Chaeyoung membelalakan kedua bola matanya. Ia menatap Jeongyeon intens, lalu menggeleng.
"Lo kalo mau bunuh orang, ngga bakal di area sekolah. Terlalu beresiko. Apalagi lo nonton film thriller gitu, pasti tau macem-macem trik dalam membunuh manusia biar ngga ketauan siapapun."
"Sialan lo!"
Mereka berdua tertawa sebentar, sebelum akhirnya kembali berpandangan. Satu nama tiba-tiba muncul di otak keduanya secara bersamaan.
"Mina?"
"Shut up?"
Sana memutar-mutar handphone di tangannya. Otaknya berfikir dengan keras tentang kode terakhir yang mereka dapatkan. Disebelahnya ada Dahyun yang sedang asik berbaring sembari bermain game online.
"Hyun, kira-kira siapa ya?" Tanya Sana.
"Orang yang paling bacot siapa sih? Pasti anak sekolah kita kan? Terus juga yang berhubungan sama masa lalu kita." Jawab Dahyun. Ia mengerang kesal ketika seseorang membunuhnya dalam permainan itu. "Udahlah. Ngga mau main lagi. Gamenya ngeselin."
Sana memutar bola mata malas. "Lo udah bilang itu sejam yang lalu, tapi tetep aja main tuh."
"Hehe."
"Huh. Siapa ya Hyun, kira-kira? Ini udah 4 orang. Jangan lah banyak-banyak."
Dahyun menghembuskan napas pendek. Tatapannya menembus langit-langit kamar Sana. Bingung, alias tidak ada gambaran tentang siapa orang yang dimaksud si peneror itu.
"Sekarang jam berapa?" Tanya Sana tiba-tiba.
"8. Kenapa?"
"Satu jam lagi. Satu jam lagi sebelum waktu kita habis buat nebak kode itu. Gimana bisa kita mecahin kodenya? Sedangkan sekarang aja kita sibuk sama kegiatan masing-masing. Cuma ada gue sama lo doang."
"Bener juga." Balas Dahyun. "Nyerah aja buat yang ini. Kita liat siapa yang bakal pergi besok. Sekarang tuh hari sabtu, sekolah libur. Suruh siapa ngirim kode hari jumat."
"Kita pernah dapet juga, kan? Pas Eunbi. Nayeon dapet kode hari jumat, senin kita masuk sekolah Eunbi udah meninggal. Bener, kan?"
"Dia sengaja ya? Mancing kita buat ke sekolah?"
"Yakin banget dia ngelakuin semuanya di sekolah?"
"Ya ngga tau, tapi kan yang kemaren-kemaren di sekolah terus."
Sana mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. Setuju dengan ucapan Dahyun. "Mau kesana?"
"Kemana? Sekolah?"
"Iya."
"Sekarang banget?"
"Waktu kita tinggal satu jam. Mana sempet kalo nanti-nanti."
"Yaudah, yuk."
Dahyun bangkit dari tempat tidur, diikuti oleh Sana dibelakang mereka. Pagi-pagi sekali Dahyun memang sudah berada di rumah Sana, hanya untuk menumpang wifi karena wifi di rumahnya sedang bermasalah. Bukan hal yang buruk sebenarnya, apalagi jika mereka benar-benar menemukan siapa dalamg dibalik ini semua nanti. Jika sekolah memang satu-satunya tempat yang akan digunakan si peneror dalam menjalankan aksinya.
"Tapi, kalo ternyata kali ini bukan sekolah gimana?"
Satu pertanyaan terlontar dari bibir Sana ketika mereka sudah berada di dalam mobil, hendak menuju sekolah mereka.
"Ngga gimana-gimana, kita terlalu lambat bergerak. Jadi wajar kalo ngga tau dimana dan siapa target selanjutnya."
"Bener, sih. Tapikan....."
Ucapan Sana terpotong ketika melihat Mina keluar dari rumahnya. Sekilas memang tidak ada yang aneh jika yang melihat adalah Dahyun ataupun yang lain, tapi Sana bukan orang yang mengenal Mina barang sehari dua hari, Ia bahkan sudah mengenal Mina jauh sebelum Ia bersahabat dengan yang lainnya. Satu saja keanehan di tubuh Mina akan dapat Sana lihat.
"Dahyun, minggir dulu bentar."
Dahyun menaikkan sebelah alisnya bingung, tapi tetap menuruti perintah Sana.
"Kenapa?"
"Gue kayaknya ngga bisa pergi ke sekolah, mendadak ada urusan. Lo sama yang lain aja bisa kan?"
"Loh, tadikan lo yang ngajak. Masa mendadak banget?"
"Nyokap."
Satu kata itu berhasil membuat Dahyun terdiam.
"Ada urusan bentar sama nyokap. Bisa, kan? Lo kabarin aja gue, kalo ada yang mau bunuh-membunuh, gue langsung otw ke sekolah."
"Yaudah. Mau gue anter?"
"Ngga usah. Gue ngga bener-bener mau ketemu, kok."
"Oke."
Sana melemparkan senyum tipisnya sebelum keluar dari mobil. Ia terpaksa. Bukannya tidak penasaran lagi, hanya saja urusannya yang satu ini lebih penting. Dahyun memang tahu lebih banyak tentang dirinya dibandingkan yang lain. Bukannya tanpa alasan, gadis itu juga sebenarnya mengetahui tanpa ketidaksengajaan.
"Gue duluan. Mau sama Tzuyu aja."
"Oke. Hati-hati."
Begitu mobil Dahyun melaju, Sana langsung berlari. Mengejar Mina, tanpa berniat mencegah ataupun memanggilnya. Memang, Ia sudah berbohong kepada Dahyun, tapi mari pikirkan itu nanti.
"Mau kemana? Tumbenan ngga bawa mobil."
Sana terus mengikuti Mina. Dengan jarak 5 meter seperti ini, Mina tidak akan sadar kan?
"Taman?" Gumam Sana ketika melihat Mina berbelok kearah taman. Ia masih saja setia mengikuti Mina sampai gadis itu berhenti di pinggiran taman. Alih-alih duduk diatas kursi yang disediakan, Mina malah duduk di atas rumput. Tubuhnya Ia sandarkan kepada pohon di belakangnya.
Jelas. Hal sederhana namun berhasil membuat Sana tertegun. Ia melirik jam tangannya. Masih ada waktu 30 menit sebelum batas pemecahan kode itu habis.
Merasa penasaran, Sana memilih mendekat. Menatap intens wajah Mina.
"Mina?" Panggil Sana pelan.
Mina yang awalnya sedang menutup mata, langsung terkejut. Ia membalas tatapan Sana tak kalah intens. Sudut bibirnya tertarik keatas, begitu melihat raut tidak biasa di wajah Sana.
"Lo?"
"Kenapa? Kaget?"
Kaget?
Setelah dibiarkan bulukan, jamuran, kudisan, kurapan dan panuan, akhirnya up juga
YOU ARE READING
CODE |Part 0.2 - ~|
Fanfiction"Lo... Itu lo kan yang seret kita ke dalam kode-kode ngga jelas ini?" Available for part 0.2 until the end. Part 0.0 and 0.1 you can read on account @smilnw_
