| CHAPTER 27 | MENJAGAMU

Beginne am Anfang
                                    

———

Sama seperti yang Moa janjikan kemarin, pulang sekolah hari ini pun ia datang lagi ke rumah Cakrawala. Ia  mengetuk pintu sambil meneriakan nama Cakrawala, berulang kali hingga tanpa ia sadari membuat tangannya memerah. Namun tetap saja tidak ada jawaban.

"Cakra... Kamu di mana?" Air mata Moa jatuh membasahi pipi. "Hiks!"

Tubuh Moa perlahan merosot turun. Di depan pintu kayu berwarna putih rumah Cakrawala, Moa mendudukan dirinya. Ia sangat berharap Cakrawala segera keluar, membukakan pintu untuknya seraya tersenyum manis. Moa rindu senyuman Cakrawala.

Langit yang sudah menggelap kini robek menumpahkan air ke bumi dan Moa masih setia duduk di depan pintu.

"Cakra... Dingin..." Moa memeluk kedua lututnya. "Ayo keluar, buka pintunya..."

Hujan mengguyur sangat deras hingga Moa yang terduduk di depan pintu pun turut terkena cipratan air hujan.

"Cakrawala...!"

Tok tok tok

Lagi, ia mengetuk pintu tersebut. Jika sebelum hujan saja tidak ada yang membukakan pintu, bagaimana suara ketukan itu akan terdengar disela bising derasnya hujan?

Dua jam lebih Moa menunggu hingga akhirnya hujan reda, tapi pintu tersebut tetap tidak terbuka. Rasanya sekarang Moa mau gila!

Moa lelah. Ia akhirnya memilih bangkit.

"Cakrawala... Aku pulang ya..." Ujarnya sambil menatap pintu kayu berwarna putih itu. "Besok aku datang lagi..."

Moa berjalan masuk ke dalam mobil.

Beberapa jam sepeninggalnya Moa, mobil Tigu tiba di depan pagar rumah. Ia baru saja kembali dari rumah sakit. Maratungga tidak dirawat terlalu lama karena seperti yang dikatakan dr. William, Maratungga hanya kelelahan. Ia hanya butuh banyak beristirahat.

Daripada berlama-lama di rumah sakit, Maratungga lebih suka dirawat di rumah oleh Cakrawala. Bau rumah sakit membuat perutnya bergejolak  mual.

Ngomong-ngomong soal Cakrawala, Maratungga tidak melihat anak itu sejak dua hari yang lalu. Tega sekali dia tidak menjenguknya! Lihat saja, ia akan membuat perhitungan kepada Cakrawala.

"Ini kuncinya." Tigu menyerahkan kunci rumah berbandul singa kepada Maratungga.

"Emang harus banget Ayah pergi lagi?" tanyanya seraya mengambil kunci dari tangan Tigu. "Kita belum sempet main game lho, Yah."

"Lain kali aja ya," jawab Tigu.

Tadi Tigu mendapat telpon dari salah seorang pegawainya yang mengatakan ada salah seorang investor ingin mencabut investasi. Jika sampai investor tersebut benar-benar mencabut investasinya, maka tidak akan baik bagi keuangan perusahaan.

"Nggak mau masuk dulu?" tanya Maratungga.

Tigu menggeleng. "Jangan lupa makan dan minum obat." Ia menepuk pundak Maratungga beberapa kali.

Maratungga mengangguk-angguk, ia lalu turun dan mobil yang dikemudikan Tigu kembali melaju meninggalkan rumah. Jika tidak di rumah, biasanya Tigu akan tidur di apartemen yang letaknya lebih dekat dari kantornya.

Maratungga memasukan kunci berbandul singa itu ke dalam lubang pintu, kemudian memutarnya.

Ceklek

2. NOT ME ✔️ Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt