Tabib di Kota

6 1 0
                                    

Angin musim panas berhembus membelai daun-daun hijau di halaman depan rumah. Walau masih pagi, tapi matahari sudah ingin menunjukkan sinar dan panasnya.

Hari ini, adalah hari ulang tahunku yang kesembilan. Tepat sebagai pertanda satu tahun sudah aku masuk ke dunia novel buatan adikku, Hiiragi.

Selama berada disini, aku mulai membiasakan diri dengan lingkungan sekitar. Aku juga mendapat banyak bantuan dari orang-orang baik di sekelilingku.

Walau aku aslinya sudah berumur 24 tahun, tapi setelah terlempar ke dunia antah berantah dengan budaya dan tubuh yang jauh berbeda, aku bisa merasa ada gejolak girang anak-anak muncul dalam diriku.

Tapi, bukan berarti aku sudah menyerah untuk keluar dari sini. Aku juga selalu berusaha mencari tahu soal penyihir yang diceritakan oleh pangeran ketiga Kerajaan Whitby sekaligus teman pertamaku, Alvin Enfield.

Tapi, ada satu hal yang masih membuatku penasaran. Karena di dunia nyata aku adalah seorang dokter, maka tentunya aku ingin melanjutkan profesi itu sebisa mungkin di dunia ini juga.

Di dunia tanpa obat-obatan yang tersertifikasi dan teruji seperti ini, sudah jadi sebuah keharusan bagiku untuk mengetahui obat alternatif. Dan cara tercepat mengetahuinya, adalah dengan menemui langsung seorang tabib atau dokter.

Karena itu, hari ini aku meminta ayah membawaku ke kota.

Dan yang lebih spesialnya lagi, Raja Whitby, kakak pertama Alvin, mengizinkannya datang ke puri ini untuk merayakan ulang tahunku.

Aku sudah menunggu Alvin sejak pagi di gerbang depan. Sudah jadi kewajiban bagiku untuk menunggu pangeran tiba mengingat kasta bangsawan kami yang jauh berbeda.

"Lynae... apa benar kau tidak mau pesta kecil-kecilan? Padahal ini hari ulang tahunmu. Kalau kau minta padaku, aku pasti akan mengabulkannya."

Ayah bertanya untuk kesekian kalinya. Beliau masih bersikeras untuk merayakan ulang tahunku dengan pesta. Memang sudah jadi tradisi bagi bangsawan untuk selalu merayakan ulang tahunnya.

Tapi aku pribadi juga tidak terlalu suka merayakan hal semacam itu. Apalagi, beredar berita angin dari para pelayan dan prajurit kalau Madam Laura dan ketiga kakak angkatku, sudah siap menghancurkan pesta ulang tahunku.

Daripada menghabiskan waktu di rumah, lebih baik aku pergi ke kota terdekat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.

"Menyerahlah, Tuan Jacob. Sekalinya menetapkan pilihan, dia tidak akan bisa berpindah lagi."

Theo yang sedari tadi juga menunggu bersamaku, angkat bicara. Bagus, Theo. Katakan pada ayah kalau aku tidak sebocah itu!

"Dia keras kepala."

Apa?! Hei, hei, hei... itu bukan keras kepala! Tapi berpendirian tetap! Aku cemberut mendengar ucapan Theo itu. Walau ayahku di dunia nyata juga sering memarahiku karena hal itu.

Tidak lama kemudian, sebuah kereta kuda yang tidak asing berhenti di depan puri. Setelah pintu dibuka, terlihatlah Alvin dengan wajah sumringah. Ia tidak lagi terlihat lemas maupun takut seperti saat musim semi lalu.

"Selamat ulang tahun, Lynae"

Katanya sambil mencoba turun dari kereta kudanya, tapi tiba-tiba, sesuatu berwarna hitam kecoklatan, melintas di tanah. Seluruh orang yang melihatnya segera membeku tidak bergerak.

"Ke-ke-kecoa?!"

Ah, ternyata makhluk itu. Saat serangga coklat itu mendekat ke arahku, aku segera menginjaknya keras dengan sepatuku hingga suara crekk, terdengar jelas.

"Lyn?!", "Lynae!"

Teriak mereka bertiga bersamaan hingga seperti paduan suara. Para pengiring pangeran juga sepertinya sangat shock.

I'm Still A Doctor even if Transferred to My Brother Novel!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang