11. Flower's Therapy

1.4K 110 10
                                    

Sesuai dengan rencana awal jika mereka akan pergi ke toko bunga milik Rere. “Bisakah kamu menambah kecepatannya, kak? Aku tidak sabar ingin segera sampai di toko bunga.” Sejak tadi, Rere tidak berhenti bertingkah menggemaskan dan tentu saja itu sangat menghibur Ares. Pria itu bahkan tidak berhenti tertawa kecil saat Rere terus merajuk dan bertingkah lucu.

 Pria itu bahkan tidak berhenti tertawa kecil saat Rere terus merajuk dan bertingkah lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Source: pinterest

Sampai akhirnya, mereka sampai di tempat tujuan. Rere dengan bersemangat membuka pintu mobil dan berlari ke arah toko yang masih tertutup. Ia lalu berdiri di depan pintu toko, mencari kunci di tasnya. Hembusan napas kecewa terdengar, membuat Ares yang baru saja datang menghampiri tersenyum kecil. “Kenapa?” tanyanya dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding.

Rere beralih menatap Ares dengan bibirnya yang masam. “Aku lupa tidak membawa kunci toko,” balasnya.

“Kamu terlalu bersemangat hingga membuatmu lupa, Re.”

Saat Rere akan berjalan menuju mobil, suara Ares menghentikan pergerakannya. “Mau ke mana?”

“Tentu saja pulang. Karena aku tidak membawa kuncinya, jadi kita tidak bisa masuk.”

Ares tersenyum, lalu tangan kanannya merogoh saku celana. Mengeluarkan sebuah kunci dan memperlihatkannya pada Rere. Sontak saja mata Rere berbinar saat melihat kunci itu. Sebuah kunci dengan gantungan bunga aster. Tentu itu miliknya, siapa lagi? Jika pun Ares itu tidak mungkin, pria itu bisa memilih bentuk gantungan yang lainnya.

“Kak, kamu membawanya!” seru Rere saat sudah berada di depan Ares. Ia lalu mengambil alih kunci dari tangan suaminya itu. “Kenapa bisa ada padamu?”

“Karena aku tau, kamu tidak akan membawanya karena lupa saking senangnya.” Kalimat Ares tidak bisa membuat Rere menahan rasa senang yang melingkupi hatinya.

Rere menatap Ares penuh haru dan tulus. “Kak ... aku benar-benar berterima kasih.”

“Apa pun untukmu, Re,” balas Ares sembari mengusap-usap kepala istrinya itu membuat Rere tidak bisa menahan kegugupannya. Lalu ia memilih untuk membuka pintu toko.

“Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa mencium aroma ini lagi.” Rere memejamkan matanya, saat ia sudah berada di dalam tokonya. Di mana bunga-bunga masih terlihat fresh dan cantik. Aromanya yang menenangkan, benar-benar seperti terapi bagi Rere.

Ares ikut masuk ke dalam, tidak lupa menutup kembali pintu toko dan memperlihatkan tulisan TUTUP. Agar tidak ada orang yang datang ke toko. Karena Ares ingin, Rere menikmati waktunya selama berada di sini tanpa diganggu oleh pelanggan. Meskipun sebenarnya bisa saja ia melayani, tapi Ares menjamin jika Rere akan ikut membantunya.

“Merasa lebih baik?” tanya Ares dengan tatapan mata yang masih memerhatikan Rere. Pria itu tidak mengalihkan pandanganya sedikit pun dari istrinya sejak tadi.

Rere menoleh, menatap Ares. Ia tersenyum lebar, mengangguk. “Terima kasih sudah memperbolehkanku datang ke toko, kak.”

“Tidak perlu terus-menerus berterima kasih, Re.”

Love Story: Ares And Rere (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang