• Titik Temu •

Start from the beginning
                                        

Tiba-tiba terlintas sebuah ide dibenak gue untuk mengabadikannya. Maka, gue pun mengambil handphone dan langsung memotretnya dari berbagai sisi.

"Eh bentar bentar. Gimana kalau aktivitas kita semalam itu direkam sama dia, terus gue diancam sama dia?" Pikiran gue tiba-tiba menjadi negatif.

"Gak bisa gue biarin nih." Monolog gue.

Lebih baik gue berjaga-jaga, jangan sampai dugaan gue benar. Sehingga gue pun memutuskan untuk memotret tubuh telanjangnya. "Aduhh maafin gue yah." Ucap gue dengan pelan sambil membuka selimutnya secara perlahan. Gila! Itu barang yang menembus selaput gue semalam. Pantas nyeri, gede banget sih.

Setelah itu, gue pun bergegas keluar. Ternyata semalam kita menginap di hotel, cuy! Siapa yang bayar yah? Udaah, biarin dia aja yang bayar. Gue masih 19 tahun, gak punya duit banyak.

Keluar dari hotel, gue gak langsung pulang kerumah. Bisa digorok sama Mami kalau tau anaknya pulang siang bolong begini, gak pakai dalaman lagi. Akhirnya, gue memutuskan untuk langsung kerumah sahabat gue.

"Nathhhh..." belum juga sampai di pintu rumahnya, gue udah teriak duluan.

"Berisik tau gak!" Maki Nath. "Lala... lo gak papa?" Nath langsung panik ketika melihat tubuh gue. Seketika gue juga heran, memangnya tubuh gue kenapa?

"Lo abis diapain?"

"Hah, emangnya kenapa?" Gue jadi takut sendiri.

"Sini masuk dulu.." Nath langsung menyeret gue masuk. Dia baru berhenti ketika kita berada disebuah cermin. "Tuh liat tubuh lo!"

"Aaa..." gue mau nangis aja. Diarea leher terdapat banyak kissmark, rambut gue juga lepek banget. Pantas saja tadi gue diliatin aneh sama supir taxi.

"Lo abis main dimana?"

"Main dihotel, sama cowo. Gue udah gak perawan lagi." Jawab gue sambil nangis. Untung saja orang tua Nath sedang dinas diluar kota, kalau enggak mereka bakalan laporin gue ke Mami.

"Duh, bercandanya yang bener." Malah dikira bercanda.

"Enggak. Seriusan. Semalam gue tidur sama cowo. Nih kalau gak percaya, lo liat aja, gue pulang gak pake underwear." Hampir saja gue menaikkan dress yang gue kenakan sampai keatas paha, namun Nath sudah lebih dahulu menghentikan gerakan gue. "Okay gue percaya." Gituh katanya.

"Tapi kok bisa? Emangnya semalam lo ngapain?" Nada bicaranya sama seperti Pak Polisi yang sedang mengiterogasi tersangka. Gue pun menceritakan cikal bakal, awal mula kejadian gue lepas keperawanan kepada Nath.

Semalam gue galau parah, sebab gue melihat crush gue jadi jaman SMA jalan sama pacar barunya. Kalau cuman jalan aja sih gak papa, gak ada pengaruhnya sama gue. Tapi masalahnya, gue melihat dengan mata kepala sendiri mereka berciuman. Hati gue hancur, patah, remuk, oke gue lebay!

Gue butuh yang segar-segar demi mendinginkan otak gue. Awalnya gue udah meneguk sebotol jus jeruk yang gue beli di Indomaret, tapi gak ada efeknya. Malahan gue jadi makin suntuk.

Bermodalkan kenekatan, gue pun masuk ke sebuah club malam. Niat gue kesini hanya untuk menghilangkan kesuntukkan gue. Makanya gue terima aja ketika si bartender menawarkan minuman kepada gue. Sumpah demi apapun, gue gak tau jenis minuman apa yang gue minum semalam. Rasanya agak tajam, manisnya dikit, pahit juga sih, tapi gue enjoy aja. Dan entah pada gelas keberapa, gue udah gak kuat lagi. Gue mau pulang, mau bobo. Tapi, bukannya pulang, gue malah melihat seorang cowo yang duduk disebelah gue. Ototnya mirip otot Jeno, crush gue.

Entah hilang kemana urat malu gue, gue segera mendekati cowo itu. Gak tau keberanian dari mana, gue main nyosor ajah. Sepertinya dia juga sama mabuknya dengan gue, sehingga dia menerima saja ciuman gue. Bahkan kita berdua saling memagut. Uhh.. gue berani sumpah, itu ciuman pertama gue.

SelipWhere stories live. Discover now