5. She's Mine

5.3K 311 30
                                    

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

.

.

.

.

.


02.38 p.m

Rose sedang duduk diatas sofa panjang ditengah tengah 2 wanita dan 3 wanita di depannya, diiringi musik DJ yang bergema disleuruh ruangan, memeriahkan suasana lautan manusia yang menari dengan tidak waras. Beserta tempat bersenang senang lainnya. 

"Hey, Rose. Apa hubunganmu dengan Tuan Jimin sangat dekat? dekat saja? atau hubungan formal?"

"Ya ya ya! Dan bagaimana kepribadian Tuan Jimin? Apa dia romantis?"

"Apa kalian sepasang kekasih??"

"anu.. Hubungan saya dengan Tuan Jimin hanya sebatas pekerjaan saja, kalau kepribadiannya saya belum bisa memastikan karena masih baru menjadi sekretarisnya, lalu.. saya hanya sekretarisnya, tidak lebih..", Jawab Rose terlihat tidak nyaman. sama sekali tidak.

"Oohh..", Serentak kelima wanita dengan pakaian kurang bahan mereka semua.

"Baguslah! Aku memiliki kesempatan jika begitu!", Ucap salah satu wanita, Rose hanya terkekeh dan mengangguk saja.

"Ah! Saya permisi, ingin pergi ke toilet, mohon maaf..", Rose meminta izin untuk membuka jalannya, karena dia yang ditengah tengah 2 wanita, wanita yang diujung pun keluar sebentar memberi jalan pada Rose.

"Baiklah! cepat kembali ya!", Rose mengangguk dan senyum dengan terpaksa.

"Toiletnya berada dimana?"

"Di sana."

.

Byurrrrr, Rose membasuh wajahnya dengan air pada watafel, dia menghela nafas lega saat bisa keluar dari zona menyeramkan tadi, menurutnya..

"Huh.. aku tidak terlalu terbiasa bergaul dengan hal ini.., apalagi harus memakai bahasa asing.", Rose berdiam di dalam toilet, membiarkan air mengalir keluar dari wastafel dan dengan perlahan menatap dirinya dari cermin didepannya.

"Park Chanyeol.. Chanyeol.. tidak asing..", Rose mengerutkan dahinya berfikir keras mengingat sesuatu untuk membuktikan dia mengenal Chanyeol atau tidak.

"Tidak.. aku tidak mengingatnya, Siapa..? Di-"

Tukk, tukkk, tukkk.

"Hey! Stop!" {Hey! Berhenti!}

Siapa..?, Benak Rose menatap pintu.

"Yakkhhh!! Let me go, Pervert!!" {Lepasin gue, Cabul!!}

"It's okay, baby! it's better if you just give up!" {Santai aja sayang, lebih baik lo nyerah aja!}

"You know, it's better to just give up, rather than being rude" {Tau tuh, mending nyerah aja, daripada kita kasar}

"Let me go, dammit! cuihhh" {Lepasin gue, Tolol!}

"Shit! how dare you with me??!", {Shit! Berani banget lo sama gue?}, Bukkkkkk, brukkkkk 

Kekerasan?, Benak Rose membulatkan matanya tetap menatap pintu dan mendengarkan.

"Awww, my head.." {kepala gue..}

"Stupid! why did you hit her?" {Tolol! Lu kenapa main tangan?}

ceklekkk, Rose keluar dari toilet dan mendapatkan seorang gadis yang terduduk bersandar pada dinding memegang kepalanya, beserta 2 orang pria bersamanya, kedua pria tersebut melihat Rose.

"What do you see, bitch?" {apa yang lo lihat?}, Ucap salah satu pria yang menganggu gadis itu. Rose menghela nafas dan mulai memasang wajah tegasnya mendekati mereka, berada di tengah tengah diantara gadis itu dan 2 pria tersebut, merentangkan tangannya dan menatap mereka berdua dengan tajam.

"Don't touch her, Jerk!!" {Jangan sentuh dia, Brengsek!}, Teriak Rose dengan lantang.

.

Jimin sibuk memperhatikan sekitarnya mencari-cari seseorang sembari bermain poker bersama kakaknya, Park Chanyeol.

"Giliranmu, Jimin.", Jimin menoleh kembali pada permainan yang sedang dikelilingi oleh banyak orang, tentu saja. Kedua penguasa Park Corp sedang bertaruh sekarang. Jimin tersenyum tipis dan mengeluarkan kartunya.

"Royal Frush.", Kalah telak. Chanyeol membulatkan matanya pada kartu yang dikeluarkan Jimin, para penonton pun banyak yang terkejut.

"Very beautiful card combination!" {Kombinasi kartu yang sangat indah!}

"Tuan Chanyeol kalah telak."

"Aku belum pernah mendengar Tuan Jimin pernah kalah dalam permainan ini."

"Itu tidak bisa dielakkan lagi, kartu itu sangat cantik."

"Bagaimana, Chanyeol?", Chanyeol menggeretakkan giginya dan melemparkan remote control mobil di atas bidang meja dan pergi begitu saja, Jimin yang melihat itu kembali tersenyum tipis dengan sedikit sunggingan. Di tengah kemenangan itu, tiba-tiba salah satu bodyguard miliknya menghampiri Jimin.

"Tuan.. -", Jimin menyipitkan matanya setelah mendengar kalimat yang dibisikkan oleh bodyguard miliknya. Dia berdiri dan menoleh kebelakang, melihat wanita wanita yang sebelumnya bersama Rose. Ke 4 wanita tersebut menunduk bergetar sembari menunggu jawaban Jimin.

Jimin tersenyum.

"Tidak papa jika dia masih disekitar sini.", Jawab Jimin dengan lembut dan menghampiri ke 4 wanita itu, ke 4 wanita tersebut tentu saja lega dan mulai tenang. Jimin menghampiri mereka dan mencondongkan tubuhnya ke depan menatap mereka. Senyumannya perlahan memudar digantikan dengan matanya yang kian mengintimidasi.

"Jika tidak, kubunuh."

.

"eunghhh.. shhh kepalaku.. sakit..", Rose perlahan mulai sadar dan langsung diserbu oleh sakit kepala, dia membuka matanya yang masih kabur dan menerjapkan matanya beberapa kali dengan perlahan sampai pandangan nya mulai normal. Disaat itu, Rose menoleh memperhatikan sekitarnya.

"Kamar..?", Rose duduk dari posisi tidurnya dan menoleh ke arah sampingnya dan mendapatkan bahwa seorang gadis yang diganggu tadi tertidur di sampingnya, Rose bernafas lega saat mendapatkan bahwa gadis itu baik baik saja.

"Apa ini di hotel..? Tuan muda menyelamatkan kami?", Rose masih bimbang dimana dia sekarang, Benar. Rose ikut tidak sadarkan diri karena ikut dipukul oleh mereka. Rose mulai turun dari kasur, berdiri dan memeriksa ruangan sekitarnya.

"Tas? Dimana tasku?", Rose berkeliling mencari tasnya, namun nihil.

"Tidak ada! Sepertinya aku harus membangunkan dia.", Rose kembali berjalan menuju ranjang dan menaikinya, mendekat pada gadis itu dan menggoyangkan tubuhnya, bertujuan membangunkannya.

"Hey, bangun! Nona, bangun!", Dahi gadis itu berkerut menandakan dia mulai terganggu dan perlahan membuka matanya.

"Siapa? Gue dimana?", Dia bangun dari tidurnya dan duduk.

"Saya juga ga tau, tapi tas saya ga ada, mungkin kita ada di-"

"Ini di kamar hotel bar.", Potong gadis itu.

"Bar? berarti kita masih di bar?", Dia mengangguk.

"L-lebih baik kita segera keluar terlebih dahulu, karena mungkin mereka tidak ada disini", Usul Rose yang mulai panik.

"O-oke", Jawab gadis itu menuruti, karena ikut mulai panik. Mereka bertatapan dalam 3 detik, dan langsung bergegas turun dari kasur, mencampai gagang pintu dan membukanya. ceklekkkk, DEG

"Gawat.. aku lupa memberitahumu kalau kamar hotel bar ini selalu memiliki 2 ruangan..", Gumam gadis itu pada Rose, Rose yang kaget dengan bibir yang sedikit terbuka, semakin kaget dan panik, begitu juga gadis itu. Karena, kedua pria itu masih berada disini, di depan mereka.

"oh, you two are awake?" {oh, kalian berdua sudah bangun?}

"how poor u, want to run away? but time to have fun, girls" {bodohnya kau ingin kabur, tapi waktunya bersenang-senang}

Mereka mulai berdiri dari sofa dan mendekati para gadis, Rose dan gadis itu hanya diam terpaku, masalahnya mereka sudah terkepung, ingin melarikan diri, percuma. Jika salah satu bisa kabur, satunya terjebak. Jika ingin keduanya, terasa mustahil.

"Pergi. Saya akan menahan mereka.", Gadis itu menoleh dengan tidak percaya.

"Lu gima- maksud saya, kamu gimana?", Rose menggeleng.

"Saya disini karena ingin melindungi kamu, percuma saya kabur sendiri dan meninggalkan kamu. Kalaupun kabur bersama, mustahil. Mereka tidak segan segan bermain tangan, cepat!", Jelas dan desak Rose.

"T-tapi"

"Cepat, mereka sudah dekat! Kita lari bersama.", Gadis itu menggeretakkan giginya, Rose memainkan jarinya menghitung waktu, 1. 2. dan 3! mereka berdua berlari menuju pintu.

"Hey! Where are you goin'?!", Tentu kedua pria itu turut berlari mencegat mereka, namun lagi lagi Rose merentangkan tangannya menahan mereka, membiarkan gadis itu membuka kuncinya dan berlari keluar.

"Dammit! What are you doin, bitch?!!", Brukkkkk, Satu pria tersebut mendorong Rose dengan kasar, berakibat Rose terjatuh dengan kasar pada lantai, namun untungnya gadis itu berhasil keluar dan Rose tersenyum senang.

"Kunci dari luar!!", Gadis itu sempat mendengar dan membuka pintunya, menutup, dan menguncinya dari luar. klekkk, terkunci. Kedua pria itu menggedor pintu berkali kali, namun percuma. sudah terkunci.

"Shit!! She will definitely complain! We also can't break this door, otherwise it will be replaced, it's all your fault! Why not lock it, huh?!" {Siall!! Dia pasti akan mengaduh! Kita juga tidak bisa merusak pintu ini, kalau tidak akan mengganti, ini semua salahmu! Kenapa tidak menguncinya, huh?!}

"My fault?!" {Salahku?!}

Selagi mereka berdebat, Rose berdiri dan mulai mundur mencari barang yang bisa ia gunakan sebagai pelindung, namun sialnya, prangggg. Rose menjatuhkan gelas yang berada pada meja makan ruangan besar ini, menarik perhatian kedua pria bejat yang berdebat itu. Rose kembali panik dan semakin mundur sampai menginjak serpihan kaca yang ada, merah pekat kini menjadi pewarna baru bagi lantai ini.

"Ah, maybe it's okay, we know the owners of this bar and casino, before they come, we should enjoy the food provided" {ah, mungkin tidak papa, kita kenal pemilik bar dan kasino ini, sebelum mereka datang, sebaiknya kita nikmati makanan yang disediakan}

"Yeah, you right, bro" {ya, kau benar, bro}

"Siapa yang kau sebut makanan, Keparat?!!", prangggg, Teriak Rose sembari melempar vas beserta bunga yang berada diatas meja hias. Namun, tidak mengenai mereka karena hindaran.

"What are you talking about, bitch?!" {Apa yang kau bicarakan??}

"You don't seem European" {Kau sepertinya bukan orang Eropa}, Rose menggeretakkan giginya, dia benar benar terjebak, apalagi dengan kaki yang terluka, menyulitkannya berjalan. Mereka mulai mendekati Rose yang sudah mencapai batasnya untuk mundur karena dinding yang menjadi penghalang.

"Don't be scared baby" {Jangan takut sayang}, Satu pria tersebut menyentuh dagu Rose, namun ditangkis oleh Rose.

"Calm down..", {Tenanglah..}, Satu pria lain menahan kedua tangan Rose dan satu pria lagi kembali ingin menyentuh dagu Rose, namun Rose memalingkan wajahnya

"how arrogant you?!" {betapa arogannya?!}, Dan berakhir dia menarik dagu Rose dengan kasar sehingga mata mereka bertemu, Rose mulai menangis, mengatupkan bibirnya, tidak berbicara.

"good.." {bagus..}, Pria yang memegang dagunya pun mulai mendekatkan wajah mereka, Rose pun menutup matanya dengan erat dan.., BRAKKKKK.

Pintu kamar hotel tersebut, tiba tiba terbuka secara paksa, tentunya pandangan Rose dan kedua pria itu tertuju pada pintu

"how's that? security?" {siapa itu? security?}

"he didn't open the door with the key, maybe other room customers were disturbed" {dia tidak membuka pintu dengan kunci, mungkin pelanggan kamar lain yang terganggu}

Rose yang melihat seseorang yang datang pun membulatkan matanya dan..

"TU-mphhhhhh emphhhh", dibekap. 

"sorry to bother you, sir. We were enjoying the bar service, but since she's aggressive, it's a bit noisy" {maaf menggangumu, tuan. kami sedang menikmati pelayanan bar, namun karena dia agresif, mangkanya sedikit berisik}, kekeh salah satu pria itu. Rose masih menangis, lebih deras dari sebelumnya. Pria itu mendekat, terdengar dari ketukan sepatunya. BRUKKKKK. Pria itu menendang kepalanya dengan gerakan memutar dan diakhiri menginjak kepalanya, Pria yang menahan tangan Rose terbelak kaget.

"hey, can you let go of mine, boy?" {bisa melepaskan milikku, boy?}, pria itu menatap pria yang menahan Rose dengan tatapan dingin dengan kedua tangan yang masuk ke dalam sakunya. Tanpa menjawab, pria itu melepaskan Rose serta bekapannya, Rose terduduk bersandar pada lantai karena rasa sakit yang luar biasa dia dapatkan pada mata kakinya. Setelah beberapa detik, Rose membuka matanya, mendongak menatap pria yang menyelamatkannya.

"Tuan..", Panggil Rose. Namun, pandangannya hanya tertuju pada luka dan darah pekat yang keluar dari mata kaki Rose, dan tersenyum tipis. Pria yang berada disamping Rose hanya berdiri menatap takut pada pria yang sedang menginjak kepala temannya. Namun, pijakannya sudah berpindah mendekati pria yang masih sadar berdiri tegak disamping Rose. 

"I-I'm sorry, A-Are you Mister Park, Sir?"

"Yes, I am."

he's going.. to die.

.

.

.

.

.

TBC


yuhuuuu, episode 5 nichh, jan lupa vote yaa

LORD OF WORLD 🔞 (REVISI)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu