah karena aku takut padanya. Apa artinya?

Apa dia tak suka orang lain takut dan menjauh darinya? Jika memang begitu dia seharusnya tidak mengintimidasi dan bersikap kejam pada semua orang yang ada di dekatnya. Tapi Bos iblis ini sudah mulai berubah. Apa ini alasan dia mulai berubah?

Bukan karena dia kerasukan malaikat, tapi karena dia tak ingin orang orang disekitarnya takut padanya lagi.

Jika memang begitu, wajar Kean tersinggung. Selama 'perubahan mendadak Kean' dia terlihat dengan susah payah mengatur emosinya yang sering meluap luap. Kean juga menatapku lebih lembut dari biasanya. Bahkan semua anggota tim Pak Myer mengatakan bahwa Kean hanya menatap lembut padakku hingga membuat mereka iri.

Jadi siapa yang tak akan marah jika orang yang sudah bekerja bersama dengannya malah berlari ketakutan saat dia sudah menocoba mengubah sikapnya. Jika memang itu masalahnya, berarti tadi aku bereaksi terlalu berlebihan.

Benarkah seperti itu? Jika kesimpulanku benar. Mari kita coba langkah yang berbeda.

Aku melonggarkan ekspresi wajahku dan memberikan senyum menenangkan kearah Kean.

Segera setelah aku melonggarkan ekspresi wajahnya, Kean melepaskan cengkramannya. Sambil mencoba terus tersenyum. Kean langsung menarikku untuk duduk di sofa hitam yang ada dibelakangnya.

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan? Kamu terlihat ragu ragu dan takut untuk bicara pada saya. Apa ini masalah penting?" tanya Kean melirik map yang ada di atas paha ku.

Benar benar bos yang peka. Aku menelan ludah gugup. Ini salah satu keahlian Kean yang aku temukan. Seperti sebuah buku terbuka di depannya, dia dengan mudah membaca lawan bicaranya. Mungkin ini juga yang membuatnya sukses seperti sekarang.

Aku menyerahkan map coklat di atas pangkuanku ke Kean. Kean menerimanya dan membuka map itu dengan ekspresi penasaran. Begitu dia melihat apa yang ada disana, wajahnya langsung mengeras. Tatapannya tajam, aura dinginnya terasa lebih menyeramkan.

Aku meneliti lebih dalam ekspresi wajah Kean, takut takut gunung berapi bernama Kean meletus dan menyemburkan amarahnya padaku. Walaupun aku sudah mencoba untuk tidak takut dengannya. Tetap saja aku harus berhati hati, amarah Kean bukanlah sesuatu yang bisa aku tangani sendiri.

"Ini gosip yang baru baru ini ada di antara karyawan di pusat perbelanjaan." Aku membuka suara, melihat Kean yang serius membaca laporan yang aku serahkan.

Di dalam map terdapat beberapa fotoku dengan Kean yang membuat namaku melejit akhir-akhir ini. Aku juga memasukan beberapa komentar mereka, tentu saja aku harus menyaring kata-kata yang bisa aku masukkan dalam laporan.

Hujatan kasar mereka tidak harus diketahui Kean. Selain itu, ada juga rumor tentangku yang sempat beredar sebelum aku pindah ke kantor pusat. Aku melakukan ini untuk memberikan gambaran pada Kean betapa seriusnya situasi ini.

"Awalnya ini terjadi karena ada yang melihat saya dan anda di basement kantor. Kemudian mereka menghubungkannya dengan kepindahan tiba tiba saya ke kantor pusat." Aku menelan ludah gugup, disampingkku Kean masih membaca komentar yang ada di bawah foto. Aku bisa melihat kemarahan dari raut wajahnya. Dia mengepalkan tangannya hingga buku buku jarinya memutih.

"Gosip itu akhirnya mereda sejak saya pindah kesini. Tapi baru baru ini, ada berapa foto yang dirilis yang malah menimbulkan gosip yang lebih panas dari sebelumnya. Saya juga baru mengetahui ini dua minggu yang lalu. Beruntungnya ini belum menyebar keluar. Kebanyakan masih menjadi pembicaraan di antara karyawan Pusat Perbelanjaan." Sambungku. Kean menatapku.

Aku terkejut melihat matanya yang menggelap karena menahan amarah. Tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Aku mencoba menatap Kean, tak terusik dengan amaranya yang semakin terlihat nyata.

***

Jangan lupa vote and comment nya ya

Terima kasih

MellifluousWhere stories live. Discover now