In The Tio's Dream

149 94 110
                                    

Fosga in a past.

"Gedung bulutangkis?" Berkata dalam hati, Fosga melihat sekeliling dan mengenal bahwa ruang tersebut adalah gedung bulutangkis.

Terlihat seorang pemuda bertubuh tinggi sedang melewatinya atau menembus dirinya.

Fosga mengenali sang pemuda itu tak lain si hantu yang barusan minta bantuannya.

"Hei, Tio!" Panggil dua pemuda lainnya dari belakang.

"Yang benar loe mau keluar dari klub ini?! Loe kawan kami, pal!"Tanya pemuda bertubuh sedikit rendah.

"Kalian semua dengar sendiri kan dari pak Prayoga yang memutuskan gw keluar dari klub ini. Sekalipun gw kembali ngotot, tetap gw gak bakalan dimasukkan kembali ke klub ini, Rey, Dennis" Jawab pemuda bernama Tio putus asa.

"Bapak itu harusnya gak bisa pilih kasih gitu. Mentang-mentang Yogi adalah anaknya. Dan juga bapak itu keluarkan loe agar si Yogi bisa dapat bintang lapangan kan? Gw tau banget ide busuknya!" Umpat Rey geram tau maksud dan tujuan sang pelatih.

"Benar tuh, Tio. Dia nggak adil sama loe! Gw sama Rey bakal bantu loe bikin laporan ke khusus buat dapat pembelaan lebih dari mereka agar pak Prayoga dan anaknya biar kampok" Usul Dennis.

"Thanks Rey, Dennis. Kalian emang sahabat gw" Tio senang mendengarnya sambil menepuk pundak keduanya.

Pemandangan berubah menjadi tempat klub bulutangkis.

"Tio, berani ya kamu melawan saya!!" Seru seorang laki-laki dewasa berjabat pelatih.

"Bukan melawan bapak, tapi untuk turnamen ini sudah lama jadi impian saya pak. Ini yang akan mewujudkan cita-cita saya menjadi pemain professional, pak"Ujar Tio membela dirinya.

"Apapun alasannya, tetap saya hukum kamu untuk tidak bisa ikuti dalam pertandingan minggu depan. Titik" Ujar pak Prayoga tak bisa dibantahkan.

"Yang benar aja! Gak adil pak! Hanya karena perkelahian saya dan Yogi kemarin?! Saya dihukum sedangkan Yogi tidak. Apa maksud bapak, hah?!" Tio sangat tidak terima dipilih-pilih begituan dari pak Prayoga.

"Kamu menolak perintah saya, Tio?" Tanya pak Prayoga marah.

"Ini gak adil pak! Yogi anaknya bapak, bukan? Makanya bapak menyingkirkan semua pemain yang hampir dapat impian agar anak bapak yang dapatkannya kan? Heh, sungguh licik Anda. Saya sudah laporkan ke khusus jika bapak melakukan ketidakemanusiaan" Seru Tio mengancam sambil menyeringai.

"Kamu!!" Seru pak Prayoga sangat marah.

Kembali pemandangan berubah yang akan menampilkan seorang pemuda sedang mengintai Tio bersama kedua kawannya kini bermain bulutangkis di taman luas kampus.

Pemuda beralis tebal itu menatap mereka bertiga penuh dendam.

Lagi. Pemandangan berubah sebuah lorong menuju gedung bulutangkis.

Ada Tio yang sedang berjalan menuju gerbang keluar di sore hari. Namun tiba-tiba dia dihadang oleh segerombolan mahasiswa sambil membawa pemukul baseball. Dan langsung mereka mengeroyok lalu memukuli diri Tio secara habis-habisan.

"Rasain!! Berani ngaduin ke khusus. Sok tau bangetan loe anak miskin!!" Umpat Yogi.

"Yogi! Loe udah kelewatan!!" Seru Tio kerintihan sakit dengan tubuh dipenuhi luka-luka dan berdarah.

"Hm. Bocah pengecut"Kata Fosga sangat pedas untuk Yogi lalu menyunggingkan sudut bibir sebelah.

Pemandangan berubah lagi kini berada di atap gedung bulutangkis.

Terlihat Tio memegang baju pertandingan klubnya dan selembar kertas putih berisi medis rumah sakit yang  menyatakan luka kakinya sangat parah dan tidak bisa mengikuti cita-citanya untuk sebagai pemain professional. Dia menangis putus asa sambil berdiri di paling ujung atap gedung bulutangkis tersebut dan melemparkan baju klubnya bersama kertas hasil medisnya.

"Hancur hidup gw!! Gak ada bisa mau ngapain lagi! Buat apa gw hidup di dunia penuh kejam ini??! Mungkin ini terakhir untuk gw" Berteriak Tio dengan histeris dan begitu pilu putus asa lalu melompat dari atap dan mati tergeletak di bawah sana.

Seketika seluruh kampus langsung terkejut histeris melihat jasadnya.

"Sungguh mirisnya hidupmu"Ujar Fosga menatapnya penuh iba.

Tak kemudian, semua pemandangan menjadi gelap hingga sebuah cahaya menyinari ke dalam retina matanya.

Fosga in a past is End.

"Kak Fosga, sadar!" Seru Mary sembari menepuk pelan rahang tegas milik Fosga kini mulai menghembus nafas lega dan membuka kedua matanya.

"Hantunya sudah hilang, kak"Ujar Mary beritahu.

Fosga memandangi sekitarnya. Benar, tidak ada kehadiran hantu pria malang tersebut.

Sedangkan Mary tetap menatap Fosga penasaran dengan apa yang sudah dilihat Fosga di masa lalu. Fosga pun membisikkannya secara pelan-pelan. Setelah mendengar bisikan cerita Fosga, langsung Mary merasa turut dukacita dan tidak terima jika pemuda bernama Tio itu diperlakukan tidak adil dan kasar oleh pelatih bernama pak Prayoga bersama anaknya, Yogi. Sungguh keterlaluan mereka! Pikir Mary sangat marah.

"Kalau begitu, nanti malam setelah acara ospek selesai, aku akan memberitahukan ini kepada kak Alice dan kak Johnny agar masalah kak Tio cepat diselesaikan dan bisa kembali tenang di alam sana" Usul Mary bersemangat membantu untuk pertolongan seseorang.

Beberapa jam kemudian, setelah acara perkemahan malam kini terganti ada pengumuman bahwa acara ospek dinyatakan selesai dan paginya untuk seluruh peserta diperbolehkan pulang kerumah masing-masing. Termasuk Mary dan Fosga bersama Alice.

Hantu Tio memperhatikan mereka bertiga dari kejauhan dengan tatapan penuh misterius dan tersenyum lalu berjalan menghilang di kegelapan gedung mewah Zentropolis.

                    - Continue -






New CampusWhere stories live. Discover now