"Nah, ayo naik yang lain" ujarku lalu menggandeng mereka. Mereka sepertinya tidak memberontak atau menolak. Hanya saja aku yang waswas terhadap orang itu. Karena ku lihat dengan jelas, sangat jelas, seorang pria tinggi dengan hoodie dan kacamata hitam, tengah mengawasi Jisung. "Kita naik apa hyung??" tanya Jisung. "Yang gampang saja. Bombom car? Kart racing? Atau... Ferris Wheel?" Tanyaku balik. "Ferris Wheel? Seperti perempuan saja hyung" balas Chenle. Aku berpikir sebentar.

"Ayo kart racing"

___

"Bagaimana? Seru tidak?"

"Seru sekali! Ayo lagi!!"

"Zhong Chenle kita sudah menghabiskan 5 jam disini. Kau lupa rencana kita ke taman hari ini??"

Ya. Tak terasa kita sudah 5 jam di tempat ini. Mungkin karena terlalu senang sampai kita lupa waktu. Oh ya, habis ini kita ada rencana untuk ke taman. Entah mengapa, Chenle yang tiba tiba mengajak dengan alasan sudah lama tidak kesana. Aku dan Jisung setuju setuju saja. Toh supaya adil, taman bermain ide dari Jisung dan taman ide dari Chenle.

"Oh ya. Bentar ya hyung, aku dan Jisung ke toilet dulu"

Aku hanya mengangguk dan melihat bagaimana Chenle minta Jisung menemaninya ke toilet. Aku memainkan handphone ku selagi menunggu mereka berdua. Sampai,

Tuk!

Aku kaget begitu seseorang menepuk bahuku. Tidak mungkin Chenle Jisung. Aku menoleh. "Ya?" tanyaku. Orang itu melepas kacamata dan tudung hoodienya, menampilkan tampang tampannya itu. "Permisi, boleh bertanya?" tanyanya. Aku mengangguk. "Kau ada hubungan dengan anak ini?" Tanyanya sambil menyodorkan foto seseorang. Jisung. "I-iya, kenapa?" Tanyaku balik. Dia tersenyum.

"Kalau begitu, bisa saya bertemu dengannya?"

"Anda siapanya dia?"

"Saya? Saya kakak kandungnya"

Duniaku seperti berhenti saat itu. "A-anda mau membawanya kembali?" Tanyaku gemetaran. "Jika anaknya mau, saya akan membawanya kembali" ujarnya. Jangan, Jisung tidak boleh dibawa kemanapun. Cukup aku kehilangan Jeno, jangan Jisung. "S-sebentar dia sedang di toilet" balasku. "Boleh tahu nama anda?" Tanyanya, lagi. "Na Jaemin" balasku. "Oh Jaemin-ssi, terima kasih sudah mau bersama Jisung" ujarnya membungkuk. "Y-ya sama sama" balasku. "Saya Park Chanyeol" balasnya dan aku mengangguk.

"JAEMIN HYUNG! NANA HYUNG!!"

Aku dan Chanyeol-ssi kompak menoleh ke sumber suara. Disana ada Chenle yang tengah menggeret Jisung.. yang bajunya agak basah. Aku menghampiri mereka. "Astaga, gimana bisa basah, Jisung-ah??" Tanyaku sambil mencoba mengeringkan baju basah Jisung. "Kerannya tadi rusak hyung, tentu karena Jisung" ujar Chenle tertawa. Jisung yang semula menunduk mengangkat kepalanya. Ia kaget, melihat sosok familiar baginya. Aku menyadarinya. "Kakak kandungmu, Jisung-ah. Keluargamu menginginkan kamu kembali" ujarku kepadanya.. menahan air mata. Chenle pun juga melihat Chanyeol. Sampai akhirnya Chanyeol menghampiri kita. "Park Jisung, ayo kita pulang" ujarnya mengulurkan tangannya pada Jisung. "Jisung jangan!" Ujar Chenle memeluk Jisung.

"Tidak. Namaku Na Jisung. Sampai kapanpun akan menjadi Na Jisung, adik Na Jaemin hyung. Persetan masalah hukum, aku tidak akan kembali pada keluarga yang meninggalkanku dulu. Aku sangat bersyukur bertemu Jaemin hyung. Aku bahagia, dan kalian mau merusak kebahagiaanku? TIDAK!"

Aku, Chenle dan Chanyeol itu kaget mendengar Jisung. Air matanya sudah keluar. Menandakan dia benar benar tidak mau pergi. "Jisung-ah, kau tidak mau bertemu papa dan mama? Kau tak rindu kami?" tanya Chanyeol. "Tidak. Sama sekali tidak. Aku sudah punya keluarga sendiri yang merawatku baik. Aku tidak butuh kalian" jawab Jisung. Aku memeluknya. "Jisung-ah, dia kakak kandungmu, setidaknya sopan sedikit. Dan aku yakin keluargamu sudah menyesal, tetapi tetap keputusan ada padamu" bisikku mengusap kepalanya. "Tidak Nana hyung, aku tidak akan kembali. Ayo kita pergi" ujar Jisung menggandeng tanganku dan Chenle pergi. Aku melepaskan genggaman Jisung. "Maaf Chanyeol-ssi, aku sendiri tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Jisung sudah cerita perlakuan keluarga kalian padaku. Semua ini keputusan Jisung. Kami permisi" ujarku lalu menyusul Jisung yang ditenangkan Chenle.

___

"Jisung-ah.."

"Hyung, jangan terhasut mereka. Aku tidak ingin kembali. Tolong hyung.. kumohon. Aku tidak ingin meninggalkan kalian"

Aku memeluk Jisung. "Tenang.. aku juga tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja. Mereka harus melaluiku kalau mau membawamu kembali" lirihku. "Jaemin hyung, Jisung-ah, kita sampai" ucapan Chenle membuatku melepaskan pelukan Jisung. Kami turun dari bus.

Taman.

Sesuai rencana awal.

Kami duduk di bangku yang ada. Tak ada yang berani membuka suara. "Jisung-ah.. jangan meninggalkan kami.." lirih Chenle yang terdengar oleh kami. "Tidak akan pernah. Aku janji" dan setelah itu, kami memutuskan untuk melupakan masalah ini sejenak. Aku hanya memotret mereka yang bahagia, berharap aku akan sering - sering melihat momen ini.

Diam diam aku suka membayangkan, liburan bersama. Aku, Mark hyung, Jeno hyung, Chenle, Jisung, papa Donghae, dan mama. Sungguh, sangat seru. Oh ya, aku melupakan Haechan dan Renjun. Bermain bersama di pantai, lalu camping, ah, benar benar seru. Namun, apa itu bisa terjadi? Entahlah.

Yang kuharapkan saat ini hanya 2 hal. Jisung dengan janjinya tidak akan meninggalkanku, dan juga Jeno yang kuharap dapat mengingatku, tanpa merasakan sakit.

___

To Be Continued

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now