Big Family 3

4.4K 606 6
                                    

Keduanya terbaik yang mereka bertiga miliki.

-Lan Yusheng
---------------------------OoO-------------------------

Lima belas menit usai makan dikedai penjual manisan, Wei Wuxian berdiri didepan pintu masuk untuk menunggu kedua anaknya yang sedang membayar makanan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lima belas menit usai makan dikedai penjual manisan, Wei Wuxian berdiri didepan pintu masuk untuk menunggu kedua anaknya yang sedang membayar makanan.

Dia tersenyum saat Lan Huanran diberikan banyak tanghulu sekantung gratis. "Nona, terimakasih atas makanan." Melambaikan tangan dan bergegas menyambut tangan ibunya.

Lan Yusheng bertindak cepat, "Kemarikan, Biar Da Ge yang menyimpannya."

"Ini... Wen Ge, Terimakasih."

"Mm.." Beberapa detik berlalu sebelum Yusheng berbalik arah untuk melihat pantulan cahaya berkelip melesat kearah mereka bertiga. Bunyi udara yang terbelah dari banyak panah didengarnya disemua arah.

"Ibu! Lian-lian hati-hati!" teriak Lan Yusheng. Dia mengeluarkan Guqin dari dalam kantungnya dengan wajah serius melancarkan serangan perak yang menghancurkan banyak panah sekali petik.

Dia menoleh kearah Ibu dan adik perempuannya yang baik-baik saja napas Lan Yusheng yang memberat turun seketika. Ibunya sudah mengatasi bagian yang terlewat darinya sambil melindungi Lan Huanran yang masih tidak diperbolehkan memegang senjata apapun.

"Ini masih siang hari, mereka melakukan penyerangan tanpa kenal takut. Bagaimana dengan warga sekitar!"  Gigi Wei Wuxian bergemeretak. Mereka pasti mengincarnya.

Para pembudidaya yang bersembunyi itu mengawasi mereka sejak awal. Ia padahal mencoba tidak memikirkannya, karena tidak ada niatan jahat yang terasa pada panca inderanya. Sepertinya mereka memang sengaja menunggu ia terpisah dengan Lan Wangji.

Suara membelah yang nyaring kembali membahana di sekitarnya. Beruntung tidak ada warga sekitar seperti sebelumnya setelah mereka berbelok disudut depan.

"Ibu, seseorang datang." Lian-lian menyampaikan pesan sambil berlari. Dan benar saja, seseorang dengan topeng hitam langsung ke arah mereka.

Di belakang, Lan Yusheng masih menahan panah dari arah belakang mereka dengan Guqin miliknya sendiri.

Setelah melihat keseluruhan sosoknya, Wei Wuxian tak mampu memikirkan mimpi buruk manapun yang dapat menandingi makhluk mengerikan yang kini tengah menuju arahnya.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mengendalikannya! Pikirnya kacau. Memaksa dirinya tenang dia bergegas mendorong pergi Lan Huanran saat makhluk itu menghantam perutnya.

"Lian-lian lari! Beritahu ayahmu!"

"Bawa Suibian bersamamu!" Lan Yusheng menarik pedang Ibunya dan melemparkan itu kepada adiknya.

Lan Huanran berlari kearah keluarga Mo. Awalnya dekat dengan kedai dan tidak memakan waktu lama, namun pertempuran kecil itu menyudutkan mereka hingga memilih jalan apapun yang ada dihadapannya.

Gadis berusia delapan tahun dengan pedang Suibian berlari dengan nafas berat dan jantung berpacu keras. Rasa takut melihat ibunya terhempas diperut meluapkan rasa takut yang belum pernah ia alami hampir membuatnya kehilangan akal.

Matanya mulai membasahi pipi, detik demi detik berlalu. Saat melihat rumah keluarga yang di masuki oleh ayah dan Er Ge-nya, ya melangkah hingga tersandung jatuh.

Suara jatuh yang terdengar tiba-tiba, membuat Lan Wangji yang selesai memberi pelajaran pada Jin Zixun bergerak kedepan.

"Ayah--"

"Lian-lian!" teriak Lan Lihua, menyeret tubuhnya berlari dan menompang hingga adiknya itu dapat berdiri.

Lan Wangji yang menyeka keringat di wajah putrinya berusaha keras untuk mendengarkan Lan Huanran yang berusaha berbicara, diantara tangis dia terengah-engah berkata, "Ibu dan Wen Ge ... disana... kesulitan."

Lan Wangji mengangguk. Tidak membuang napas untuk memahami perkataan putrinya. Dia memanggil SiZhui dan Jing Yi  tanpa menoleh kebelakang. Mereka bertiga bergegas keluar menggunakan pedang masing-masing.

.

Setiap jengkal tubuhnya merasa nyeri, didalam dan diluar. Seolah ingin menjerit agar berhenti bertarung sia-sia. Mengingat Jindan pada tubuhnya tidak ada, satu-satunya hanya mengandalkan Chenqing. Ia kira makhluk ini bisa diatasi dengan suara flute-nya, siapa yang menyangka tidak bisa dikendalikan.

Terpaksa dia memanggil Wen Ning, menempatkan keduanya untuk bertarung satu sama lain.

Wei Wuxian tak bisa berhenti memikirkan dua jeritan keduanya, hanya mulai mendekati Lan Yusheng.

Menghentikan bunyi suara pada flute-nya untuk melihat wajah putranya memucat dengan jemari tangan berdarah.

Ia menarik tangannya berhenti dengan bunyi jatuh Guqin di bawah kaki mereka. "Hentikan!" desaknya, suara Wei Wuxian nyaris terdengar marah dan sangat khawatir.

Beruntung ia melihat kedatangan suami dan dua murid Lan lainnya. Wei Wuxian masih menggenggam kedua jemari putranya.

Lan Wangji menoleh padanya, tanpa ekspresi. "Pergi dan obati segera, kau tidak dibutuhkan disini."

Wei Wuxian mengangguk, menggendong anaknya tanpa mengucapkan apapun berlari menjauh. Ia tidak memperdulikan Guqin yang terlewat begitu saja di belakang. Fokus utamanya adalah mengobati Lan Yusheng.

Ketika sampai di tikungan berikutnya, kelegaan membanjiri hati Wei Wuxian.

Dia mendorong pintu masuk keluarga Mo dan melihat dua kembar yang lain disana. Ia tidak menyapa mereka, tidak ada senyum ataupun yang lain.

Wajah Wei Wuxian gelap tanpa ucapan meletakan putra pertamanya ke arah mereka dan mengambil apapun dalam kantung penyimpanan.

Tiga kembar itu tidak berani bersuara. Kemarahan yang berangsur-angsur menjadi kesedihan mulai menjalarinya bagai racun yang mematikan. Lan Yusheng yang selalu paling mirip dengan suaminya.

Jika menginginkan sesuatu, mulutnya terkunci. Apalagi rasa sakit yang dideritanya saat ini.

"Ini tidak benar." Wei Wuxian memecahkan keheningan.

Menyentak ketiganya yang bermula menunduk, menatap wajah Ibunya. Wei Wuxian sendiri setelah membalut luka putranya menggenggam kedua tangan itu dengan hati-hati.

Sejak kapan dia mulai berubah? Saat ini hatinya terguncang, perilakunya yang selalu ingin menjadi pahlawan bahkan tidak begitu baik melindungi ketiganya.

Wei Wuxian terdiam, melepaskannya dengan lembut lalu mengusap matanya, mengerang frustasi. Ia terduduk lemas, perasaannya campur aduk, ketakutan yang membunuhnya mulai surut saat ketiganya menatapnya dengan wajah lembut dan polos.

"Tidak apa-apa, sekarang tidak ada bahaya. Kalian aman." Kata Wei Wuxian dengan suara lebih tenang, nyaris berbisik.

Dia telah mengalami segala macam perasaan dalam waktu singkat sejak tiba di desa Mo. Lambungnya mulai terasa mual bergejolak. Seolah semua hal ini belum cukup buruk, netra kelabunya mulai basah.

Ketiga anaknya tercengang. Kemudian Masing-masing dari mereka mulai mendekati sang ibu dan memeluknya erat.

Purwakarta,
9/13/2020

Big Family [WANGXIAN BL]Where stories live. Discover now