Chapter 22 - Terjaga

Start from the beginning
                                    

"Iya dan akhirnya dia nolong lo, kejadiannya sama persis kaya Vla sekarang," sela Bara.

"Ardanu sama Vla aneh tahu," ujar Cantika. "Ada lagi, waktu Ardanu bilang ke Bu Naya kalau Alkar nyerang Vla di toilet? Gimana mungkin dia bisa tahu?"

"Can," raut wajah Bara yang begitu serius.

"Hm?" Cantik mengangkat satu alisnya.

"Jangan-jangan Ardanu—" Bara menggangtungkan kalimatnya. "Jangan-jangan Ardanu anaknya dukun?"

"Ish, sembarangan lo! Ya enggak mungkinlah, gue kenal dia."

"Ya, kan, kali aja."

Suara deham dari belakang Cantika dan Bara. mereka berdua sontak memutar tubuhnya. Mulutnya terngaga setelah melihat siapa yang ada di depan mereka.

"Eh, Bu Naya," ujar Bara meringis memperlihatkan deretan giginya.

"Bu Naya ngapain di sini? Bukannya kita ada kelas, ya?" tanya Cantika tersenyum.

Bu Naya menatap mereka berdua secara bergantian. "Iya kita ada kelas. Dan tidak seharusnya kalian ngobrol di sini. Masuk sana!" kata Bu Naya dengan tegas. Karena tidak mau menambah masalah, Bara dan Cantika mengikuti perintah Bu Naya.

*****

"Vla!" panggilan suara mengehentikan langkah Stevlanka. Gadis itu berjalan seorang diri melewati koridor. Masih banyak siswa Angkasa Biru yang berkeliaran di sekolah walaupun sudah jam pulang.

"Bara?" gumam Stevlanka. laki-laki itu kini sudah berada di hadapannya.

"Lo sendirian aja?" tanya laki-laki itu.

Stevlanka mengangguk. "Iya, sebenernya tadi mau bareng sama Cantika, tapi dia ada urusan gitu katanya," kata Stevlanka. Bara menganggukkan kepalanya. Mereka melanjutkan langkahnya, berjalan berdampingan.

"Anyway, makasih, ya. Lo udah nolongin gue." Bara tersenyum. "Tangan lo nggak papa?"

"Santai aja, tangan gue nggak papa, kok. Lecet dikit," jawab Stevlanka dengan senyumannya.

"Kenapa lo nolongin gue, Vla?" tanya Bara menatap gadis di sampingnya itu.

Stevlanka terdiam sejenak, kemudian ia tersenyum menoleh Bara. Ia menghentikan langkah kakinya, begitu juga dengan Bara. "Karena lo temen gue."

"Gue pikir lo suka sama gue," kata Bara jenaka.

"Gue milih-milih kali kalo mau suka orang," ujar Stevlanka tertawa.

Bara ternganga. "Jadi, maksud lo gue nggak pantes dipilih, gitu? Wah, parah lo, Vla!" pekik Bara, "kayanya virus rese Cantika udah nular ke lo, deh," lanjut Bara kesal. Sementara Stevlanka hanya tersenyum.

"Eheemm hemmm," dehaman seseorang mengalihkan pandangan Bara dan Stevlanka. Seorang laki-laki yang berjalan mendekat—menengahi Bara dan Stevlanka. Menatap tajam ke arah Bara. "Seru banget ngomongin apa, sih?"

"Ngapain cewek gue lo?" tanya Ardanu.

Stevlanka memicingkan matanya kearah Ardanu. "Gue bukan cewek lo!"

Bara tertawa keras. "Tuh, bahkan Stevlanka aja nggak mau dibilang cewek lo," ledek Bara menahan tawanya.

"Ya ... kan masih proses," protes Ardanu tidak terima.

"Itu mulu jawaban lo, udah mendingan lo ngaca aja sana. Nggak usah banyak ngarep."

"Gantengan juga gue, Vla," kata Bara pada Stevlanka menaikkan satu alisnya. Stevlanka hanya terseyum seraya menggelengkan kepalanya.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now