15

10.9K 627 7
                                    

AUTHOR POV


Sejak kejadian tadi malam, Livia dan Davin pun berbaikan. Mereka menjadi seperti semula dimana Livia dan Davin saling ejek dan saling ketawa. Mereka sudah dinilai oleh banyak orang perihal kedekatan mereka yang seperti sahabat itu, bukan sahabat lagi melainkan sepasang kekasih.

Mendengar hal itu, Davin dan Livia hanya terkecoh lalu tertawa bersama karena kelucuan dari omongan omongan orang lain yang tidak tahu apa hubungan mereka saat ini.

Setelah bel istirahat berbunyi, handphone Livia tiba tiba berdetar ketika ia mau merapikan buku buku yang barusan dipelajari akan dimasukkan ke tas. Niatnya diurungkannya lalu menjawab telefon itu.

"Halo".

"Halo sayang kamu lagi dimana?".tanya orang dari seberang sana yang tak lain adalah mama Livia.

"Di sekolah dong ma".

"Hiks..hiks..nak ma-maafin mama sama papa ya".mendengar tangisan mamanya, mata Livia berubah menjadi mata yang menampakkan sosok kekhawatiran. Ia bingung dengan sikap mamanya yang tiba tiba menangis dan meminta maaf kepadanya.

Ia bingung atas sikap mamanya yang tidak pernah seperti ini jikalau sedang menelefonnya.

"Mama kenapa sih? Kok tiba tiba nangis gitu".

"Nanti sampai kamu pulang kerumah..hiks..kamu juga tau kok sayang hikss...".kata mamanya lalu menutup telefon.

Sebenarnya, mama kenapa sih? Kok jadi aneh gini sikapnya.gumam Livia di hatinya lalu segera membereskan buku bukunya.

*

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Livia dengan cepatnya bergegas pulang ke rumah karena pada saat ini dirinya sedang dilanda penasaran atas tindakan mamanya yang tadi menelefon dirinya dengan tangisan yang membuat Livia khawatir.

Livia pun pulang menggunakan busway yang akan membawanya pulang kerumah. Memang sejak pagi tadi ia mengurungkan niatnya untuk membawa mobil karena mobilnya akan dipakai papa untuk bekerja.

Setelah sampai di rumah, betapa terkejutnya Livia ketika membaca sebuah tulisan di gerbang rumahnya yang cukup besar itu. Kini dadanya terasa sesak, matanya memerah dan jadilah air matanya kini terjatuh ketika melihat sebuah tulisan itu.

Kini semua pikiran tentang rumahnya kosong ia tak akan bisa lagi menikmati aroma aroma rumahnya yang banyak sekali memori di dalamnya. Ia pun berlari ke dalam rumah dan mendapatkan mama, dan kakak kakaknya sedang meringis kepada 2 orang yang tak lain adalah manager bank selain papa yang saat ini tak ada di depan matanya.

"Ada apa ini ma?!".isak tangis Livia semakin menjadi jadi ketika melihat mamanya tertunduk lesu dengan air mata yang terus mengalir deras sehingga kini membengkaklah matanya itu.

"Maafin mama dan papa ya sayang..hiks..hiks".kata mama lalu memeluk dirinya erat.

"Kok bisa terjadi sih ma?".tanya Livia tak percaya di pelukan mamanya.

"Dan semua ini maksudnya apa? Pak kenapa bapak menyita rumah kami?!".sahut Livia tidak percaya seraya menahan air matanya.

"Maaf mba, rumah ini harus kami sita karena utang kalian yang hampir satu juta triliun yang tak terbayarkan dalam tempo seminggu. Dan sebenarnya papa kamu ini sudah bangkrut dari 2minggu sebelumnya, jadi maaf kalian harus pergi dari tempat ini karena rumah ini sudah resmi hak dari bank".jelas salah satu pria dari bank berjaket hitam itu.

Livia menganga tak percaya atas apa yang kini telah menimpanya. Ia sangat menyesal karena mendengar hutang papanya yang sangat besar jumlahnya itu. Kini seorang Livia yang terbilang kaya harus hidup dengan kehidupan seadanya.

LIVIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang