Bab 9

2.5K 472 132
                                    

Taksi yang ditumpangi Dara berhenti di sebuah rumah tingkat dua, Dara keluar dari taksi sambil menarik tangan Fita. Menariknya untuk mengikuti dirinya, sedangkan Fita yang berada di belakang Dara, sedari tadi berontak. Namun sepertinya itu mustahil, karena cekalan Dara pada pergelangan tangan Fita begitu erat, dan terasa menyakitkan bagi Fita.

Dara membuka pintu rumah tante nya yang kebetulan tidak terkunci, Dara masuk ke dalam sambil menyeret Fita. Fita melangkah dengan terseok-seok, lengannya begitu sakit akan cekalan Dara yang begitu kuat.

Sampai lah mereka berdua di sebuah kamar, dengan keras Dara membuka pintu kamar tersebut. Dara kembali menarik Fita lalu mendorong tubuhnya itu untuk bersujud di kaki sang ibu. Fita jelas kaget melihat ibu Dara yang hanya duduk di sebuah kursi dengan pandangan kosong, terlebih dia tidak percaya jika Dara kini memaksanya untuk bersujud.

"Ibu, dia Fita. Anak dari jalang yang rebut Ayah dari kita. Aku sudah membawanya ke sini, aku ingin Ibu membalaskan dendam Ibu pada anaknya juga. Karena dia juga udah rebut Rama dari aku," ujar Dara menahan rasa sesak dihatinya.

Perkataan Dara sepertinya tidak mempan bagi sang ibu, karena ibunya tetap saja seperti itu. Tidak menunjukkan reaksi apapun. Dara yang mulai tidak sabaran kembali membuat Fita untuk semakin merunduk.

"Minta maaf lo sama nyokap gue!" Seru Dara kasar dengan tangan yang memegang kepala Fita, memaksa cewek itu untuk tetap menunduk di kaki sang ibu.

Ibu Dara hanya diam, tidak merespon. Dan itu semakin membuat Dara murka, Dara semakin keras menekan kepala Fita ke bawah bahkan sampai  bibirnya mencium kaki sang ibu.

"Lihat kelakuan lo dan ibu lo, brengsek! Nyokap gue jadi begini." Kembali Dara berseru marah dan Fita hanya diam. Entah diam menyesal atau diam karena puas.

Ibu Dara seolah tidak terusik dengan tindakan Dara, ibunya itu tetap diam tidak merespon. Pandangan matanya pun tetap kosong, seolah tidak ada kehidupan.

Dara kembali marah, melihat Fita yang diam saja membuatnya kembali  menjambak rambut cewek sialan itu, menariknya ke belakang dengan erat. Wajah Dara di dekatkan dengan telinga Fita, ia kemudian berbisik.

"Kalau elo ngadu ke bokap lo, gue nggak akan segan-segan buat perhitungan sama lo berdua. Gue bisa bikin nyokap lo sama kayak nyokap gue. Paham?!"

Fita tidak bisa membalas ancaman Dara, yang dilakukannya hanya diam. Kepalanya pun sudah sakit, jadi Fita membiarkan Dara mengatakan semaunya saja.

Dara kemudian menarik lengan Fita membawanya keluar dari kamar sang ibu. Karena percuma saja, ibunya kembali seperti semula. Dara pikir, dengan membawa Fita ke sini setidaknya akan ada perubahan. Seperti saat beberapa hari lalu, saat dirinya datang ke sini. Namun sepertinya itu hal yang sia-sia membawa musuhnya kemari, karena sang ibu tetap saja diam tidak merespon.

Dara kembali menarik tangan Fita kasar, begitu sampai di depan pintu utama. Dara segera mendorong Fita keluar, lalu membanting pintu di depannya membuat Fita berjengkit seketika. Masih kaget akan tindakan Dara yang kasar padanya beberapa saat lalu. Sedangkan Dara sendiri,  memilih kembali menemui ibunya.

_
_
_
_
_

Dara kembali sibuk dengan pekerjaannya di restoran, setiap weekend dirinya selalu lembur. Dari pagi hingga siang ia menjadi waiters, sedangkan dari sore hingga malam hari ia membantu di dapur. Bukan karena keinginannya, tapi karena Galang yang menawarinya. Pada awalnya Dara ingin menolak, tapi dia berpikir kembali. Dia menginginkan untuk melanjutkan sekolahnya, meskipun ada adik dari ayahnya yang bisa membiayai dirinya, tapi Dara memilih tidak menerima tawaran itu. Dia tidak ingin merepotkan siapapun, selagi dirinya masih mampu untuk bekerja, dia tidak akan mengandalkan orang lain. Dia juga harus membiayai ibunya, tidak mungkin juga jika dirinya mengandalkan tantenya untuk hidup sang ibu. Maka dari itu lah dirinya menerima tawaran Galang, karena dirinya mendapatkan bayaran yang lumayan besar.

The BeginingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang