Menepis Kenyataan

136 28 13
                                    

Ga ngarepin banyak apa apa, kalian komen aja gue seneng banget ❣

Terhitung sudah tiga hari Seohyun ditinggalkan sendiri di rumah besar ini yang mungkin bisa menampung puluhan orang di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung sudah tiga hari Seohyun ditinggalkan sendiri di rumah besar ini yang mungkin bisa menampung puluhan orang di dalamnya. Bagi Seohyun tidak masalah jika ketiga orang itu tidak pulang lagi kerumah. Karena pagi, siang, malamnya terasa damai jika ia diberi ruang seluas ini.

"Neng, bibi tinggal ya. Ini piring satunya buat de Seungyoun, kalo dia jemput neng kesini. Ya?" Seohyun langsung mengangguk mengiyakan ucapan Bi Marsih.

Ia mengunyah nasi serta lauknya dengan pelan. Sempat berfikir jika sudah sangat lama tidak memakan makanan bi Marsih dengan perasaan setenang ini.

"PAGI DUN----"

"LO KENAPA JADI SERING SARAPAN DISINI SIH!" Potong Seohyun yang keburu kesel sama teriakan tiba-tiba dari Seungyoun.

Sempat kaget karena ucapan Seohyun, cowok itu langsung menarik kursi di depan Seohyun dan menatap makanan yang sama dengan yang di makan si pemilik rumah. Berdoa dengan kilat, lalu menyendok makanannya gede gede.

"Namanya rejeki nggak boleh ditolak hyun. Nih buktinya bi Marsih udah nyediain buat gue," Ucapan serta tingkah Seungyoun yang nggak tau malu, bikin Seohyun mendengus.

"Lagian lo ko malah kebiasaan jemput gue sih? Arah apartemen lo sama kampus tuh yang paling deket ya tolol. Ngapain lo susah susah kesini? Abisin bensin iya. Capek tenaga iya, ngurangin waktu iya, dan sama sekali nggak efesien. Lagian kan biasanya juga gue yang ketempat lo. Ko lo mendadak bego?!"

Seohyun yang baru mengeluarkan kalimat panjang serta menusuk hati cowok di depannya, tidak menggubris lagi pada Seungyoun yang masih manatap nya lamat lamat. "Ko bisa?" Ucap Seungyoun pelan, namun masih bisa didengar Seohyun.

"Bisa apaan?" Tanya Seohyun heran.

"Mulut lo lemes banget. Berguru dimana HA? Hati aing. Hati aing sakit dengernya, sakit pisan. Aduh...." Jawab Seungyoun yang didramatisir dengan tangan yang memegang dadanya sendiri.

Seohyun sih udah males liat kelakuan Seungyoun yang diluar otaknya.

Seungyoun yang bobrok, selamanya bakalan jadi Seungyoun yang bobrok juga.

Satu hal yang baru disadari, Seohyun malah lebih menikmati pagi harinya dengan teriakan, serta kelakuan aneh dari Seungyoun. Sahabatnya dari jaman SMA. Ketimbang dia yang harus keluar kamar lebih siang, agar tidak berpapasan dengan penghuni rumah ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Free SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang