"Makan. Mau ikut?"

"Mau, dong! Laper!" Moi menyahut senang. Namun, sebelum ia berhasil mengekori Dasta, Ge sudah melempar tiga bungkus roti pada meja di depannya.

"Tuh, ganjel dulu. Aku kelarin kerjaan bentar, urgent. Dua puluh menit lagi kita keluar."

Moi mengerucutkan bibir. Cacing di perutnya benar-benar sudah demo. Namun, dia tidak mungkin melawan perintah Ge. Menyaksikan hal tersebut, Dasta hanya tertawa dan melanjutkan langkah.

🌺🌺🌺

Moi berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit di kepala. Tubuh mungilnya dibalut piama hijau motif keropi, aroma mawar seketika menguar begitu ia menghampiri Ge. Pada meja belajar di samping tempat tidur, cowok itu terlihat menggambar pola bangunan di atas kertas.

Moi mengetuk pundak Ge dengan telunjuk. "Kak Ge."

"Hm."

"Laper."

Ge memejamkan mata, mencoba menahan kesal. Padahal, sebelum pulang dari kantor, mereka sudah menyempatkan makan. Dan itu sudah jam 4 sore. Sekarang masih jam 7, tetapi Moi sudah mengeluh lapar.

"Yang kamu makan tadi, ke mana perginya, sih?" Ge mendongak, menatap Moi tidak habis pikir.

"Ya ke WC lah, masa balik ke restoran. Emang bisa gitu, dia naik ojol sendiri?" Moi menjawab seenaknya.

Ge menggeram rendah. Jemarinya mengepal, menahan diri untuk menjitak Moi.

"Masak mie instan gih," katanya kemudian.

"Nggak bisa, Kak. Ntar lambungnya melilit."

"Melilit gimana?"

"Kan mie instan panjang-panjang."

Ge membuang napas keras, kesabarannya benar-benar diuji. Dia tahu, Moi tidak sepolos itu. Moi hanya senang mencari gara-gara dengannya. Yah, meski pada dasarnya, gadis bernama lengkap Moiza Relia itu memang manja.

"Udah deh, kamu ke dapur sana! Bikin nasi goreng kek, apa kek. Masa gitu doang mesti diajarin!" omel Ge, kekesalannya sungguh di ambang batas. Di depannya, Moi memasang wajah cemberut.

Ponsel Ge berdering tiba-tiba, pertanda sebuah panggilan masuk. Mengabaikan Moi, Ge meraih benda itu dan menatap layarnya. Seketika, wajahnya mengetat membaca nama yang tertera di sana. Denis. Sepupu yang paling dibencinya. Meski begitu enggan, Ge tetap menjawab panggilan tersebut.

"Mau apa lagi lo?" tanya Ge, to the point. Menyaksikan kemarahan di wajah lelaki itu, Moi mundur, selangkah demi selangkah. Ia memutuskan untuk segera ke dapur.

"Whoa, santai, Bro. Marah-marah mulu. Ntar cepet keriputan, lho." Suara di seberang terdengar menyahut.

"Nggak usah banyak bacot. Gue tau, lo pasti mau nyusahin doang."

Di seberang, Denis tergelak. "Ge, pinjem duit," katanya.

Ge mendecih, tebakannya benar. "Nggak ada. Kalo mau duit, kerja. Gue udah ngambil tanggung jawab lo ya, nikahin cewe bego itu. Jangan lagi lo nambah-nambahin beban gue."

"Apa salahnya, sih Ge? Dia cantik, kan? Bukannya bersyukur lo gue kasih cewek. Emang lo mau, jadi perjaka tua?

"Tutup mulut lo, atau gue tutup telponnya."

"Eyyy ... sabar dong, Bro. Ayolah, bantu gue. Duit gue udah abis nih. Lo tau sendiri, kalo minta sama Opa bakal gimana akhirnya."

"Siapa suruh lo lari dari tanggung jawab? Tanggung juga resiko lo sendiri. Gue nggak mau tau!"

Usai mengucapkan kalimat tersebut, Ge mematikan ponsel. Emosi benar-benar memuncaki kepalanya. Karena Denis, dia terjebak dalam pernikahan yang tak pernah dia inginkan. Karena Denis, Ge kehilangan masa-masa tenang dalam hidupnya. Dan karena Denis pula, Ge harus melupakan sosok yang sangat ia cintai. Dan justru menikahi Moi, gadis aneh yang selalu membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Tinggal bersama cewek itu, Ge seperti hidup dalam neraka.

"Kak Ge."

Tiba-tiba Moi muncul lagi, kepalanya melongok di ambang pintu. Ge menghela napas panjang. Cobaan kembali datang.

"Apa lagi, sih?" ketus Ge.

Moi mengetuk-ngetukkan jari pada daun pintu. Dengan nada hati-hati, ia bertanya, "Kalo mau masak telur dadar ... bawangnya dicincang, atau diiris?"

Ge meneguk ludah. Rasanya, dia ingin berlari ke jalan raya dan menabrakkan diri di sana.

🌺🌺🌺

Maafkan aku yang menulis kisah baru, padahal hutang cerita masih banyak😭
Dari kemarin, duo Ge-Moi ini nggak mau pergi dari kepalaku, minta dieksekusi terus.

Beritahu aku kalau kalian suka, jadi aku akan posting bab 2 segera. ehey.

Untuk yang nungguin Carlos, kita ketemu nanti malam ya!

Pengantin Ge-MoiWhere stories live. Discover now