Bagian 23 | Sikap Menyesuaikan Tujuan

Start from the beginning
                                    

"Baiklah, aku nggak pantas merasa dikhianati, bukan? Karena seperti yang Mbak bilang, sejak awal aku nggak pernah percaya ke siapa pun." Lain di bibir lain di hati, hati Eva sangat sakit Prita yang selama ini ia kira sangat memahami dirinya, menyimpulkan sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri.

Prita tidak ingin tahu mengapa Eva ingin istirahat panjang, mengapa Eva menyebut-nyebut soal film terakhir, mengapa ia mulai lelah dengan drama menjadi Evaria Dona. "Aku juga mengerti, pasti sangat melelahkan bekerja dengan artis beresiko seperti aku. Karirku bisa tamat jika masa laluku dengan Rizal Chandra terungkap. Mbak juga pasti penasaran, kan, aku bisa apa tanpa Mbak Prita dan Lala?"

Kening Prita sedikit memunculkan kerutan, Eva senang artinya Prita mengingat kata-kata yang pernah diucapkan di belakang Eva. "Ku akui Mbak merencanakannya dengan sempurna, penuh perhitungan, dan memastikan aku baru mengetahuinya di saat yang tepat. Sayangnya, selain fakta bahwa Mbak memilih Erina sebagai penggantiku, yang lainnya sama sekali tidak mengejutkan."

Eva menghabiskan sisa wine dalam gelasnya lalu meletakkan gelas kosong itu di atas meja. "Karena sekarang sudah jelas, mari kita selesaikan masa kontrak ini dengan profesional seolah-olah tidak ada hal lain yang kita sembunyikan dan anggap saja kita saling mempercayai." Eva tersenyum meski terlihat jelas memaksakan diri melakukannya.

Saat keduanya saling berjabat tangan, mereka tahu bahwa lima bulan ke depan akan sangat panjang. Dan tidak menutup kemungkinan akan ada saling tusuk dari belakang.

***

Prita makin sibuk mempromosikan Erina. Erina sedang gencar memperkenalkan namanya di media sosial. Pengikutnya meroket cepat setelah dia memposting beberapa foto masa kecil hingga remajanya dengan Eva. Orang-orang memuji hubungan keduanya yang sudah seperti saudara kandung. Entah apa tujuannya, Erina juga memuji-muji Eva sebagai Kakak yang baik dan selalu ingin melindunginya.

Yang paling menggelikan Erina tidak segan memakai nama aslinya sebagai nama panggung, dia memakai nama Dona di belakang namanya. Eva tidak peduli dengan semua yang dia lakukan, kecuali yang satu itu.

"Apa yang membuatmu merasa pantas memakai nama Dona?" Eva mengajaknya bertemu siang itu.

"Apa salahnya? Itu hanya sebuah nama, Kakak sendiri juga memakainya."

"Itu nama Mama aku."

"Setahu aku nama Mama Kakak nggak ada Dona-donanya."

Eva menipiskan bibir. Dona adalah nama kecil mamanya. Keluarga Mama dan Papa sendiri memanggil Mama dengan nama itu. "Aku nggak mau kamu numpang tenar dengan memakai namaku. Kamu kira niatmu nggak terbaca sama aku?"

"Aku memang sengaja membuatnya sangat jelas," jawab Erina gamblang. "Aku ingin orang-orang tahu aku adalah adik tiri Evaria Dona yang sangat dia sayangi seperti adik kandungnya sendiri."

"Kamu ingin mengalahkan aku dengan memakai cara itu? Rin, siapa pun atau apa pun yang mendorong kamu sampai ke sini sekarang, kamu nggak akan bisa menang kalau cuma mengandalkan drama."

Erina yang sekarang duduk di depan Eva kini berani menatap langsung mata Eva. "Aku tahu Kakak ingin menghentikanku karena takut kalah saing denganku."

"Takut?" Eva tertawa pongah. "Memangnya kamu pikir apa yang bisa kamu lakukan untuk membuatku ketakutan? Kamu bahkan nggak cukup pantas kuanggap saingan."

Tangan kanan Erina di samping cangkir kopinya mengepal, Eva sudah pasti sangat melukai harga dirinya. Eva hanya melirik itu sambil menyesap sedikit cairan kopi pekatnya. "Satu lagi, berhubung kamu menyebut aku Kakak yang baik, kali ini anggap aku bicara sebagai Kakakmu." Eva meletakkan cangkir kopinya di atas meja tanpa menimbulkan bunyi.

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now