Big Family 9

3.2K 504 36
                                    

Lan Xichen melihat keluarga kecil Lan Wangji turun menuju gerbang dari tempatnya berdiri. Disampingnya ada Pamannya yang tengah menyesap teh hangat-nya dan menurunkannya ketika dia selesai.

Mengingat ketidaksenangan Lan Xichen malam sebelumnya karena mendengar cerita itu dari beberapa muridnya. "Paman, kau terlalu menekan Wangji... Ini Wangji yang kita bicarakan, dia akan selalu memberontak acap kali anda sama kerasnya."

"Dia memiliki apa yang dia anggap benar sekarang, apalagi mereka adalah putra-putrinya sendiri."

Mengingat pengasihan adiknya saja Lan Xichen sudah sakit hati, seolah dia sebagai kakak laki-lakinya gagal melindungi satu-satunya peninggalan Ayah dan Ibunya. Kali ini Pamannya egois menginginkan untuk membuat mereka tetap sama tanpa memikirkan perasaan masing-masing. "Paman lalu Bibi, kalian harus mendiskusikan ini dengan Adik Wei jika ingin Wangji kembali menetap."

Lan Xichen tahu batasan waktu, "Wangji mengatakan bahwa batasnya tiga hari dari sekarang."

Lan Qiren menatap Wei Wuxian yang menatap wajah keponakannya dengan cinta dan kasih sayang hanya bisa mengalihkan perhatiannya.

Lan Xichen yang melihatnya Pamannya merasa getir, "Paman... Wangji sudah menentukan pilihan sejak awal, kapan anda menerimanya dengan hati yang lapang?"

Tapi keheningan mulai menyelimuti mereka, Lan Qiren tidak menanggapinya. Itu membuat hati Lan Xichen sedih, dengan rasa kecewanya dia kemudian pergi ke aula pengajaran untuk memulai aktivitas rutinnya di Cloud Recesses.

.

Disisi lain, tepat saat keluarga kecil Lan Wangji menuruni bukit hingga ke gerbang. Wei Wuxian yang berada disampingnya merasa sangat senang, sudah sejak lusa lalu dia hanya di Jingshi.

Ia rindu berkelana.

Apalagi dengan si kembar tiga yang semakin hari semakin bertambah besar. Dulu mereka hanya bocah kecil yang diam-diam menatap wajah Ibu dan Ayahnya terpesona.

Apalagi saat Wei Wuxian mulai memainkan seruling sementara Lan Wangji memetik GuQin dijari-jarinya yang indah ketika membasmi mayat-mayat ganas pada perburuan malam.

Sekarang ketiganya hebat; pintar berkuda –yang diam-diam dilatih oleh Lan Wangji sendiri meskipun ia tidak setuju dengan itu. Menguasai bahas Qin yang bagus untuk pemanggilan arwah, sangat ahli dalam mengayunkan pedang ketika berlatih dengan bilah tajam tersebut. Tapi sebagai pengingat mereka, ketiganya lebih tajam ke masing-masing alat tambahan.

Sebagai contoh, Lan Yusheng atau Xiaowen. Dia sangat mirip dengan Ayahnya; jika saja Lan Wangji membuatkan mereka pedang lebih cepat dia pasti akan membawa itu alih-alih GuQin-nya yang dipersiapkan Lan Wangji sejak awal. Kedua alat akan dia bawa dipunggungnya yang belum selebar sang ayah.

Lalu Lan Xiaoli; Lihua. Putra keduanya ini percampuran antara Lan Wangji dan dirinya sendiri. Begitu ahli dalam menggunakan panah, bocah itu selalu membawanya di kantong qianqun mengingat betapa senangnya ketika hadiah itu diberikan. Agak sedikit tidak menyukai bagaimana dia berkelahi dengan pedangnya, tapi jika dia telah memegangnya hal ini sama baiknya dengan Gegenya.

Terakhir, Lan Huanran; Lian-lian kecil Wangxian ini tidak terlalu suka kerepotan. Dia akan selalu mengagumi pemandangan Suibian miliknya. Matanya yang cantik berbinar-binar ketika Wei Wuxian secara resmi memberikannya pagi ini ketika dia selesai mandi. Gaya bertarungnya halus, jika dihadapkan pada malam hari seperti kupu-kupu, indah dan anggun layaknya Lan Wangji tapi agresif seperti dirinya mengingat lidahnya bahkan sangat tajam.

Lan Wangji agak sakit kepala karena kelakuannya ini agak tidak cocok dengan kepribadiannya saat bermanja-manja pada dirinya dan Ibunya.

Yang paling bebas tentu saja Lihua, berkomplot dengan Mei-mei perempuannya adalah kombinasi dari versi muda Wei Wuxian.

Ini lebih parah jika Lan Yusheng tidak memperhatikan mereka sama sekali.

Entah kenapa hal-hal itu agak lucu jika dia pikirkan sekarang, tapi mereka sama manisnya baginya. Mereka jelas permata kasar yang tiba-tiba menjadi halus karena telah belajar dengan serius dibawah bimbingan Ayahnya yang agak keras kepala, cerdas serta serba bisa dan Ibunya yang pintar tapi ceroboh.

Kombinasi yang tak terduga-duga melahirkan anak super jenius seperti ketiganya.

Wei Wuxian tiba-tiba tertawa kecil, mengejutkan keempatnya yang menatap bingung wajah cantik Ibunya.

"Ibu, apakah ada sesuatu yang salah?"

Wei Wuxian melambaikan tangan, "Tidak-tidak, hanya saja Ibu ingat sesuatu yang lucu."

"Eh.. Apa itu, Lian-lian ingin mendengar."

"Ingat saat Ibu dan Ayah pergi di Kota Ki, kalian hampir merusak seluruh restoran ketika ada bandit-bandit menginginkan uang."

Itu sudah lama sekali, itulah pertama kali triplets dimarahi besar oleh Ayahnya. Wei Wuxian yang mendengar itu hanya bisa tertawa oleh kekacauan itu.

Meskipun mereka diberi penghargaan dari pemilik restoran dan penginapan karena aksi beraninya, tak menampik kerugian karena meledakkan beberapa kursi, meja, piring bahkan tangga yang rusak.

Yah beruntung karena Lan Wangji membayar tagihan dengan uangnya yang banyak.

Mengingat hal itu, ketiganya memerah padam. Malu, jujur saja itu terjadi secara alami. Siapa sih yang menurunkan sifat Hero complex-nya selain Ibunya sendiri?

Tentu saja dengan tubuh kecil mereka, namun kultivasi yang mumpuni berhasil membuat badai ketakutan bandit-bandit itu.

Usai itu akhirnya ketiganya diminta Lan Wangji untuk lebih rendah hati, dan menekan kekuatannya untuk saat-saat tertentu.

Sementara Wei Wuxian tidak marah sama sekali dan mengangguk bangga.

Nostalgia itu akhirnya dipecahkan oleh Lan Wangji yang berdeham kecil, "Jangan melakukan hal itu lagi."

"Ayah, yakinlah kami tidak." Ketiganya menjawab bersamaan.

Tapi Wei Wuxian terlanjur geli, dan menebar keegoisannya sedikit. Selagi tidak terlalu parah, "Tidak apa-apa jika keadaan mendesak kalian."

"Er Gege, ya kan? Katakan padaku kau akan setuju." Ia bahkan menatap Lan Wangji yang juga menatapnya, mata cerah bertemu kelabunya yang dalam. Wei Wuxian mengangkat dagunya, jelas menantang Lan Wangji mengatakan apapun atas kalimatnya sebelumnya dan menunggu jawaban yang ia inginkan.

Lan Wangji tersenyum tipis, mengelus pipi cerah istrinya dengan sayang. "Ya, Tidak apa-apa."

Pada saat itu, si kembar tiga hanya bisa senyum-senyum sendiri karena dimanapun, kapanpun, bagaimanapun. Lan Wangji; Ayah mereka tidak bisa mendebat Ibunya.

Ya Tuhan, Jenis ramuan cinta apa yang Ibunya berikan pada Ayahnya?













TBC,
Purwakarta,
26/June/2021

Big Family [WANGXIAN BL]Where stories live. Discover now