Prologue

4.5K 636 97
                                    

26th August, 2019.


Ramalan cuaca agaknya memang tidak pernah bersahabat dengan Chenle. Ia ingat sekali saat mengecek ponsel tadi pagi, benda itu mengatakan bahwa hari ini tidak akan ada hujan, cuacanya akan cerah dan langitnya berawan tipis. Ha, ingatkan Chenle agar tidak lagi mempercayai omong kosong itu nanti. Karena setelah beberapa menit meninggalkan gedung kampusnya, hujan mendadak datang. Chenle kalang kabut, ia dengan cepat melarikan diri ke halte terdekat untuk berteduh.

Sial. Tubuh lelaki manis itu sudah basah kuyup, ujung surainya meneteskan air beberapa kali. Ia tidak pernah menduga hujan musim panas di malam hari akan sangat menyeramkan seperti ini.

Chenle menghela napas pendek. Iris cokelatnya melirik ke arah jam di pergelangan dengan cepat. Pukul sembilan malam. Halte sudah kosong, hanya ada dirinya. Ia tidak yakin harus menunggu bus berapa lama lagi—tapi yang jelas tubuhnya pasti sudah sangat menggigil kedinginan saat bus datang nanti. Namun setidaknya itu lebih baik daripada ia harus berlari menerobos hujan dan mendapati tubuhnya tidak dalam kondisi yang bagus besok.

Setelah menunggu seorang diri di halte selama lima belas menit, lelaki itu akhirnya menyerah juga. Ia hampir menelepon nomor perusahaan taksi kalau saja tidak ada tangan yang mendadak mencekal pergelangannya. Chenle tersentak, matanya membeliak terkejut saat menemukan seorang pria berbadan gemuk dengan cengiran mengerikan tercetak di wajahnya.

Jangan harap itu adalah Renjun atau mungkin teman laki-laki sekelas yang ia kenal. Karena dengan melihat wajahnya saja, Chenle sangat yakin kalau pria ini adalah berandalan mesum yang berpikir bisa mendapatkan teman bergulat di atas ranjang. Chenle mendadak meringis saat membayangkan hal itu.

"Sepertinya kau sangat kedinginan." Pria itu menyeringai, tampak semakin menakutkan dengan mata yang lancang menjelajahi tubuh Chenle. "Bagaimana kalau kau pergi mencari kehangatan denganku saja, hm?"

Sialan, batin Chenle. Ia meneguk ludah dengan susah payah. Tubuh lelaki manis itu bergetar kecil saat menyadari kemejanya ternyata sudah mencetak bentuk tubuhnya karena masih setengah basah. Chenle semakin dibuat kalut karena tatapan kotor berandal menyebalkan itu tidak lepas dari sana.

Chenle kemudian menepis tangan pria beraroma soju itu dengan sedikit keras. Ia kesal, tentu saja. Dari sekian banyak orang, kenapa pria seperti itu harus mengganggunya malam ini? Maksudnya, pria tua mesum yang mabuk dan frustasi karena perbuatannya sendiri.

Namun, kini Chenle mendadak menyesali tindakannya tadi tatkala pria itu menatapnya dengan tajam. Kalau tidak salah, Chenle bisa mengartikan tatapan itu sebagai, "Kau akan habis malam ini karena melawanku."

Pikiran buruk mendadak berkelana kemana-mana. Rasa takut dengan cepat merangkak naik ke atas kepala. Terlebih lagi tidak ada orang lain di sini, hanya ada beberapa kendaraan yang sesekali melintas dan lampu temaram halte yang tidak membantu sama sekali. Chenle mengambil langkah mundur, ia berniat melarikan diri saat pria itu lengah nanti. Karena hei, Chenle tidak memiliki tubuh atletis yang berotot luar biasa keren atau kemampuan bela diri yang wah. Jadi benar, melarikan diri adalah pilihan yang paling bagus saat ini.

Chenle kemudian membalik tubuhnya dan bersiap berlari pergi. Tapi tepat saat kakinya menapak ke tepi halte, tangannya kembali dicekal dari belakang dan pria itu menariknya sekuat tenaga sampai mereka berakhir berdiri sangat dekat. Ugh, aroma soju-nya jadi lebih menusuk hidung.

Chenle membeliakkan matanya sekali lagi, jantungnya bedegup tidak karuan karena ia kelewat takut sekarang. Dengan sisa keberaniannya lelaki manis itu kemudian berkata. "Dengar, brengsek. Aku punya pengalaman menendang burung orang sampai dia pingsan. Jadi daripada terjadi hal buruk seperti itu, lebih baik lepaskan aku sekarang."

Revolted HeartWhere stories live. Discover now