Dan akhirnya tiba juga dimana kami harus menyebrang. Aku sudah keringat dingin. Dan lagi lagi Jeno menyadari itu. "Na? Kau kenapa?!" serunya yang menarik perhatian Renjun Haechan. "Astaga.. kenapa kita memilih jalan ini?! Bodoh sekali!" gumam Haechan yang terdengar Jeno. Jeno pun memasang muka bingung, dan Renjun sadar. "Maaf, maaf, maaf, mama.. papa.. hyung.." lirihku begitu memori buruk itu kembali memutar di kepalaku. Buru buru Renjun menenangkanku dahulu. "Hey Na, itu sudah berlalu. Tenanglah. Na Jaemin" balasnya seraya memelukku perlahan. Lalu Renjun membawaku jauh dari padangan Jeno Haechan agar tidak curiga.

Dan pada akhirnya aku menangis dalam diam. "Na.. Jeno sudah sehat. Bunda Yoona juga sudah melupakan itu. Ayahmu sudah tenang Na.. Jeno juga sudah sehat. Jangan biarkan kejadian itu menghantuimu" ujarnya merengkuhku kembali. "Tapi Njun, itu tetap salahku. Jeno amnesia karena ku. Kakakku kecelakaan karenaku Njun!"

"Na Jaemin! Dengarkan aku. Lawan trauma mu itu atau kau akan seperti ini"

Beberapa saat kemudian, aku sudah merasa lebih baik. "Njun, ayo balik. Jeno pasti nyariin" ujarku menggandeng tangan Renjun lalu kembali ke tempat kami tadi. Betapa kagetnya kita melihat Jeno yang juga pucat. "Kenapa Chan?" Tanya Renjun. "Kepalanya tadi sakit. Sepertinya begitu lihat jalanan sini ia teringat sesuatu" jawab Haechan. Aku buru buru menghampiri Jeno. "Jen, apa yang kau ingat?" Tanyaku pelan pelan. "Aku hanya ingat aku tertabrak, lalu suara anak kecil yang berteriak 'hyungie'. Tapi mukanya tidak terlihat. Blur" balas Jeno. Aku tertegun. Dalam hati aku was was Jeno mengingatku. Meski senang, namun lumayan berbahaya kan jika Jeno berhasil mengingatku?

"Ekhm. Kita lewat jalan lain saja. Agak bahaya lewat sini" saran Renjun. "Ya, mau di cafe sambil mengobrol? Aku tahu cafe enak" ujarku. "Ayo, sudah lama aku tidak meminum kopi" balas Haechan.

___

"Eoh, Jaem? Kau?"

Aku tersenyum. "Shift ku nanti malam, aku tahu hyung. Aku kesini membawa teman. Americano saja 4, seperti biasa, punyaku spesial ya hyung" ujarku pada Johnny hyung yang tampak kaget dengan kedatanganku.

"Yours will have 'Nana' written on it. Is it okay? "
[Punyamu akan ada tulisan 'Nana' diatasnya. Tidak apa apa kan?]

"It's okay hyung"
[Tidak apa apa hyung]

Aku lalu membayarnya dan kembali ke tempat duduk kami. "Kau pesan apa Na?" tanya Renjun. "Americano 4" balasku singkat.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu Na"

"Ya?"

"Kenapa tadi kau panik?"

Aku, Renjun, Haechan bungkam. Bingung ingin menjawab apa. "I-itu" balasku terbata - bata. Aku menghela nafas. Berbohong sedikit tak apa kan? "Aku trauma dengan jalan itu. Aku hampir kehilangan dan sudah kehilangan 2 orang yang kusayang. Tapi itu juga menjadi titik balik aku bisa bertahan sampai sekarang" ujarku yang semoga tidak mendapat pertanyaan dari Jeno. "Siapa?" ah, harusnya aku tahu Jeno itu tipe orang yang memiliki rasa ingin tahu yang lumayan tinggi. "Ayah dan.. seseorang spesial bagiku" jawabku.

"Annyeong, selamat menikmati" ujar Yangyang yang membuatku bingung. Bukannya shiftnya masih nanti malam bersamaku? Aku memasang muka bingung. Lalu dia menghampiriku. "Aku bosan. Jadi aku kesini saja untuk membantu" bisiknya di telingaku. "Kau tidak mengajakku, Liu" ujarku kesal. Jika saja dia mengajakku, aku memiliki alasan untuk membatalkan janji ini, kan? Daripada kenangan itu kembali berputar. "Hehe, maaf, Na" ujarnya lalu pergi dari kami. "Siapa, Na?" tanya Jeno dan Haechan bersamaan. Ah ya, tidak ada yang tahu aku diam diam bekerja disini. "Hanya teman" jawabku.

___

"Na.. kau mau kemana?" Tanya mama padaku saat melihatku bersiap untuk keluar rumah Lee. "Kerja lagi? Kenapa bawaanmu banyak?" tanya mama lagi. "Hari ini saja ya ma, Nana mau tidur di rumah. Lebih dekat ke rumah Nana dari cafe daripada dari sini" jawabku tak lupa dengan senyuman. "Malam ini saja ya? Jisung ikut tidak? Jisung biar disini saja" tanya mama. "Entah, sepertinya Jisung akan ikut. Mama tahu sendiri bagimana adikku yang satu itu tidak mau jauh jauh dariku" ujarku. "Ya sudah. Hati hati, Na" balas mama lalu aku keluar.

Author POV

Sementara itu Jeno terdiam di kamarnya, kembali mengingat percakapannya dengan Jaemin beberapa menit yang lalu, sebelum Jaemin berangkat ke cafenya.

"Hyung.. kau tahu apa yang paling sakit?"

"Apa Na?"

"Terlupakan. Sangat sakit. Bahkan lebih sakit daripada dibenci. Apalagi kau dilupakan oleh orang yang sangat kau sayang seumur hidupmu"

Jeno terdiam. "Siapa yang kau maksud?" tanyanya. "Seseorang.. yang kurindukan.." ujar Jaemin menatap langit langit kamar Jeno. Jeno tidak menjawab. Namun tidak bisa dipungkiri dia benar benar penasaran sosok yang dimaksud Jaemin. "Aku mohon bantu aku Na.. aku melupakan seseorang namun tidak tahu siapa. Dan akhir akhir ini aku sering melihatmu dimimpiku" ujar Jeno yang membuat Jaemin menoleh.

"J-jen.." lirihnya. "Kau.. tidak melupakan siapapun. Jika kau nyaman seperti ini ya sudah. Jangan memaksa dirimu untuk mengingat memori masa lalu. Masa kini lebih indah, jujur saja"

"indah bagimu.. tidak bagiku" lanjut Jaemin dalam hati.

Jeno masih diam. Ia yakin melupakan seseorang.. namun ia tidak tahu siapa.

___

To Be Continued

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now