Achtzehn - You Hurt Me Again

12.3K 356 97
                                    

Mata, senyuman dan suara yang sama itu tetap membuai Edward, bahkan setelah sekian lama Edward seakan menyadari bahwa perasaannya sedikit banyak masih sama. Ya sama, dari awal sampai akhir Samantha adalah Samanthanya.

Harus diakui sampai saat ini setiap potong perasaannya untuk Samantha masih sama seperti sedia kala. Perasaannya terbagi menjadi bagian bagian yang menyakitkan dan dalam hati Edward begitu bersyukur bahwa masih ada potongan membahagiakan yang ada dihatinya.

"Kamu masih sama seperti dulu Ed, hanya sekarang lebih tampan dan dewasa" Samantha tersenyum, matanya menyiratkan kerinduan yang tak bisa ditutupi lagi.

Edward tertawa dan memilih diam, menunggu Samantha menyampaikan maksud "Tidak berubah rupanya, masih anti basa basi"

"Yeah, as you can say. Nothing change Sam" suara hangat itu sarat akan godaan dan pandangan mata yang sendu itu sarat akan kenyamanan. Membuat Samantha mati matian menahan diri agar tidak berdiri dan menghambur kepelukan Edward.

"Sebenarnya kedatanganku kesini bermaksud menemui keluargaku dan mungkin menyelesaikan masalah kita yang kukira belum selesai" Samantha menghela napas berat jari jarinya beertautan "ternyata aku salah, begitu aku tiba dua hari yang lalu sebuah artikel menjadi kejutan pertamaku. Pernikahan CEO muda paling diincar wanita sosialita"

Tawa getir itu membuat Edward mendongak, mau tak mau matanya bertemu mata hijau yang kini menunjukkan kesedihan yang jelas terpancar.

"Hari itu, why you leave?"

Kaget, ya Samanta kaget setengah mati tak menyangka Edward akan menanyakan pertanyaan itu begitu awal.

"I have to, she love you and you know i can't hurt her" air mata yang lama tak pernah ditunjukkan pada siapa siapa itu jadi tak berarti lagi.

"I'm sorry Sam, i really sorry. Please don't cry. Please" melihat prianya memohon membuat Samantha tersenyum, he really never change.

"So, can we forget about it? Talk about your wife.. Siapa wanita beruntung itu?"

"Her name is Lilian" Samantha membelalakkan matanya mendengar nama itu, ingatannya menampilkan sebuah wajah yang sangat familiar. Namun sedetik kemudian Samantha menggeleng.

Ada ribuan Lilian didunia ini, jadi nggak mungkin dia yang dimaksud. Batin Samantha dalam hati, berusaha meyakinkan diri sendiri.

"Wah, pasti dia wanita yang sangat cantik. Melihat bagaimana dia bisa membuatmu menikahinya" Edward mengendikkan bahunya, senyum getir terpampang diwajahnya. Samantha melihatnya namun menutup bibirnya rapat-rapat. satu detik dua detik berlalu sampai akhirnya rasa penasaran itu menderanya juga "apa dia tidak begitu cantik Ed? Atau tidak sebaik aku? Hahaha" tawa garing itu terhenti saat Samantha melihat kilatan marah dimata Edward.

"Sorry" hanya itu yang bisa dikatakan Samantha tanpa tau harus berbuat apa.

"Its ok Sam, you right. She seems not like me like you do" sebuah kalimat, tanpa penjelasan, tanpa maksud yang membuat bara api dalam diri Samantha perlahan menyala lagi. Kecil tapi pasti.

***

Edward memacu Range Rovernya membelah jalanan yang entah kenapa terlihat begitu ramai malam itu, sebuah telpon datang hampir setengah jam lalu membuat Edward mau tak mau meninggalkan Samantha dan memacu mobilnya untuk menjemput istrinya. Ya istrinya yang menurut Keysha si penelpon saat ini Lilian sedang mabuk mabukkan disebuah club malam.

Menahan geraman Edward memencet klakson agar mobil didepannya melaju lebih cepat, cengkraman tangannya dikemudi semakin mengetat jantungnya memacu membayangkan istrinya sedang mabuk. Marah, ya Edward sangat marah. Bahkan kemarahannya kini sudah hampir tersembur keluar.

***

"Mana dia?" Keysha tersentak kaget saat sebuah geraman menghampiri telinganya.

"Didalam" takut takut Keysha memandang laki laki dihadapannya, aura gelap yang menyelebungi orang dihadapannya itu membuat Keysha mundur teratur.

"Kenapa kau tidak membawanya pulang?!" geraman nyaris bentakan itu membuat Keysha makin mengkerut.

"Kau harus melihatnya sendiri" cepat Keysha meninggalkan Edward mengikutinya dibelakang. Langkahnya makin cepat saat menyadari kekacauan yang makin menjadi didalam club itu.

***

Edward makin mengetatkan rahangnya saat matanya menangkap sebuah sosok yang sangat amat dikenalnya sedang melenggak lenggokkan tubuhnya diata meja bar dan yang lebih membuat darahnya mendidih adalah seorang pria yang tengah berdiri dihadapan istrinya , menyentuh setiap jengkal tubuh istrinya yang bahkan belum pernah disentuhnya sampai saat ini.

"Shit!" Edward segera berjalan mendului Keysha dan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya. Setelah sampai didepan meja bar dengan kasar ditariknya tangan Lilian sampai wanita itu mendongak dan memberontak berusaha melepaskan cekalan Edward ditangannya.

"Hey hey bung, wanita ini sedang bersamaku okay!" suara yang berasal dari pria yang kini menghinggapkan tangannya dipinggang Lilian itu kian membuat Edward mengamuk seperti kesetanan.

Ditariknya Lilian sampai wanita itu akhirnya turun dari meja, namun tak sampai disana Lilian malah berteriak sekencang kencangnya dan memukuli Edward dengan membabi buta.

"DASAR BRENGSEK KAU BEN! KAU TAU APA ITU BRENGSEK?!" setengah limbung Lilian menunjuk wajah dihadapannya dengan jari telunjuknya "BRENGSEK ITU KAU! KAU ADALAH MAKHLUK PALING MENJIJIKKAN DAN MENGERIKAN DIMUKA BUMI INI BEN!!! HAHAHA!"

Edward menghirup napas dalam dalam, hatinya remuk redam, wanita yang beberapa waktu ini diyakininya sudah mulai membuatnya jatuh cinta akhirnya memukul habis setiap keping pertahanan dirinya.

"APA KAU SUDAH PUAS BEN! APA MASIH KURANG KAU MENGHANCURKAN AKU?! APA MASIH BELUM CUKUP?! BERAPA BANYAK LAGI YANG HARUS AKU TERIMA BEN! JAWAB AKU!!" dalam hati Edward juga sangat ingin berteriak, meneriakkan setiap sakit yang dirasakannya, menanyakan apa kesalahan yang diperbuatnya dan apa yang harus dilakukannya.

Tapi setiap kalimat berikutnya yang diteriakkan Lilian membuat Edward kehilangan akal, didorongnya tubuh Lilian yang kini bersanda sepenuhnya didadanya dan tanpa menoleh lagi Edward pergi dari club itu. Samar samar Edward masih bisa mendengar teriakan Lilian yang begitu menyayat hatinya.

Edward terus berjalan  menjauh tanpa menyadari juga bahwa ada sepasang mata sedang mengawasinya dengan hati dan pikiran yang kini membara.

________________________________________

I'm back with thiss...
So sorry kalau memang kalian nggak menganggap ceritaku ini bagus, vut thankyou kalau kalian masih mengapresiasi tulisanku dengan vote" kalian.

Awalnya tujuan buat nulis ini cuman coba" aja karna dari awal udah sadar kalau aku nggak bakat banget buat ginian, tapi ya berkat kalian para reader yang baik hati palung nggak aku bisa sedikit mengakui aku punya bakat nulis... Heheheheh ❤

Yah biarpun tulisanku nggak bisa bikin emosi kalian naik turun atau gimana tapi tetep aku berterima kasih banget sama kalian..

❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meine Dame [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang