"Gue tau." Sahut Jeongyeon dingin. "Tapi gue kesini bukan mau nyelametin lo, melainkan-"
Ucapan Jeongyeon terhenti ketika gadis itu memberikan sebuah palu berukuran sedang ke arah tangannya.
"Bunuh dia pake itu."
Namjoon menggeleng keras. Ia menatap penuh harap kearah Jeongyeon.
"Emang dia bisa mati pake ini?" Tanya Jeongyeon sambil memutar-mutar palu ditangannya.
Gadis itu menyeringai. Ia menggenggam lengan Jeongyeon, mengarahkan palu itu ke kepala Namjoon. Lalu,
BUK.
PRAK.
Satu pukulan mendarat dengan sempurna dikepala Namjoon sampai laki-laki itu tergeletak.
"Gimana?"
"Lumayan." Gumam Jeongyeon.
Wah, sepertinya Ia menikmati ini semua. Apakah sebenarnya ada sisi pshyco di dalam tubuh Jeongyeon?
"Tapi gue masih belum puas."
Kali ini, Jeongyeon menjambak rambut Namjoon. Mengelus sisi wajah mantan pacarnya itu menggunakan palu yang sudah terdapat bercak darah di ujungnya.
"Maaf, tapi gue mau lo mati." Bisik Jeongyeon.
"J-Jeong. Maaf."
"Maaf? Ngga ada kata maaf buat lo. Dasar egois!"
Jeongyeon mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Bersiap memukul kepala Namjoon lagi menggunakan palu.
BUK.
BUK.
BUK.
BUK.
"Ah....."
Ini memang baru pertama kalinya, tapi coba lihat Jeongyeon sekarang. Ekspresi wajahnya benar-benar terlihat puas. Senyum tercipta, dibumbui dengan darah Namjoon yang menciprati baju serta sebagian wajahnya.
Jeongyeon, benar-benar terlihat seperti seorang pembunuh.
"Mati juga lo. Makan tuh egois."
Satu tendangan di berikan kearah tubuh tidak bernyawa milik Kim Namjoon. Masih merasa belum puas, Jeongyeon kembali menendang kaki Namjoon sebanyak 3 kali.
"Lo hebat." Puji sang gadis yang sedari tadi hanya duduk diam memperhatikan.
"Gue sering nonton film thriller. Lo tau kan?"
"Ya."
"Sekarang, gimana caranya kita nutupin ini?"
"Ngga usah khawatir. Semuanya beres di tangan gue. Lo mending balik sekarang, dan bersihin tubuh lo. Pake nih, jaket gue."
"Oke."
Jeongyeon langsung memakai jaket yang diberikan gadis itu, lalu keluar dari dalam lapangan indoor.
"Kerjaan gue dipermudah. Goodbye, Kim Namjoon."
Tatapan gadis itu mengedar. Ia tersenyum tipis ketika melihat seorang gadis lainnya tengah duduk di ujung tribun penonton. Paling ujung, tempat duduk sedikit gelap, sehingga Jeongyeon tidak dapat melihatnya tadi.
"Lo liat kan? Nyatanya bukan cuma gue yang punya bakat membunuh."
"Gila! Lo gila!"
"Lo bakal liat gimana gue bunuh dia nanti, Sana."
"Ngga bakal gue biarin lo bunuh dia."
"Kita liat aja nanti. Oh, jangan lupa bereskan semuanya."
Nayeon berlari sekuat tenaga meninggalkan area sekolah. Kaki dan tubuhnya masih gemetar luar biasa. Ia tadi tidak langsung pulang, sengaja. Karena merasa curiga dengan Jeongyeon.
Baru saja membuka pintu lapangan indoor, Nayeon langsung menutupnya kembali. Kenapa? Jelas karena pada saat itu, Ia melihat Jeongyeon tengah memukuli kepala Namjoon dengan palu di tangannya.
"Jeongyeon....... Lo gila. Pshyco."
Hanya Jeongyeon yang Nayeon lihat, karena posisi sang peneror, berhasil terhalang oleh manusia berbaju serba hitam.
Jeng jeng jeng......
YOU ARE READING
CODE |Part 0.2 - ~|
Fanfiction"Lo... Itu lo kan yang seret kita ke dalam kode-kode ngga jelas ini?" Available for part 0.2 until the end. Part 0.0 and 0.1 you can read on account @smilnw_
