The Queen - END

121K 1.2K 139
                                    

Lima tahun kemudian...

Siang itu matahari bersinar begitu cerah, namun tidak demikian dengan hati Angel yang tengah berdiri di depan gerbang sekolahnya. Gadis kecil itu mengetuk-ngetukkan tapak sepatu dengan gelisah, menanti Harry, sang supir yang biasa menjemputnya. Tidak biasanya lelaki itu datang begitu lama.

Saat Angel tengah menunduk menghindari cahaya matahari yang menyilaukan mata, tiba-tiba saja setangkai lolipop berwarna cokelat terjulur tepat di hadapannya.

"Hai gadis kecil nan cantik, kau mau permen?" Sebuah suara terdengar bertanya. Kala Angel menoleh menatap pemberi permen tersebut, senyumnya seketika merekah.

"Daddy!" seru Angel senang seraya meraih lolipop tersebut. "Tidak biasanya Daddy yang menjemputku?" tanyanya kemudian dengan nada heran.

"Hm, tampaknya kau lupa bahwa ini adalah hari istimewa, Sayang."

Angel mengerutkan dahi. "Hari istime—ah, iya! Aku nyaris melupakannya!" serunya kemudian, seraya memukul dahinya dengan pelan.

"Tetapi, Daddy berharap kau tidak melupakan tugasmu hari ini, Malaikat Cantik." Ben mengedipkan sebelah mata. Ia melirik arlojinya sekilas, lalu kemudian meraih lengan Angel. "Ayo, Sayang. Waktu kita tidak banyak lagi."

***

Ben menepikan mobilnya tepat di depan salah satu toko perhiasan yang berada di kawasan Madison Avenue. Setelah memastikan keamanan, ia keluar dari mobil dan menggandeng lengan Angel memasuki toko tersebut. Seorang perempuan muda segera menghampiri mereka seraya menampilkan senyumnya manisnya.

"Ada yang bisa dibantu, Sir?" tanyanya dengan ramah.

"Aku sedang mencari sebuah liontin untuk istriku," sahut Ben.

Perempuan itu menangguk mengerti, lalu dengan segera menuntun Ben dan Angel menuju etalase yang memajang berbagai jenis liontin berlian nan elegan.

"Bagaimana dengan yang ini, Sir?" tanya perempuan itu, seraya menunjuk sebuah liontin berhiaskan berlian berbentuk love.

Ben memandangnya sejenak, lalu beralih menatap Angel. Angel memandangi liontin itu dengan seksama, lalu menggeleng pelan. Dan melihatnya, membuat Ben turut menggeleng kemudian.

"Kalau yang ini?" Kali ini, perempuan cantik itu menunjuk sebuah liontin berhiaskan bintang, tetapi lagi-lagi Ben dan Angel menggeleng bersamaan. Berulang kali mereka melakukan hal serupa, hingga akhirnya perempuan itu menunjuk sebuah liontin berhiaskan berlian yang diukir membentuk tiara mungil nan cantik.

Untuk sejenak Ben dan Angel bertukar pandang, lalu detik berikutnya mereka mengangguk secara bersamaan.

***

"Oke, selanjutnya rencana kedua!" Ben berseru dengan penuh semangat pada Angel dan Anna yang berdiri di hadapannya.

"Siap, Kapten!" Kedua gadis itu menyahut bersamaan.

Dan beberapa detik kemudian, mereka tampak sibuk dengan peralatan masing-masing. Anna berkutat di dapur menyiapkan makanan, sedangkan Ben dan Angel bertugas menyulap balkon apartemen mereka menjadi tempat dinner yang romantis.

"Apakah Mommy akan menyukai ini, Daddy?" tanya Angel saat melihat hasil pekerjaan mereka. Balkon apartemen itu telah berubah menjadi tempat dinner yang cantik. Ben memasangkan beberapa lampu kecil berwarna-warni pada dinding pembatas balkon, menambah kesan romantis yang pekat. Dan pemandangan kian sempurna kala Anna selesai menata hidangan di atas meja, lengkap dengan hiasan berupa lilin dan sebuket bunga mawar berwarna merah. Sempurna.

Ben tersenyum puas. "Tentu, Sayang."

***

"Daddy, mengapa Mommy lama sekali?" tanya Angel, tidak sabar. Ia memandang dengan gelisah pada jam yang tergantung di dinding. Jarumnya sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi Evelyn belum kunjung kembali ke apartemen mereka.

Unexpected WeddingWhere stories live. Discover now