02. Bubur Ayam

73 15 8
                                    


Hari Minggu biasanya merupakan hari kesukaan semua orang. Ya, bagaimana tidak? Hari Minggu adalah hari dimana rakyat-rakyat sibuk bisa bangun jauh lebih siang dari biasanya. Tidak jauh berbeda dengan Seulgi. Cewek itu masih terlelap, walau jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh pagi, tubuhnya masih dibalut oleh selimut tebal kuningnya. Padahal, dia sudah mengenakan hoodie tebal. Memang, sih cuaca di Minggu pagi ini jauh lebih dingin dari hari-hari sebelumnya; semalam, setelah Seulgi sampai dengan selamat—jangan lupa, cewek itu diantar oleh Chanyeol sampai depan kosannya—di kamar kosnya, hujan turun dengan derasnya. Tidak tahu, bagaimana nasib lelaki jangkung yang ia temui di kedai nasi goreng Bang Tirta.

Cowok jangkung yang gemar berbincang itu semalam benar-benar mengantarnya sampai kosan. Dikira, tempat tinggal Seulgi cukup jauh, maka cowok itu berniat untuk mengantar Seulgi menggunakan mobilnya, namun ternyata kosan Seulgi hanya berjarak sekian menit, maka mereka berdua jalan kaki saja. Tidak mengerti juga kenapa cowok yang sampai saat ini belum Seulgi ketahui namanya itu tetap ikut berjalan kaki dengannya. Sepanjang perjalanan yang singkat, entah mengapa, tidak satu pun dari mereka memperkenalkan diri.

-

Seulgi akhirnya memutuskan untuk benar-benar bangun dan menyudahi kegiatan rebahannya pukul setengah sebelas. Cewek itu melipat selimut tebalnya dan beranjak menuju kamar mandi, menyikat gigi dan mencuci mukanya sambil sesekali menguap. Setelah selesai, ia memutuskan untuk mencari sarapan ke luar. Rasanya menyantap bubur ayam dengan sate telur puyuh di perempatan dekat kosan akan terasa nikmat, mengingat cuaca cukup dingin. Maka Seulgi pun meraih ponsel dan dompetnya lalu meninggalkan kosannya.

Begitu keluar dari kosan, hawa dingin langsung menerpa wajahnya. Syukur saja Seulgi masih mengenakan hoodie tebalnya, kalau tidak, matilah dia kedinginan. Cukup aneh mendapati cuaca seperti ini, mungkin musim hujan akan segera tiba. Seulgi buru-buru berjalan menuju tempat dimana tukang bubur kesukaannya berada.

"Bang aku mau bubur ayam komplit satu ya pake sate telur puyuh, sambelnya banyakin, oh sama aku ambil aqua ya!! Makasih banyak Bang Haris!!"

Bang Haris mengangguk dan mengacungkan jempolnya sebagai jawaban untuk Seulgi. Cewek dengan hoodie kuning dan celana training belel hitam itu menempati salah satu kursi plastik yang tersedia. Tenda Bubur Bang Haris pagi ini tidak terlalu ramai. Ya, sudah bukan waktu untuk sarapan, sih, sekarang. Hanya ada tiga pria di sisi kanan Seulgi dan seorang ibu-ibu di kirinya.

Tiga pria yang asik menyantap bubur tersebut sesekali tertawa keras. Entahlah, mungkin sedang melempar candaan kepada satu sama lain. Tapi sebentar, suara salah satu pria di sana seperti tidak asing bagi Seulgi. Diam-diam cewek itu melirik-lirik ke arah mereka.

Betapa terkejutnya Seulgi saat melihat sosok lelaki jangkung yang ia temui di tempat nasi goreng semalam. Ya, lelaki yang sama dengan yang mengantarnya pulang semalam. Gawat. Kemudian Seulgi berusaha sebisa mungkin untuk tidak melihat ke arah mereka. Ia pura-pura sibuk menggulirkan layar ponselnya. Berharap kalau memang terlihat seakan sedang sibuk.

Bertepatan dengan semangkok bubur diletakkan di hadapannya, saat itu juga terdengar suara lelaki memanggilnya.
Ralat, bukan memanggilnya juga, sih. Namun posisi berdiri lelaki jangkung tepat di sampingnya yang mana kemudian membuat Seulgi menarik kesimpulan kalau memang dia memanggilnya.

"Mba, buset, dah. Ini gue daritadi manggil nggak di jawab. Sombongnyaaa."

Duh, bawel. Tiang listrik bawel. Jelek. Batin Seulgi kesal. Lagi-lagi agenda makannya harus direcoki oleh cowok setinggi sutet ini.
Mau tidak mau ia mendongak, melihat lelaki yang sama, pakaiannya pun mirip; hoodie, jins, minus topi.

Seulgi menampilkan senyum palsu termanisnya dan menatap lelaki tersebut.

"Hai, mba. Eh, kemaren tuh, kita belom kenalan, tahu." Ucapnya—pastinya dengan heboh.

Seulgi dapat merasakan dua teman lelaki ini memperhatikan mereka; membuat Seulgi merasa tidak nyaman, sebenarnya.

"Yaudah. Nama gue Seulgi. Dah. Sekarang lo pergi ya, gue mau sarapan."

"Yah buset. Lo gak mau tau nama gue apa???"

"Nggak, makasih."

"Nama gue Chanyeol."

"Oke, Chanyeol. Sekarang tolong kembali ke habitat anda."

Lelaki yang ternyata bernama Chanyeol itu tertawa—tawanya menggelegar terdengar ke seluruh penjuru tenda bubur ayam ini. Kedua temannya tertawa pelan; terlihat dari ekor mata Seulgi.

"Ya, udah. Dadahhh, Seulgi. Makan yang banyak ya." Menjadi kalimat terakhir Chanyeol sebelum berlalu menuju dua kawannya.

Seulgi mendengus, lalu melanjutkan sarapannya yang sudah terlambat dengan perasaan kesal.
Bagaimana bisa? Bagaimana bisa di pagi menuju siang yang dingin, ia dipertemukan kembali oleh lelaki jangkung mirip sutet dan bawel saat ingin menyantap bubur ayam dengan damai.

Chanyeol dan segala keberisikannya sukses menghancurkan pagi yang tenang dan damai milik Seulgi. Sebaliknya, Seulgi yang nampak menggemaskan—menurut Chanyeol—berhasil membuat pagi yang heboh dan ramai milik Chanyeol semakin menarik.

Tidak lama, Chanyeol dan kedua kawannya beranjak dari tempat duduk mereka. Diam-diam Seulgi menghela napas lega. Akhirnya ia terbebas dari gangguan cowok mirip sutet. Entah, walaupun ia merasa kalau Chanyeol bisa saja menjadi teman yang baik baginya, tetap saja Chanyeol terlalu berisik untuknya—atau mungkin Seulgi hanya sudah terbiasa dengan sifat Sehun yang tidak banyak bicara.

Chanyeol adalah sesuatu yang aneh bagi Seulgi; cara berpakainnya yang santai, kecenderungannya untuk bicara dengan volume suara keras, bawel, dan yang pasti terlampau jahil. Asing mungkin adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan lelaki tersebut.
Asing, namun Seulgi tidak buru-buru menolak kehadirannya.

Dua pertemuan mereka terlalu singkat dan aneh. Aneh dalam artian tidak jelas; tiba-tiba saja bertemu dan tidak ada suatu hal yang berarti terjadi. Hanya sekedar obrolan ringan yang mereka lalui. Namun sepertinya, dua pertemuan itu membekas dalam benak keduanya. Seperti mereka ingin mengetahui lebih jauh akan satu sama lain. Seperti tertarik. Mungkin. Yang ada di dalam pikiran mereka masih abu-abu.

Yang pasti, Chanyeol ingin menjahili cewek itu lagi, dan Seulgi ingin memulai obrolan ringan dengan lelaki tersebut lagi. Ya, hanya itu. Atau lebih?

Author's Note:

I really do hope that the chapters are not boring and disappointing :( 💖

affectionsWhere stories live. Discover now