Problem - 2

7.2K 442 2
                                    

Aku tengah membaca tentang hukum Newton saat tercium asap rokok yang mengganggu. Siapa yang berani merokok di sampingku? Aku menoleh dan mendapati Robert Franklin, si pembuat onar nomer satu tengah merokok dengan santainya. Apa dia tidak tahu jika asap itu dapat membuat orang sesak napas?

"Hei, kalau merokok itu pikirkan orang lain!" Dia tak menjawab malah menoleh dan menaikan satu alisnya, menantang. Dan sialannya, dia malah meniupkan asapnya ke arahku. Benar-benar di depan wajahku, membuatku langsung membungkuk karena batuk. Dadaku sesak dan mataku memerah.

"Kau asma?" Nadanya terdengar datar, tak tertarik. Dan aku sama sekali tak menjawab, aku memang tak memiliki asma, hanya saja saat mencium asap rokok dadaku langsung terasa sesak. Memang gejalanya seperti asma.

Aku menarik napas banyak-banyak, untungnya asap rokok itu sudah menghilang. Hilang dibawa angin menuju lapisan ozon dan perlahan membuatnya bolong.

"Kenapa kau merokok?" Tanyaku dengan tatapan tajam, dia tak membalas.

Kemudian menoleh, aku mendapati diriku terpesona dengan mata birunya. Warnanya seperti langit biru yang dinaungi oleh alis yang tebal dan melengkung sempurna. Sialan. Aku memiliki masalah dengan lelaki beralis indah, mereka membuatku berdebar.

"Kenapa kau bernapas?" Suaranya terdengar berat dan serak, menurutku itu benar-benar seksi.

"Karena aku membutuhkan oksigen," jawabku dengan putaran manik mata.

Kemudian dia tersenyum, jenis yang tak sampai mata. Hanya sebuah garis yang dilengkungkan sebesar 10 derajat. Apa-apaan ini?

"Nah itu, aku membutuhkannya untuk bernapas. Sama sepertimu," katanya ringan.

"Kau itu bodoh atau bagaimana? Oksigen itu bagus untuk tubuh. Sedangkan asap rokok mengandung karbondioksida yang menjadi lawan dari darah dalam tubuh. Kalau begitu sama artinya dengan kau meracuni tubuhmu," racauku kesal sambil melemparkan bungkus rokok miliknya ke tong sampah.

Dia hanya mengangguk dengan tatapan tak peduli. Kali ini mataku menjelajahi tangannya yang tertutupi dengan tato-tato. Ada yang abstrak, bunga, pistol dan juga burung. Aku terpesona, dengan cara susunan dalam tangannya. Tato-tato itu hidup walau menutupi kulitnya yang kecokelatan. Bahkan teling kirinya ditindik dengan anting hitam. Juga ada piercing di bibir dan hidungnya. Dia sejenis emo, anehnya adalah dia tak menyeramkan. Harusnya dia terlihat menyeramkan. Sialnya, harus kuakui dia terlihat keren. Bahkan dengan rambut peraknya itu. Dia terlihat keren.

"Hei, nona berhenti lah terpesona padaku," katanya sambil melambaikan tangannya padaku. Ada ban nike di pergelangan tangannya.

"Kau terlalu banyak berharap," kataku kemudian menarik tas dan mengumpulkan semua bukuku, kemudian beranjak meninggalkan Robert yang mulai di kelilingi oleh para gadis dan juga teman satu ganknya.

Aku muak, apa sih yang mereka pikirkan? Piercing, tatto, sampai baju kekurangan bahan. Aku sempat melihat Robert mendelik sebelum aku berbelok ke koridor. Mereka benar-benar urakan. Otak sialan, kenapa aku malah sempat berfikir bahwa Robert tampan? Dan mempesona aku?

"Siang baby," Julius berlebihan seperti biasa. Dia pacarku. Iya, aku memang nerd tapi bukan berarti aku tidak boleh punya pacar kan?

Dan Julius bukan tipe sepertiku. Maksudku, dia tampan, banyak teman, eksis, populer dan sebagainya. Yah, walau aku tidak senerd itu juga kok. Untuk seorang -yang katanya- nerd rambutku panjang terawat, wajahku bersih dan pakaianku selalu rapi dengan jeans dan kardigan. Kata Julius aku cantik, jadi aku cukup percaya diri. Lagi, walau aku bukan anggota cheers aku itu populer. Bukan dikenal sebagai pacar Julius, tapi karena aku anak emas juga vokalis band sekolahku, Venus. Aku terkenal dengan caraku sendiri.

"Mau nonton tidak? Malam ini ada film horor yang kau tunggu," Julius menatap mataku dengan binar yang aku sukai. Dia seperti seorang anak manis yang polos.

"Sungguh?" Kini mataku yang berbinar dan Julius dengan manisnya mengacak rambutku. Aku suka saat tangannya menyentuh puncak kepalaku, alih-alih membencinya karena menghancurkan tatanan rambut aku malah menyukainya. Tapi kemudian aku ingat les dan latihan bandku.

"Maaf aku ada les dan minggu ini latihan bandku padat. Lain kali bagaimana?" Dan aku langsung mengangguk.

"Baik lah, ayo aku antar kau pulang." Julius menarik tubuhku, mendekat. Aku dapat melihat beberapa orang menatap iri ke arahku, sudah kubilang Julius itu populer.

"Aku akan meneleponmu nanti. Bye my baby girl," dia mengirimkan ciuman udara dan membuatku terkekeh geli. Setelah Ferrari milik Julius hilang di tikungan aku langsung membalikab tubuhku, memasuki gedung apartemen dengan warna bata. Aku harus menunggu selama dua menit sampai lift akhirnya terbuka dan menampilkan seseorang yang bahkan tak ingin kutemui.

Apa-apaan ini? Robert Franklin tengah make out dengan si pirang bernama Nancy. Ew, aku rasanya ingin muntah. Syukur lah mereka sudah keluar dari lift jadi aku langsung masuk dan menekan angka 28. Tapi sebelum pintu itu tertutup rapat, Robert tengah memberhentikannya dan menekan angka 28. Jangan bilang, dia tetangga baruku? Tidak mungkin kan?

Dua menit. Kenapa lama sekali? Rasanya benar-benar lama. Terlebih lelaki itu dengan cueknya malah mengeluarkan puntung rokok. Dengan cepat aku langsung mengambilnya dan melemparkan ke sembarang sudut.

"Apa-apaan?"

"Kau boleh merokok dimana pun, asal berada jauh dariku." Robert menatapku tajam, memang hanya dia yang punya mata? Aku juga punya dan bisa. Sialnya yang dia lakukan adalah mendorong tubuhku, kemudian mencium bibirku dengan cepat dan dalam. Sialan apa-apaan ini?

"Manis," kemudian dia berjalan meninggalkanku yang langsung terduduk di tempat.

Robert Franklin sialan! Pencuri ciuman pertama! Pergi kau ke neraka!

* * *

Nah, si Robert ini menurut bayangan gue cocok banget diperanin sama ZAYN MALIK MY FUTURE HUSBAND, AAMIIN! Tapi kemudian gue menemukan si Luke Hemmings dengan edit punk yang memanggil-manggil. Jadi ya, akhirnya SELAMAT KEPADA LUCAS! ;)

Nah, gimana menurut kalian yang ini? Lebih panjang kan? Karena yang beda konsepnya dari ALPoP itu yess

Vomment jangan lupa kawannn

-Ritonella

Good Girl ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang