04: Menyusun Menu

532 128 15
                                    

Hongjoong seharusnya sadar saat dirinya mengajak Seonghwa sebagai partner-nya dalam menjalankan usaha kopi (di mana Hongjoong hanya kebagian jatah memastikan stok biji-biji kopi yang akan digunakan nanti saat Potiori Coffee resmi di buka), mereka pasti berbeda pendapat. Hongjoong yang idealis ingin tempatnya menjual kopi autentik tanpa banyak campuran seperti kopi kekinian, sementara Seonghwa yang berpikir realistis sehingga ingin seperti kafe-kafe pada umumnya.

Hongjoong melengos dan mendorong kertas HVS yang berisikan list minuman versi Seonghwa menjauhinya. "Tapi gue ogah disuruh ngejual kopi yang cuma pemanis di minuman."

"Kamu boleh bilang seperti itu, tetapi presentase orang-orang yang kembali datang demi kopi autentik berapa banyak?" Seonghwa tidak bereaksi separah Hongjoong, tetapi kertas HVS yang berisi menu versi Hongjoong diletakkan di atas meja. "Untuk pengingat, kita berada di wilayah dekat dengan beberapa kampus besar dan gak semua anak kuliahan itu kuat dikasih dopping kopi semodelan long black¹."

"Mereka bisa pesan americano² kalau ingin."

"Lalu tipe manusia seperti aku yang tidak begitu suka pahit bagaimana?" perkataan Seonghwa membuat Hongjoong melengos. Sering dia mempertanyakan Seonghwa bisa menjadi barista yang handal membuat kopi-kopi yang membutuhkan kemampuan khusus seperti penyeduhan manual hario V60³ atau chemex. "Enggak semua orang itu bisa langsung memulai dari rasa autentik kopi. Ada yang butuh baby step untuk familiar dengan kopi."

"Tapi menu yang lo buat semuanya lebih tinggi komposisi pencampurnya daripada kopi, Hwa!"

"Itu bukan hasil final, Joong," Seonghwa menghela napas, "aku tidak menyuruhmu menerima semua menu itu. Maksudku, kita kolaborasikan apa yang ingin dijual, tetapi tidak merepotkan dalam proses persiapannya."

"Gue gak merasa repot dengan proses pembuatan kopi?!"

"Kalau tamunya hanya satu atau dua, oke. Kalau tamunya ada banyak?" perkataan Seonghwa membuat Hongjoong ingin mengatakan sesuatu, tetapi kalah cepat karena lelaki itu melanjutkan perkataannya. "Lagipula kita juga harus mempertimbangkan kemungkinan seperti pemadaman listrik yang membuat kita harus menggunakan peralatan manual. Seperti rok presso⁵, membuat foam dengan milk frother manual, menggiling biji kopi dengan manual dan mendidihkan air dengan suhu yang tepat."

Hongjoong tidak menjawab karena memang yang dikatan Seonghwa benar. Dia memang lebih mengutamakan egonya dan tidak melihat hal-hal lainnya saat memutuskan untuk membuka kedai kopi. Membuatnya diam-diam bersyukur Seonghwa mau menjadi partner-nya dan kalau dipikirkan kembali, lelaki itu cukup sabar selama dua tahun belakangan menjadi temannya. Padahal teman-teman Hongjoong selama ini selalu membicarakannya di belakang karena tidak tahan dengan sikapnya.

"Tapi gue suka lupa soal takaran minuman di list ini," Hongjoong mengambil kertas HVS yang berisikan menu-menu yang dibuat Seonghwa, "buatin catatannya nanti biar gue gak lupa."

"Daripada buat catatan untukmu, mendingan sekalian cari orang yang bantuin kita," perkataan Seonghwa membuat Hongjoong menatap lelaki itu, "kenapa menatapku seperti itu? Kamu lupa aku juga punya kehidupan berkuliah dan tidak bisa bersamamu setiap saat ya?"

"Oh iya, benar juga."

Hongjoong tidak sadar mengatakan itu dengan gumaman. Entah kenapa ide dirinya harus bekerja sama dengan orang asing selain Seonghwa itu agak menganggunya. Mungkin karena selama setahun pertama mereka full time bekerja bersama. Tahun  setelahnya, Hongjoong bekerja sendirian selama Seonghwa berkuliah dan bekerja bersama setelah jam kuliah lelaki itu selesai.

"Tenang aja, aku udah pasang iklannya di media sosial." Seonghwa tersenyum dan memperlihatkan postingan di IG story yang nama akunnya adalah Potiori Coffe. Kapan Seonghwa membuat IG untuk kedai kopi mereka? "Oh iya, Hongjoong jarang ikutin hal kekinian ya. Kedai kopi jaman sekarang, meski yang edgy seperti keinginan Hongjoong juga punya IG tahu."

Potiori Coffee | ATEEZWhere stories live. Discover now