work from home

35K 2.8K 108
                                    

Aku berkantor di kawasan MH Thamrin. Sehari - hari aku naik MRT untuk mencapai kantorku tepat waktu. Aku biasa memarkir mobil ku, di kawasan cipete, tepatnya disamping mc.d jl.raya fatmawati, seberang stasiun cipete raya.

Rumahku sendiri di kawasan tanjung barat. Jadi sudah cukup lumayan lah jarak tempuhnya ke cipete. Sebenarnya praktisnya aku naik commuter line turun di sudirman, lalu sambung dengan bus transjakarta.

Tapi  baru seminggu, aku uji nyali naik kereta commuter line. Aku sempat nyaris pingsan karena sesak napas. Ganas sekali kehidupan anker alias anak kereta. Semua maunya masuk saat itu juga, gak pandang laki -laki apa perempuan, semua sikut -sikutan.

Padahal berharap naik CL aku bisa kedip -kedip dikit, sama pria -pria pejuang korporat ini. Yang sehari - hari berkemeja slim fit, celana bahan dan pantofel mengkilat, bikin mereka terlihat menggemaskan. 

Eh.....

Aku malah nyaris pingsan, karena berdesakan. Yang mapah, boro - boro mas -mas ganteng, yang ada bapak security yang wajahnya garang banget. Tapi Masha Allah baik banget, semua orang di marahin suruh berdiri kasih aku duduk, dia bahkan bantu aku ambilkan minuman dari ranselku.

Singkat cerita, aku akhirnya banting setir ke MRT aja. Lebih mahal, tapi much better lah. Dan isi nya? Segeerrrr......

Sejak naik MRT aku sedikit dandan, gak lagi pakai keds tapi berganti flat shoes melissa dengan pita nya yang signature banget itu. Kemeja trendy plus rok A line atau kadang  celana bahan pencil. No more backpack laptop, aku pakai laptop case yang ada pegangannya, dan pakai shoulder bag cantik.

Intinya, aku back to market.

Aku juga menikmati kehidupan baru sebagai karyawati. Lunch break, makan siang rame - rame di kantin, sambil lirik -lirik tentunya. Ngopi pagi. Rasanya gimana gitu tenteng - tenteng tumbler sambil pakai baju kantoran, berasa berkelas.

Gaji 5 juta sebulan, habis buat gaya. Tipikal pekerja ibu kota banget ya aku?

"Gila nih virus corona, gue pikir cuma bakalan di Cina sana aja. Ternyata udah mulai masuk wilayah Asia Tenggara aja"

Pak Sofyan, salah satu team di project dimana aku di tempatkan, sepertinya sedang membaca laman berita online.

"Udah sampe mana emang pak Sofyan? Tanya mbak Vita, salah satu project controller senior di project ku.

"Ini, udah ketemu beberapa suspect di Singapore" ucap pak Sofyan lagi.

Virus Corona atau Covid-19, sebuah virus jenis terbaru, gak ada vaksinnya. Menggemparkan dunia dengan debut kemunculannya di Wuhan Cina.

Konon, kabarnya,koban meninggal di Wuhan sana sudah mencapai ribuan orang. Virus ini, menyerang paru -paru dengan sangat ganas. Terutama bagi para lansia, atau orang - orang dengan penyakit penyerta.

"Duh, moga - moga, gak sampai Indonesia ya. Mana, ini lihat di IG orang - orang masih pada liburan ke Singapore" sahutku, sambil tanganku men scroll halaman instagram ku. Menampilkan postingan teman - temanku, yang sedang berfoto di jewel Changi Airport. Tempat wajib selfie baru di Singapura.

"Bu Magda, masih di Jerman ya? Nyusul suaminya?" Tanya mbak Vita lagi.

"Masih mbak, lusa baru pulang. Eh tapi, beberapa negara Eropa udah lock down ya? Bu Magda bisa pulang gak ya?" Jawabku lagi. Apalah arti hidupku, tanpa bu Magda? Aku hanya akan menjadi PA sejuta umat, alias di suruh - suruh orang banyak.

*****

Mimpi buruk itu sudah tiba, virus Corona mulai terdeteksi di Indonesia. Setelah penemuan dua pasien positif, setelah mereka menghadiri acara dansa. Dalam kurun waktu singkat, jumlah penderita bertambah berlipat - lipat.

Semua orang, mulai bepergian menggunakan masker. Harga masker mendadak melonjak, aku bahkan merogoh kocek 1juta rupiah, untuk dua kotak masker disposal. Gila bukan? Keberadaannya pun, mendadak menghilang dimana -mana. Hanya tersedia, di situs jual  beli online, dengan harga yang fantastis.

Bu Magda, mengabarkan dirinya sudah terkunci di Jerman. Jadi dia akan remote pekerjaan dari sana. Suami bu Magda memang orang Jerman, mereka long distance. Anak mereka juga bersekolah disana, sudah kuliah kedokteran.

Kami di Jakarta, masih berkantor seperti biasa. Belum ada tanda - tanda perintah kantor di tutup. Desas - desus, Jakarta akan lockdown sudah terdengar. Masyarakat mulai panic buying, antrian belanja di supermarket dan pasar mengular.

Rasa ketakutan, mulai menjalar kemana - mana, tak terkecuali mamaku. Yang baru saja memesan beras 3 karung dari agen, minyak kemasan 2L sebanyak 10 kantong, telur 5kg, mie instan 4 kardus. Padahal pemerintah, sudah mengumumkan, bahwa stok bahan pangan cukup. Tapi mau bagaimana? Semua sudah dirundung ketakutan.

Lalu nasib kami para karyawan bagaimana? Bahkan kami bermasker didalam ruangan, dan rasanya pengab. Belum harga masker yang luar biasa ini.

From : Valerie Fernandez
Subject : work from home

Hi all,

I hope you and your loved ones are all healthy.

As we monitor the situation and follow the guidance of local authorities and the World Health Organization, we have decided to make work from home mandatory across the company.

Starting from April 14th, 2020, you're all asked to work from home. our offices will be open in case you need to go and take your things (e.g. laptops, notebooks, chargers, etc.) or coordinate some details with your colleagues.

You can find here www.Goenviromentalcare.gov.id comprehensive guides on how to work remotely effectively and what tools to use in order to keep being productive. Get in touch with your manager and team members to discuss best ways to connect virtually.

At this point, we can't tell for how long we'll have to work remotely but rest assured we'll do anything we can to help you adjust to this new virtual work environment. This is a measure we need to take to protect our health but also minimize the risk of further spreading the virus.

We, in the HR team, and your managers are always available to discuss any questions or concerns you may have. If you're unsure about something, simply ask and we'll find a way to make it work for everyone. Above all, we want to remain safe, healthy and calm.

Thank you,

Valerie Vernandes
Chief of Human Resources

Akhirnya email itu tiba, seluruh karyawan tampak sibuk mengemas. Dokumen - dokumen dan gadgets yang diperlukan, mulai di siapkan. Beberapa sibuk mencari tas - tas besar, untuk membawa dokumen dalam jumlah banyak.

Aku pun mulai mengemasi beberapa map dokumen, aksesoris laptopku, charger - charger yang biasa ku pakai di kantor ku copoti. Mukena, sejadah dan jacket yang selama ini ku pakai di kantor, ku wadahi kantong plastik. Rencana nya akan ku cuci dengan cairan antiseptik.

Semua tampak panik. Aku tidak pernah menyangka, akan menemukan situasi semacam ini, dalam hidupku.

Baru 3 bulan, aku mengenyam kehidupan di kantor. Baru mengecap manisnya jadi karyawati, eksis berkelas, diakui, dipandang. Sekarang harus bekerja dari rumah.

Belum juga aku selesai mencari tambatan hati. Aku malah dikurung dirumah lagi.

semua serba kilat (pandemic love story)Where stories live. Discover now