☄ lima ☄

3 2 0
                                    

Setelah sekian lama kami menyusuri hutan, dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan!

Percy enak sekali berjalan sendirian didepan, layaknya seorang pemimpin.

Aku? Sejak tadi tanganku tidak dilepas oleh Ruth!

"Kau tidak bosan menggandengku terus?" Tanyaku dengan tangan yang mulai berkeringat.

"Tidak."

Dasar gila!

"Lepas!" Dengan setengah tenaga, aku menarik tanganku dan berjalan disamping Percy.

"Kapan sampai sih?"

Sungguh, aku sudah lelah.

Percy terkekeh. "Itu sudah sampai, didepan sana tidak lihat?"

Aku menoleh ke depan dan disana ada palang yang tinggi terbuat dari kayu.

Camp Half-Blood

"Akhirnya sampai juga." Kataku cukup senang, dengan begini aku sangat mudah kembali ke Olympus.

"Ayo masuk, sebelum mahkluk lain datang membunuhmu." Percy berjalan duluan.

Ck, dia lupa kalau dewa tidak bisa mati.

"Kau ikut atau tidak?" Tanyaku pada Ruth yang terus saja berdiri disana.

Ada apa dengan gadis itu?

"Aku—"

"Kelamaan." Potongku dan menarik lengannya masuk ke dalan perkemahan tersebut.

"Kasar sekali!" Serunya tidak suka.

Aku memutar bola mataku dan melepaskan tangannya. "Terserah."

Aku harus mencari seseorang yang tahu tentang Olympus. Disini yang mengetahui Olympus hanya ada beberapa orang.

Daftar pertamaku adalah: Dionysius.

Tapi, aku sedikit ragu. Entahlah, aku akan mencobanya.

"Ares, sebaiknya kita istirahat dulu." Percy datang membawa beberapa buah bersama Ruth. Kemana yang lain?

"Cuma kita bertiga?" Tanyaku pada Percy, dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Banyak demigod lain disini, mereka tidur dan kita juga harus, besok baru mulai misimu." Percy merangkulku dan membawaku masuk ke dalam tendanya.

Aku melihat Ruth melambai dari luar, kemudian pergi entah kemana. "Ruth, ia tidur dimana?" Tanyaku lagi.

Sebenarnya, aku masih peduli pada Ruth—walaupun dia sangat menyebalkan.

"Kamp wanita, kenapa memangnya? Kau mau tidur bersamanya?" Percy tersenyum penuh arti.

Dasar bocah sialan.

"Berhenti memasang senyum menjijikan seperti itu, aku lelah." Jawabku dan langsung membaringkan tubuh di atas ranjang.

Kudengar Percy tertawa, dia memang suka sekali membuat orang jengkel. Tapi ngomong-ngomong, aku masih memikirkan Ruth.

Apa dia benar masuk ke dalam tenda wanita? Atau dia malah kabur?

Oh tidak. Dia tidak boleh pergi!

Aku menoleh ke kanan dan melihat Percy sudah tertidur, cepat sekali bocah itu tertidur.

Maka dari itu, ini adalah kesempatanku untuk pergi menemui Ruth dan melarangnya untuk pergi.

Tapi, kakiku sangat lelah. Apa besok saja?

Bagaimana menurut kalian?

Ah, lebih baik sekarang dari pada nanti. Aku akan membunuhmu Ruth, kalau kau berani kabur!

The True Rebel, Ares.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang